Syri’ah Marketing Scorecard

stakeholders utama ini merasa tidak puas, akibatnya akan sangat fatal bagi kelangsungan hidup perusahaan. Tranparansi berarti bahwa ketiga stakeholder utama itu harus mendapatkan informasi yang jelas dan sejujur mungkindari perusahaan. Tidak boleh ada yang ditutup­tutpi. Dengan demikian, mereka pun akan merasa punya sense of ownership, bukan hanya sense of belonging, terhadap perusahaan itu. Dalam perusahaan berbasis syari’ah, pengukuran yang jelas dan transparan merupakan suatu hal yang penting, karena prinsip­prinsip syari’ah mengajarkan mengenai keadilan dan kejujuran. Pengukuran yang jelas mengandung pengertian keadilan, yakni setiap pengukuran yang dilakukan memiliki komponen­komponen pengukuran yang terukur. Sedangkan transparan mengandung pengertian bahwa komponen­ komponen pengukuran ini dikomunikasikan kepada semua yang bersangkutan. Perusahaan yang berstandar pada pengukuran yang jelas dan transparan, selain mencegah timbulnya kesalahpahaman di kemudian hari, akan meningkatkan keharmonisan perusahaan dengan stakeholders dan menigkatkan kredibilitasnya mereka di mata stakeholder. 42 42 Hermawan Kartajaya dan Muhammad Syakir Sula, Syariah Marketing, Bandung: PT. Mizan utama, 2006, cet. ke­2, hal. 193­194.

B. Konsep Tabungan Wadi’ah

1. Pengertian Tabungan

Menurut Undang­Undang Dasar Nomor 10 Tahun1998 tentang Perubahan Atas Undang­Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, yang dimaksud dengan tabungan adalah tabungan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. Adapun yang dimaksud dengan tabungan syari’ah adalah tabungan yang dijalankan berdasarkan prinsip­prinsip syari’ah. Dalam hal ini, Dewan Syari’ah Nasional talah pengeluarkan fatwa yang menyatakan bahwa tabungan yang dibenarkan adalah tabungan yang berdasarkan prinsip wadi’ah dan mudharabah. 43

2. Pengertian Wadi’ah

Dalam bahasa fiqih barang titipan dikenal dengan al- wadi’ah, menurut bahasa Ma wudi’ah ‘inda Ghair Malikihi Layahfadzahu, berarti bahwa wadi’ah ialah memberikan makna yang keduan al- wadi’ah dari segi bahasa ialah menerima, seperti seseorang berkata, “awda’tuhu” artinya aku menerima harta tersebut darinya Qabiltu minhu Dzalika al- Mal Liyakuna Wadi’ah ‘indi. Secara bahasa al-wadi’ah memiliki 43 Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007, Cet. Ke­3, hal. 297.