2. Memperoleh bantuan hukum atau bantuan lainnya
secara efektif dalam setiap tahapan upaya hukum yang berlakuuu dan
3. Membela diri dan memperoleh memperoleh keadilan
di depan pengadilan anak yang obyektif dan tidak memihak dalam sidang tertutup untuk umum.
2 Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku kekerasan seksual atau yang berhadapan dengan hukum berhak
dirahasiakan
Pasal 18 : Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku tindak pidana berhak mendapatkan bantuan hukum dan bantuan lainnya.
2.5.2. Kebutuhan Anak
Huttman dalam Abu Huraerah 2012:38 merinci kebutuhan anak adalah:
1. Kasih sayang orangtua
2. Stabilitas emosional
3. Pengertian dan perhatian
4. Pertumbuhan kepribadian
5. Dorongan kreatif
6. Pembinaan kemampuan intelektual dan keterampilan dasar
Universitas Sumatera Utara
7. Pemeliharaan kesehatan
8. Pemenuhan kebutuhan makanan, pakaian, tempat tinggal yang sehat
dan memadai 9.
Aktivitas rekreasional yang konstruktif dan positif 10.
Pemeliharaan, perawatan, dan perlindungan.
Menurut Suharto yang dikutip oleh Abu Huraerah 2012 : 39, untuk menjamin pertumbuhan fisik anak, anak membutuhkan makanan yang
bergizi, pakaian, sanitasi, dan perawatan kesehatan. Semasa kecil, mereka memerlukan pemeliharaan dan perlindungan dari orangtua sebagai perantara
dengan dunia nyata. Untuk menjamin perkembangan psikis dan sosialnya, anak memerlukan kasih sayang, pemahaman, suasana rektratif, stimulasi
kreatif, aktualisasi diri, dan pengembangan intelektual. Sejak dini, mereka perlu pendidikan dan sosialisasi dasar, pengajaran tanggung jawab sosial,
peran-peran sosial dan ketrampilan dasar agar menjadi warga masyarakat yang bermanfaat. Kegagalan dalam proses pemenuhan kebutuhan tersebut
akan berdampak negatif pada pemenuhan kebutuhan tersebut akan berdampak negatif pada pertumbuhan fisik dan perkembangan intelektual,
mental, dan sosial anak. Anak bukan saja mengalami kerentanan fisik akibat gizi dan kualitas kesehatan yang buruk, melainkan juga menalami hambatan
mental, lemah daya nalar, dan bahkan perilaku-perilaku mal-adaptif, seperti: autis, ‘nakal’, sukar diatur, yang kelak mendorong mereka menjadi manusia
‘tidak normal’ dan pelaku kriminal.
Universitas Sumatera Utara
2.5.2.1. Pendekatan holistik pada tumbuh kembang anak
Seorang psikiater terkenal, Dadang Hawari berpendapat bahwa pertumbuhan dan perkembangan anak seutuhnya dipengaruhi empat
faktor yang saling berinteraksi satu dengan yang lain: faktor organobiologik, psiko-edukatif, sosial-budaya, dan spritual agama.
Anak akan tumbuh dan berkembang sehat apabila keempat faktor tersebut terpenuhi dengan baik. interaksi dari keempat faktor tersebut
dapat digambarkan sebagai berikut Abu, Huraerah, 2012 : 40 :
Gambar 2.1. Bagan Pendekatan Holistik Pada Tumbuh Kembang Anak
Dalam hal agama, anak harus mendapapat pendidikan agama sejak dini sehingga dapat menjalankan peraturan dengan pemahaman yang
benar. Dalam hal organo-biologik, anak membutuhkan pemenuhan jasmaninya secara fisik demikian pula dengan tingkat gizi yang
seharusnya mereka terima sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara sehat. Dalam hal psiko-edukatif, anak membutuhkan pendidikan
Agama Spiritual
Organo- Biologik
Psiko- Edukatif
Sosial- Budaya
Anak
Universitas Sumatera Utara
baik secara formal maupun informal yang sangat berpengaruh pada kecerdasan dan mental anak guna masa depan yang baik. Dalam
sosial-budaya, anak membutuhkan pola-pola interaksi yang baik dan ajaran budaya yang bernilai positif untuk dijalankan sebagai makhluk
sosial.
2.5.2.2. Gaya mendidik anak yang tidak efisien
Daniel Golemen mengungkapkan tiga gaya mendidik anak yang secara emosional pada umumnya tidak efisien, yaitu:
1. Sama sekali mengabaikan perasaan
Orangtua seperti ini memperlakukan masalah emosional anaknya sebagai hal kecil atau gangguan, sesuatu yang mereka
tunggu-tunggu untuk dibentak. Mereka gagal memanfaatkan momen emosional sebagai peluang untuk menjadi lebih dekat
dengan anak atau untuk menolong anak untuk memperoleh pelajaran-pelajaran dalam ketrampilan emosional.
2. Terlalu membebaskan
Orangtua seperti ini peka akan perasaan anak, tetapi jarang berusaha memperlihatkan respon-respon alternatif kepada anaknya.
Mereka mencoba menenangkan semua kekecewaan, dan misalnya
Universitas Sumatera Utara
akan menggunakan tawar-menawar serta suap agar anak berhenti bersedih hati dan marah.
3. Menghina dan tidak menunjukkan penghargaan terhadap
perasaan anak
Orang tua seperti ini suka mencela, mengecam, dan menghukum keras anak mereka. Misalnya, mereka mencegah
setiap ungkapan kemarahan anak dan menjadi kejam jika melihat tanda kemarahan paling kecil sekalipun. Mereka adalah orangtua
yang akan berteriak marah pada anak yang mecoba menyampaikan alasannya, “Jangan Membantah” Hermanta dalam Abu Huraerah,
2012 : 42
Gaya mendidik anak yang tidak efisien akan menimbulkan pengaruh negatif terhadap perkembangan anak. Anak yang didik
dengan pola dan aturan tertentu di dalam sebuah keluarga, cenderung akan mengikuti dan meregenerasikan pola dan aturan
yang sudah ia terima sebelumnya tersebut. Jika pola dan aturan yang anak terima bersifat menyimpang, maka anak akan cenderung
melakukan tindakan menyimpang, demikian pula sebaliknya.
Universitas Sumatera Utara
2.6. Proses Enkulturasi Pada Anak