B. Konsep Tabungan Wadi’ah
1. Pengertian Tabungan
Menurut UndangUndang Dasar Nomor 10 Tahun1998 tentang Perubahan Atas UndangUndang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, yang dimaksud
dengan tabungan adalah tabungan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan
atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. Adapun yang dimaksud dengan tabungan syari’ah adalah tabungan yang dijalankan berdasarkan prinsipprinsip
syari’ah. Dalam hal ini, Dewan Syari’ah Nasional talah pengeluarkan fatwa yang menyatakan bahwa tabungan yang dibenarkan adalah tabungan yang berdasarkan
prinsip wadi’ah dan mudharabah.
43
2. Pengertian Wadi’ah
Dalam bahasa fiqih barang titipan dikenal dengan al- wadi’ah, menurut bahasa
Ma wudi’ah ‘inda Ghair Malikihi Layahfadzahu, berarti bahwa wadi’ah ialah memberikan makna yang keduan al-
wadi’ah dari segi bahasa ialah menerima, seperti seseorang berkata, “awda’tuhu” artinya aku menerima harta tersebut darinya Qabiltu
minhu Dzalika al- Mal Liyakuna Wadi’ah ‘indi. Secara bahasa al-wadi’ah memiliki
43
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007, Cet. Ke3, hal. 297.
dua makna, yaitu memberikan harta untuk dijaganya dan pada penerimaannya I’tha’u al-Mal Liyahfadzahu wafi Qabulihi.
44
Dalam pengertian lain wadi’ah al-wadi’ah ialah memanfaatkan sesuatu di
tempat yang bukan pada pemiliknya untuk dipelihara. Dalam Bahasa Indonesia disebut “titipan”. Akad wadi’ah merupakan suatu akad yang bersifat tolong
menolong antara sesama manusia.
45
Dalam tradisi fiqih islam, prinsip titipan ataupun simpanan dikenal dengan prinsip Al-
wadi’ah. Al-wadi’ah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu ataupun badan hukum, yang harus dijaga dan
dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki.
46
Sedangkan menurut Idris Ahmad bahwa wadi’ah artinya barang yang
diserahkan diamanahkan kepada seseorang supaya barang tersebut dijaga baik baik.
47
3. Pengertian Tabungan Wadi’ah
Tabungan wadi’ah merupakan tabungan yang dijalankan berdasarkan akad
wadi’ah, yakni titipan murni yang harus dijaga dan dikembalikan setiap saat sesuai dengan kehendak pemiliknya.Berkaitan dengan produk tabungan
wadi’ah, bank syari’ah menggunakan akad wadi’ah yad dhamanah. Dalam hal ini, nasabah
44
Abdurrahman alJaziri, Al- fiqh’ala Mazahib al-‘Arabah, tahun 1969, hal.248.
45
M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam, Fiqih Muamalat, Jakarta: PT. raja Grafindo Persada, 2004, cet. ke 2, hal. 245.
46
Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah, Bairut: Darul Kitab alArabi, 1987 , cet. Ke8, hal.3.
47
Idris Ahmad, Fiqh al- Syafi’iah, Karya Indah: Jakarta, 1986, hal. 182.
bertindak sebagai penitip yang dititipi dana atau barang yang disertai hak untuk menggunakan
atau memanfaatkan
dana atau
barang tersebut.
Sebagai konsekuansinya, bank bertanggung jawab terhadap keutuhan harta titipan tersebut
serta mengembalikannya kapan saja pemiliknya menghendaki. Disisi lain, bank juga sepenuhnya atas keuntungan atau pemanfaatan dana atau barang tersebut.
48
Mengingat wadi’ah yad dhamanah ini mempunyai implikasi hukum yang
sama dengan qordh, maka nasabah penitip dan bank tidak boleh saling menjanjikan untuk membagi hasilkan keuntungan harta tersebut. Namun demikian bank
diperkenankan memberikan bonus kepada pemilik harta titipan selama tidak di syaratkan dimuka. Dengan kata lain, pemberian bonus merupakan kebijakan bank
syari’ah semata yang bersifat sukarela.
49
Sertifikasi dari produk ini adalah, bila bank memperoleh keuntungan dari usahanya maka nasabah akan mendapat bagian keuntungan, tapi bila bank mengalami
kerugian, maka nasabah tidask ikut menanggung kerugian tersebut. Produk ini terdiri dari dua jenis, yaitu
wadi’ah untuk ibadah dan wadi’ah untuk muamalah.Pada giro wadi’ah pertama nasabah tidak mengambil keuntungan dan menyalurkannya ke
masjid, baitul, atau BAZIS. Sedangkan pada wadi’ah kedua nasabah mengambil
keuntungan yang diperhitungkan berdasarkan pada saldo ratarata di atas jumlah tertentu dala waktu tertentu.
48
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuagan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007, cet. Ke3, hal. 298.
49
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuagan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007, cet. Ke3, hal. 299.
Dalam produk ini bank harus membuat akad pembukaan rekening yang isinya mencakup izin penyaluran dana yang disimpan dan persyaratan lain yang disepakati
selama tidak bertentangan dengan prinsip syari’ah. Khusus bagi pemilik rekening giro, bank dapat memberikan cek dan debit card. Sedangkan bagi penabung, bank
dapat memberikan buku tabungan sebagai bukti penyimpanan dan alat untuk penarikan tabungan. Selain itu, dalam produk ini bank diperkenankan untuk
mengenakan biaya administrasi. Hanya saja biaya administrasi itu tidak dinyatakan dalam prosentase, tetapi dinyatakan dalam bentuk nominal. Hal ini perlu dilakukan
agar terhindar dari unsur riba, biaya administrasipun harus nyata, jelas, dan pasti serta terbatas pada halhal yang mutlak diperlukan terjadinya akad.
50
4. Landasan Syari’ah Hukum
Al- wadi’ah adalah amanat bagi orang yang mnerima titipan dan ia wajib
mengembalikannya pada waktu pemilik meminta kembali, Firman Allah dalam surat AnNisa: 58 dan juga pada surat AlBaqarah: 283.
50
A.Djajuli dan Yadi Janwari, Lembaga-Lembaga Perekonomian Umat Sebuah Pengenalan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002, cet. Ke1, hal. 7172.
Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada orang yang berhak menerimanya, dan menyuruh kamu apabila menetapkan hukum di
antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaikbaiknya kepadamu.Sesungguhnya Allah adalah Maha
mendengar lagi Maha melihat. Q. S. AnNisa: 58.
Artinya: jika kamu dalam perjalanan dan bermuamalah tidak secara tunai sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan
yang dipegang oleh yang berpiutang. Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanahnya
hutangnya dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan jangan lah kamu para
saksi menyembunyikan
persaksian. Dan
barang siapa
yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia orang yang berdosa hatinya, dan Allah
Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. Q. S. Albaqarah: 283. Sedangkan dari Abu Hurairah, diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW
bersabda,“Tunaikan amanah titipan kepada orang yang berhak menerimanya dan janganlah membalas khianat
kepada orang yang mengkhianatimu”. HR. Abu Daud dan Tirmidzi.
Ketentuan Fatwa DSNMUI No. 02DSNMUIIV2000 Tentang Tabungan adalah sebagai berikut:
51
Pertama : Tabungan ada dua jenis: a.
Tabungan yang tidak dibenarkan secara syari’ah, yaitu tabungan yang berdasarkan perhitungan bunga.
51
http:foreksunisma.blogspot.com20120202dsnmuiiv2000tabungan.html, di kutip pada tanggal 15 Juli 2014.