7
Sumber : http:tipspetani.blogspot.com201005pembesaran-ikan-kerapu-bebek.html
Gambar 2. Kerapu Bebek Chromileptes. altivelis Taksonomi ikan kerapu bebek menurut Samoilys Pollard 2000 adalah
sebagai berikut : Filum :
Chordata Kelas :
Actinopterygii Ordo :
Perciformes Famili :
Serrendae Genus :
Chromileptes Spesies :
C. altivelis Ikan kerapu bebek dikategorikan sebagai ikan konsumsi bila bobot tubuhnya
telah mencapai 0,5-2,0 kg per ekor. Selain dijual sebagai ikan konsumsi, ikan kerapu bebek juga dapat dijual sebagai ikan hias dengan nama grace kelly. Ikan
kerapu bebek memiliki bentuk sirip yang membulat. Sirip punggung tersusun dari 10 jari-jari keras dan 19 jari-jari lunak. Pada sirip dubur, terdapat 3 jari-jari keras
dan 10 jari-jari lunak. Ikan ini bisa mencapai panjang tubuh 70 cm atau lebih, namun yang dikonsumsi, umumnya berukuran 30-50 cm. kerapu bebek tergolong
ikan buas yang memangsa ikan-ikan dan hewan-hewan kecil lainnya. Ikan kerapu bebek merupakan salah satu ikan laut komersial yang telah dibudidayakan baik
dengan tujuan pembenihan maupun pembesaran Ghufran 2001.
2.3 Ekologi dan Kebutuhan Lingkungan
Dalam siklus hidupnya, pada umumnya ikan kerapu muda hidup di perairan karang pantai dengan kedalaman 0,5 – 3 m, selanjutnya menginjak dewasa
beruaya ke perairan yang lebih dalam antara 7 – 40 m. Telur dan larva ikan kerapu bersifat pelagis, sedangkan kerapu muda dan dewasa bersifat demersal. Habitat
8 favorit larva dan ikan kerapu macan muda adalah perairan pantai dengan dasar
pasir berkarang yang banyak ditumbuhi padang lamun. Parameter-parameter ekologis yang cocok untuk pertumbuhan ikan kerapu
macan yaitu temperatur antara 24-31
o
C, salinitas antara 30-33 ppt, kandungan oksigen terlarut 3,5 ppm dan derajat keasaman pH antara 7,8 – 8. Jika terjadi
perubahan pH yang tidak terlalu mendadak, ikan kerapu dapat mentolerir perubahan tersebut dengan batas maksimal toleransi pH adalah 11 dan batas
minimal adalah 4 . Perairan dengan kondisi seperti ini, pada umumnya terdapat di perairan terumbu karang Asmawi 1986.
2.4 Penyakit Ikan Kerapu
Jenis hama yang potensial mengganggu usaha budidaya ikan kerapu macan dalam KJA adalah ikan buntal, burung, dan penyu, sedangkan jenis penyakit
infeksi yang sering menyerang ikan kerapu adalah: a penyakit akibat serangan parasit, seperti : parasit crustacea dan flatworm
b penyakit akibat protozoa, seperti : cryptocariniasis dan broollynelliasis c penyakit akibat jamur fungi, seperti : saprolegniasis dan ichthyosporidosis
d penyakit akibat serangan bakteri e penyakit akibat serangan virus, yaitu VNN Viral Neorotic Nerveus
Ghufran 2001. 2.5
Karamba Jaring Apung
Karamba jaring apung adalah sistem teknologi budidaya berupa jaring yang mengapung dilengkapi beberapa komponen seperti rangka, kantong jaring,
pelampung, jalan inspeksi, rumah jaga dan jangkar Krisanti dan Imran 2005. Komoditas yang akan dibudidayakan mempengaruhi konstruksi karamba jaring
apung. Selain itu dipengaruhi pula oleh faktor kondisi lingkungan, metode budidaya, sifat bahan, dan keterampilan tenaga setempat. Secara ideal bahan yang
digunakan untuk karamba jaring apung harus kuat, ringan, tahan cuaca dan korosi, mudah dikerjakan dan diperbaiki, bebas gesekan, tekstur halus agar tidak melukai
ikan. Tata letak karamba jaring apung harus diperhitungkan berdasarkan arah dan kekuatan arus karena bentuk karamba jaring apung sangat dipengaruhi arus Kordi
2005.
9 Untuk pemeliharaan kerapu cocok digunakan karamba jaring apung dengan
banyak sudut seperti segienam, segidelapan, atau segiempat. Hal ini dikarenakan semua spesies kerapu cenderung hidup bersembunyi, berbaring di dasar perairan
di bawah naungan Achmad et al. 1995. Karamba pembesaran kerapu terbuat dari jaring PE yang bermata jaring 1,5 -2 inchi dengan ukuran karamba 3m x 3m x3m
Kordi 2005. Budidaya ikan kerapu dapat dilakukan menggunakan teknologi KJA
karamba jaring apung, atau pun menggunakan teknologi jaring tancap. Metode KJA merupakan teknik akuakultur yang paling produktif. Beberapa keuntungan
yang dimiliki metode KJA, yaitu tingginya padat penebaran, jumlah dan mutu air yang selalu memadai, tidak diperlukannya pengolahan tanah, mudahnya
pengendalian gangguan pemangsa, dan mudahnya pemanenan Kordi K 2005.
2.6 Manajemen Budidaya Kerapu