Kesimpulan Saran KESIMPULAN DAN SARAN

60

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Manajemen usaha budidaya yang dilakukan di Pulau Panggang kurang baik, melihat hasil analisis teknis budidaya yang diperoleh kecil untuk parameter SR, SGR dan FCR yaitu sebesar 36 untuk SR kerapu macan, 57 untuk SR kerapu bebek, SGR kerapu macan sebesar 4,49, SGR kerapu bebek sebesar 4,05, FCR kerapu macan sebesar 12,2 dan FCR kerapu bebek sebesar 8,5 Secara analisis usaha, kegiatan usaha pembesaran kerapu macan di Pulau Panggang merugi namun untuk kerapu bebek masih tetap untung. Akan tetapi jika pembudidaya melakukan perbaikan dan optimalisasi sesuai hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, maka secara analisis finansial usaha budidaya kerapu macan dikatakan layak dan memberikan nilai keuntungan yang tinggi.

5.2 Saran

Meningkatkan keuntungan yang diperoleh dari sisi finansial dengan melakukan peningkatan hasil dari sisi teknis budidaya pada aspek perbaikan manajemen pemberian pakan dan manajemen kualitas air. Menerapkan hasil perhitungan optimalisasi pada penelitian ini untuk kegiatan budidaya pembesaran ikan kerapu macan di Pulau Panggang yaitu dengan menggunakan KJA seluas 49 m 2 , benih 4 ekorm 2 , pakan rucah 5,8 Kg m 2 , tenaga kerja operasional 15 jam kerja total m 2 dan tenaga kerja pemeliharaan 8,5 jamm 2 . Selain itu perlu melakukan pemantauan kondisi kualitas air di sekitar kawasan budidaya secara kontinu dan peminjaman modal untuk biaya pakan pellet agar keberlangsungan ketersediaan pakan lebih terjaga. 61 DAFTAR PUSTAKA Achmad T, Rukyani A, Wijono A. Teknik Budidaya Laut dengan Keramba Jaring Apung. 1995. Di Dalam: Temu Usaha Pemasyarakatan Teknologi Keramba Jaring Apung bagi Budidaya Laut [Prosiding Workshop]. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian bekerja sama dengan Forum Komunikasi Penelitian dan Pengembangan Agribisnis FKKPA. Hlm 69- 73. Ahmad T. 2002. Mariculture and bio-products in coastal ecosystem. Proceadings Workshop on Mariculture in Indonesia. 11-15 February 2002. Mataram, Lombok: 130-135. Akbar. 2001. Pembenihan dan Pembesaran Kerapu Macan. Jakarta: Penebar Swadaya. 104 hal. Anonim. 2010. Laporan Tahunan Kelurahan Pulau Panggang 2010. Jakarta Antoro S, Sarwono HA, Sudjiharno. 2004. Biologi Kerapu. Di dalam: Balai Budidaya Laut Lampung. Pembenihan Ikan Kerapu. Lampung: Balai Budidaya Laut. Hlm 5-6. Asmawi S. 1986. Pemeliharaan Ikan dalam Karamba. Jakarta: PT Gramedia. Darmansah MA. 2009. Pembesaran Ikan Kerapu Macan Ephinephelus fuscoguttatus di Kelompok Sea Farming, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. [Laporan Praktik Lapangan Akuakultur] Bogor: Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB. Effendi I. 2004. Pengantar Akuakultur. Jakarta: PT Penebar Swadaya. Fauzi A. 2001. Prinsip-prinsip Penelitian Sosial Ekonomi: Panduan Singkat. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Ghufran M. 2001. Pembesaran Kerapu Bebek di Keramba Jaring Apung. Yogyakarta: Kanisius. 132 hlm. Husnan S. 1998. Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan. Buku 1.Yogyakarta BPFE 459hal. Kadariah L, Karlina dan Gray C. 1976. Pengantar Evaluasi Proyek. Jilid 1. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. KKP. 2011. http:statistik.kkp.go.idindex.phpstatistikc301Statistik - Penyediaan-. [9 Oktober 2011] 62 Kordi KMGH. 2005. Pembesaran Kerapu Bebek di Keramba Jaring Apung. Jakarta : Penerbit Kanisius. 132 halaman Kristanti M dan Imran Z. 2005. Daya Dukung Lingkungan Perairan Teluk Ekas Untuk Pengembangan Kegiatan Budidaya Ikan Kerapu dalam Karamba Jaring Spung. [Laporan Penelitian]. Bogor: Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB. 53 halaman. Minjoyo H, Kurnia B, Sudjiharno. 2004. Produksi Massal Ikan Kerapu di Karamba Jaring Apung di Balai Budidaya Laut Lampung. www.faperta.ugm.ac.idsemnaskanabstrakprosiding.2004abstrak_bidan g_akuakultur.php [10 September 2011] Nazir M. 1998. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Saoilys M dan Pollard D. 2000. Chromileptess altivelis. 2006 IUCN Red List of Threatened Species. Santoso. 2000. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. SNI 01-6488.4-2000. Produksi Pembesaran Ikan Kerapu Macan Ephinephelus fuscoguttatus, Forskal Kelas Pembesaran. Jakarta : Badan Standardisasi Nasional. Soeratno dan Arsyad L. 1999. Metode Penelitian untuk Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Soesilo I dan Budiman. 2002. Iptek untuk Laut Indonesia. Lembaga Informasi dan Studi Pembangunan Indonesia. Jakarta. 189 halaman. Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis Cobb- Douglas. Jakarta: PT. Raja Grafindo. 258 hlm. Sunyoto P. 1996. Pembesaran Kerapu dengan Karamba Jaring Apung. Jakarta: Penebar Swadaya. Sunyoto P dan Mustahal. 2002. Pembenihan Ikan Laut Ekonomis: Kerapu, Kakap, Beronang. Jakarta: PT Penebar Swadaya. 84 halaman. 63 LAMPIRAN 64 Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian Sumber : http:travelwithmita.wordpress.com201006291000-rasa-di-kepulauan-1000 dan http:pulomandiriphbs.blogspot.com201007eryanti-farida-kebiasaan-makanan-ikan.html 65 Lampiran 2. Peta Lokasi Stasiun Pengamatan Kualitas Air 66 Lampiran 3. Cara pengukuran Oksigen Terlarut Dissolved Oksigen, DO Bahan-bahan atau reagen yang digunakan dalam proses pengamatan DO ialah sulfamic acid, MnSO 4 , NaOHKI, amilum, H 2 SO 4 dan tiosulfat. Sedangkan alat-alat yang digunakan ialah botol DO, Erlenmeyer, gelas ukur dan syringe. Syringe digunakan untuk mengambil reagen. Syringe yang digunakan untuk tiap pengambilan reagen berbeda atau dengan kata lain satu syringe untuk satu jenis reagen. Yang harus dilakukan pertama kali adalah mengambil air sampel secara langsung dan memasukannya ke dalam botol DO, penutupan botol dilakukan didalam air. Selanjutnya memasukkan 1ml sulfamic acid ke dalam botol berisi air sampel, kemudian dikocok perlahan. Lalu memasukkan 2ml MnSO 4 ke dalam botol dan dikocok lagi. NaOHKI dimasukan ke dalam botol sebanyak 2ml setelah memasukan MnSO 4, kemudian dikocok lagi dan menunggu hingga reagen mengendap. Air sampel akan berwarna coklat yang menandakan reagen telah mengendap. Setelah itu memasukan 2ml H 2 SO 4 ke dalam botol dan dilakukan pengocokan dengan menggunakan kain lap karena sifat H 2 SO 4 yang bersifat asam pekat dan menimbulkan panas, pengocokan dilakukan hingga endapan hilang. Air sampel yang telah diberi reagen-reagen tersebut dipindahkan sebanyak 100ml ke dalam Erlenmeyer. Lalu dilakukan Titrasi 1 atau pemberian tiosulfat ke dalam Erlenmeyer berisi air sampel dengan cara meneteskan syringe berisi tiosulfat sambil menggoyang-goyangkan Erlenmeyer tersebut. Jumlah tiosulfat yang digunakan dicatat pada worksheet. Selanjutnya meneteskan 4-8 tetes amilum ke dalam erlenmyer tersebut hingga warna air sampel berbeda dari sebelumnya kuning pucat. Kemudian dilanjutkan dengan titrasi 2 hingga air sampel berwarna bening. Jumlah tiosulfat yang digunakan dicatat kembali pada worksheet dan dilakukan perhitungan. Gambar 5. Peralatan Uji DO Winkler 67 Lampiran 4. Cara Pengukuran Nitrogen Amonia Total Total Amonia Nitrogen, TAN Pengamatan nilai TAN dilakukan di Lab Ligkungan Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Pengambilan air sampel dilakukan secara langsung dengan memasukkannya ke dalam botol sampel yang telah diberi awetan terlebih dahulu, kemudian air sampel disimpan di dalam coolbox agar kualitas air sampel tidak rusak sampai pengamatan di laboratorium. Tahapan awal pengamatan air sampel di laboratorium adalah dengan melakukan destilasi 5025. Tahapan destilasi ini dikerjakan oleh laboran Laboratorium Nutrisi Ikan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Setelah tahap destilasi, dilakukan uji TAN dengan memasukan air sampel ke dalam beker gelas. Kemudian menambahkan 1tetes MnSO 4 ke dalamnya. Lalu memasukkan 0,5ml Clorox dengan menggunakan mikropipet, selanjutnya memasukkan 0,6ml phenat. Setelah itu menggoyangkan beker gelas berisi air sampel tersebut dan membiarkannya selama 15 menit. Pengukuran nilai TAN dilakukan dengan menggunakan alat Spechtrophotometer. Air sampel diambil sebanyak ±6 ml lalu memasukannya ke dalam ruang sampel pada Spechtrophotometer. Nilai yang tertera pada Spechtrophotometer dicatat pada worksheet untuk selanjutnya dilakukan perhitungan. a b Gambar 6. Alat dan Bahan Uji TAN : a labu ukur, mikropipet , larutan MnSO 4 , larutan chlorox, beker gelas b Spechtrophotometer. 68 69 Lampiran 6. Kuisioner Masyarakat Pulau Panggang 1. Apakah pekerjaan utama anda a. Pembudidaya kerapu

b. Nelayan