Pengertian Arus Kas Bebas Free Cash Flow

22 karena kekuatan dalam tawaran pengambilalihan cukup ekstrim. Blockholder juga dapat mencalonkan seseorang untuk mewakilinya dalam suatu dewan, dalam rangka untuk memastikan bahwa manajemen bertindak dalam kepentingan pemegang saham. Blockholder dapat mengurangi konflik agency antara pemegang saham dan manajer, karena adanya kepemilikan saham yang terkonsentrasi akan memberikan kemudahan dalam melakukan pengawasan manajemen perusahaan melalui hak suara. Namun blockholder ownership juga dapat meningkatkan konflik agency antara blockholder dengan pemegang saham minoritas Becht et al., 2002. Hal tersebut dikarenakan blockholder memiliki dorongan untuk menggunakan voting power mereka, sehingga dapat menikmati penghasilan atau keuntungan-keuntungan perusahaan yang tidak dibagikan pada pemegang saham minoritas.

2.1.4 Pengertian Arus Kas Bebas Free Cash Flow

Arus kas bebas adalah arus kas yang tersedia untuk distribusi kepada pemegang saham, setelah perusahaan membuat semua keputusan investasi baik dalam bentuk aset tetap maupun modal kerja Hidayat, 2009. Arus kas bebas Free cash flow merupakan arus kas yang tersedia untuk pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan yaitu kreditor dan investor Prihadi, 2012. Arus kas bebas terbagi 2 yaitu: 1. Arus Kas Bebas untuk Perusahaan Free Cash Flow to Firm FCFF Menurut Prihadi 2012: 96, Free Cash Flow to Firm adalah kas yang tersedia untuk membayar investor setelah perusahaan membayar biaya Universitas Sumatera Utara 23 dalam melakukan bisnis, berinvestasi dalam aset jangka pendek seperti persediaan, dan berinvestasi dalam aset jangka panjang seperti properti, pabrik dan peralatan. Investor perusahaan mencakup pemegang obligasi dan pemegang saham. Untuk menghitung free cash flow to firm dalam Prihadi 2012 adalah : FCFF = EBIT 1-t + Depresiasi dan Amortisasi – Capital Expenditure -Modal Kerja Bersih Selain rumus diatas, Ross et al., 2000 menghitung cara free cash flow to firm dengan rumus yang berbeda yaitu sebagai berikut: FCFF = AKO it – PM it –NWC it FCFF = Free cash flow to firm AKO it = Aliran kas operasi perusahaan I pada tahun t PM it = Pengeluaran modal perusahaan I pada tahun t NWC it = modal kerja bersih perusahaan I pada tahun t Aliran kas operasi adalah kas berasal dari aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasindan aktivitas pendanaan. Pengeluaran modal adalah pengeluaran bersih pada aset tetap yaitu aset tetap akhir periode dikurang aset tetap awal periode. Sedangkan modal kerja bersih adalah selisih antara aset lancar dengan utang lancar. Berdasarkan rumusan diatas dapat disimpulkan bagian dari rumus Ross et al, 2000 yang menghitung free cash flow sama penghitungannya dengan rumus untuk menghitung free cash flow to firm. Universitas Sumatera Utara 24 2. Arus Kas Bebas Untuk Ekuitas Free Cash Flow to Equity FCFE Menurut Damodaran 2002 dalam Ariyanto 2012 FCCE adalah besarnya kas yang dapat dibayarkan oleh suatu perusahaan kepada pemegang saham setelah dikurangi semua pengeluaran, reinvestment dan pembayaran utang. FCFE dihitung dengan mengurangi laba bersih dengan kebutuhan investasi dan menjumlahkan semua transaksi non-kas seperti depresiasi, kemudian dikurangin modal kerja non-kas dan ditambahkan dengan kas bersih dari penerbitan utang. Ada dua pendekatan dalam menghitung FCFE dalam Ariyanto 2012 yaitu : a. Pendekatan melalui Equity Earnings : FCFE = Net Income – Capital Expenditure-Depreciation – Δnon Cash Working Capital + Debt Repayments – New Debt Issuded b. Pendekatan melalui Operating Income : FCFE = EBIT 1- Tax rate – Interest Exp 1-Tax rate – Capital Expenditure + Depreciation + ΔNon Cash Working Capital + Debt Repayments – New Debt Issued Konsep arus kas bebas merupakan perluasan dari konsep biaya keagenan ke dalam manajemen struktur modal Indahningrum dan Handayani, 2009. Jensen 1986 mengemukakan bahwa manajer akan menggunakan arus kas bebas untuk berinvestasi pada proyek dengan net present value negatif daripada mengembalikannya kepada para pemegang saham sebagai deviden. Dimana yang diharapkan oleh pemegang saham adalah sisa dana dibagikan sebagai dividen, Universitas Sumatera Utara 25 sedangkan manajer lebih menyukai untuk menginvestasikan dana yang tersedia pada proyek-proyek yang menguntungkan dengan harapan dapat menambah insentif bagi manajer di masa yang akan datang. Permasalahan ini secara khusus akan buruk pada perusahaan yang sedang berkembang dengan kesempatan pertumbuhan yang rendah. Jensen 1986 berpendapat bahwa salah satu solusi untuk mengurangi biaya keagenan yang timbul akibat konflik keagenan ini adalah dengan utang. Peningkatan utang yang tentunya diikuti dengan peningkatan pembayaran bunga, menjadikan para manajer lebih bertanggungjawab terhadap janjinya untuk melakukan pembayaran kas di waktu yang akan datang. Jensen 1986 mengindikasikan bahwa perusahaan yang pertumbuhannya kecil akan menggunakan pendanaan utang untuk memonitoring tujuannya. Dengan adanya utang, manajer termotivasi untuk bekerja lebih efisien sehingga dapat meningkatkan efisiensi organisasi perusahaan. Faisal 2004 menghasilkan perusahaan yang memiliki arus kas bebas yang besar cenderung mempunyai tingkat utang yang lebih tinggi. Kemungkinan munculnya asimetric information antara pemegang saham dengan para manajer menyebabkan perusahaan memilih menggunakan utang dalam membiayai kegiatannya. Perusahaan yang mempunyai tingkat arus kas bebas yang besar kemungkinan juga akan mempunyai tingkat utang yang tinggi. Hal ini dikarenakan para pemegang saham mengkhawatirkan arus kas bebas yang besar akan dipergunakan manajer untuk membiayai kegiatan perusahaan yang tidak memberikan nilai tambah bagi perusahaan dan pemegang saham. Universitas Sumatera Utara 26 Adakalanya nilai arus kas bebas negatif, namun bukan berarti buruk. Hal itu kemungkinan dikarenakan investasi perusahaan yang sangat tinggi pada modal operasi mengakibatkan arus kas bebas bersifat negatif. Selain itu arus kas bebas negatif bisa saja terjadi pada perusahaan yang baru berkembang dikarenakan investasi pada aset operasi yang dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan perusahaannya Brigham dan Houston, 2009.

2.1.5 Pengertian Ukuran Perusahaan

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Free Cash Flow, Kepemilikan Manajerial, Set Kesempatan Investasi, dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

2 52 101

Pengaruh Likuiditas, Ukuran Perusahaan, Arus Kas Bebas, dna Kesempatan Investasi Terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014.

0 5 26

Pengaruh Kepemilikan Blockholder, Arus Kas Bebas untuk Perusahaan, Ukuran Perusahaan dan Set Kesempatan Investasi terhadap Kebijakan Utang Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

0 1 11

Pengaruh Kepemilikan Blockholder, Arus Kas Bebas untuk Perusahaan, Ukuran Perusahaan dan Set Kesempatan Investasi terhadap Kebijakan Utang Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Kepemilikan Blockholder, Arus Kas Bebas untuk Perusahaan, Ukuran Perusahaan dan Set Kesempatan Investasi terhadap Kebijakan Utang Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

0 0 12

Pengaruh Kepemilikan Blockholder, Arus Kas Bebas untuk Perusahaan, Ukuran Perusahaan dan Set Kesempatan Investasi terhadap Kebijakan Utang Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

0 0 29

Pengaruh Kepemilikan Blockholder, Arus Kas Bebas untuk Perusahaan, Ukuran Perusahaan dan Set Kesempatan Investasi terhadap Kebijakan Utang Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Chapter III V

0 1 57

Pengaruh Kepemilikan Blockholder, Arus Kas Bebas untuk Perusahaan, Ukuran Perusahaan dan Set Kesempatan Investasi terhadap Kebijakan Utang Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

0 2 6

Pengaruh Kepemilikan Blockholder, Arus Kas Bebas untuk Perusahaan, Ukuran Perusahaan dan Set Kesempatan Investasi terhadap Kebijakan Utang Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

0 0 18

PENGARUH KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KEPEMILIKAN MANAJERIAL, SET KESEMPATAN INVESTASI, ARUS KAS BEBAS, KEBIJAKAN DEVIDEN TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR - Perbanas Institutional Repository

0 0 16