36 pertumbuhan, sesuai fungsi pakan pada ikan dengan ukuran 100-200 gram
tersebut. Laju pertumbuhan ikan kerapu macan pada kelas bobot 400-500 gram lebih tinggi dari kelas bobot 200-400 gram, hal ini diduga kualitas perairan DO
dan TAN tempat hidup ikan mulai seimbang lagi sesuai dengan habitat hidup ikan kerapu macan dan kuantitas pakan yang diberikan lebih banyak serta
dikonsumsi dengan baik oleh ikan untuk pertumbuhan. Genetika ikan juga dapat berpengaruh terhadap penurunan nilai SGR. Diduga ada beberapa benih ikan yang
kurang bagus genetikanya. Hal ini dapat dilihat dari hubungan pertambahan bobot dan pertambahan panjang tubuh selama pemeliharaan pada Tabel 4.
Tabel 4. Hubungan Pertambahan Bobot dan Pertambahan Panjang Tubuh
Kelas Bobot gram
Kerapu Macan Kerapu Bebek
Keterangan Pertambahan
Bobot gram Pertambahan
Panjang cm Pertambahan
Bobot gram Pertambahan
Panjang cm 100-200 80
1,4 -
- +
200-300 106 1,3 129 3,8
+ 300-400
106 1,0 161 2,8 +
400-500 101 -0,4
- -
- Up
500 121 0,4 287 4
+
Keterangan : + = Terjadi pertambahan bobot dan pertambahan panjang tubuh
- = Terjadi pertambahan bobot tetapi tidak terjadi pertambahan panjang tubuh
Pertambahan bobot tubuh ikan kerapu macan dan ikan kerapu bebek pada semua kelas bobot menunjukan nilai yang positif, tetapi pada pertambahan
panjang tubuh ikan kerapu macan kelas bobot 400-500 gram terjadi penurunan panjang tubuh. Perolehan hasil pertambahan panjang tubuh yang menurun
disebabkan oleh pengambilan ikan sampel secara acak. Hal ini menunjukan pengambilan sampel sudah mewakili populasi yang ada.
Pertambahan bobot tubuh yang tidak diimbangi dengan pertambahan panjang tubuh mengakibatkan bentuk tubuh ikan tidak ideal. Seperti manusia,
bentuk tubuh ikan juga dapat dikatakan obesitas ataupun kuntet kerdil. Hal ini diduga disebabkan adanya pengaruh genetika keturunan dari induk ikan yang
digunakan sebagai benih. Faktor keturunan merupakan salah satu faktor internal yang mempengaruhi pertumbuhan dan keberadaannya sulit dikontrol.
4.2.3 Feed Convertion Ratio FCR
Nilai FCR kerapu macan menunjukan grafik yang semakin meningkat kemudian turun pada kelas bobot up 500 gram. Sedangkan FCR untuk kerapu
37 bebek menunjukan grafik naik kemudian turun pada ketiga kelas bobot. Rata-rata
nilai FCR kerapu macan sebesar 12,2 sedangkan untuk kerapu bebek sebesar 8,5. Grafik nilai FCR kerapu macan dan kerapu bebek di Pulau Panggang selama
pemeliharaan dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. FCR Kerapu Macan dan Kerapu Bebek Periode April – Juli 2011 di Pulau Panggang
Nilai FCR pada budidaya ikan akan menunjukan grafik yang menaik untuk kelas bobot yang semakin besar. Nilai FCR mengalami penurunan pada kelas
bobot up 500 gram untuk kerapu macan dan kerapu bebek. Diduga pakan rucah yang masuk ke dalam tubuh ikan pada kelas bobot tersebut digunakan untuk
pertumbuhan reproduktif generatif seperti perkembangan, pertumbuhan dan pematangan gonad, serta aktivitas dan tingkah laku reproduktif lainnya seperti
pencarian pasangan kawin, percumbuan dan sebagainya. Nilai FCR untuk ikan kerapu tergolong tinggi dimana diperoleh FCR rata-rata untuk ikan kerapu macan
sebesar 12,2 yang berarti ikan membutuhkan pakan sebanyak 12,2 Kg untuk menghasilkan 1 Kg daging dan FCR rata-rata untuk kerapu bebek sebesar 8,5
yang berarti ikan membutuhkan 10,4 Kg pakan untuk menghasilkan 1 Kg daging. Nilai FCR yang tinggi diduga disebabkan oleh terbuangnya lebih dari 50 pakan
selama feeding, karena pemberian pakan rucah dibuang jeroan dan kepalanya, pemberian pakan rucah dipengaruhi jumlah kandungan air dari ikan rucah tersebut
dan nilai leaching pakan rucah lebih tinggi dari pellet serta kualitas rucah yang kurang baik.
Diduga waktu pemberian pakan untuk setiap kelas bobot kurang sesuai masih ada pengaruh sinar matahari sehingga ikan kerapu tidak mau makan dan
cenderung berada di dasar wadah pemeliharaan sehingga menyebabkan pakan
5,40 10,86
15,72 19,45
9,39 5,73
12,50 7,29
5 10
15 20
25
100 ‐200
200 ‐300
300 ‐400
400 ‐500
up 500
FCR
Kelas Bobot g
kerapu macan
kerapu bebek
38 rucah yang diberikan terbuang. Waktu pemberian pakan dipengaruhi oleh jam
kerja pembudidaya sebagai nelayan, sekitar pukul 06.30 dan atau pukul 16.00 merupakan jam kerja responden untuk kegiatan budidaya. Mayoritas jam kerja
efektif yang digunakan responden untuk pemberian pakan adalah pukul 16.00, dimana matahari masih sedikit terik. Seharusnya waktu pemberian pakan
dilakukan sebelum matahari terbenam atau sekitar pukul 17.30 agar nafsu makan ikan kerapu lebih meningkat. Untuk mengetahui persentase jumlah pakan rucah
yang diberikan selama pemeliharaan pada tiap ukuran ikan atau kelas bobot dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Persentase Pemberian Pakan Rucah untuk Ikan Kerapu
Ukuran Ikan gram
Pemberian Pakan Rucah Harian
Frekuensi Harian Pemberian Pakan
Rucah Harian Menurut Literatur
Frekuensi Harian Menurut
Literatur Kerapu
Macan Kerapu
Bebek Kerapu
Macan Kerapu
Bebek 100-200 6,3
- 1
1 8-10
1-2 200-300 5,4
5,7 1
1 6-8
1 300-400 5,6
11,2 1
1 4-6
1 400-500 4,8
- 1
1 4-6
1 Up 500
4,3 8,6
1 1
4-6 1
Literatur menurut ACIAR Australian Centre for International Agricultural Research dalam Pedoman Praktis Pemberian dan Pengelolaan Pakan untuk Ikan Kerapu yang di Budidaya
Jika dibandingkan dengan Pedoman Praktis Pemberian dan Pengelolaan Pakan untuk Ikan Kerapu yang di Budidaya menurut ACIAR, persentase
pemberian pakan rucah untuk ikan kerapu macan kelas bobot 100 hingga 200 gram masih kurang. Persentase pemberian pakan rucah untuk ikan kerapu macan
yang sesuai dengan anjuran ACIAR ada pada kelas bobot 300 gram hingga up 500 gram. Sedangkan untuk ikan kerapu bebek, persentase pemberian pakan rucah
yang sesuai dengan anjuran ACIAR hanya ada pada kelas bobot 200-300 gram. Hal ini diduga disebabkan oleh ketersediaan pakan rucah yang tidak menentu dan
tidak adanya pencatatan data budidaya mengenai biomassa ikan selama pemeliharaan pada tiap kelas bobot sehingga pembudidaya tidak dapat
mengetahui berapa banyaknya pakan rucah yang harus diberikan.
39
4.2.4 Kualitas Air