sebagai salah satu tanda bakti terhadap keluarga karena membantu perekonomian keluarga mereka.
4.11. Dampak Pekerja Anak Penyusun Batu Bata
Adanya pekerja anak di lingkungan masyarakat, tidak hanya berpengaruh negatif bagi diri anak tersebut, tetapi juga terhadap anak-anak yang berasal dari
keluarga miskin lainnya yang tinggal diantara mereka. Munculnya proses enkulturasi pada anak untuk bekerja di usia dini merupakan salah satu dampak
yang terlihat sangat jelas. Anak-anak menjadikan bekerja merupakan bagian dari proses dari kebudayaan di lingkungan sekitarnya. Proses ini berpengaruh terhadap
rendahnya kualitas belajar anak karena anak memiliki sedikit waktu belajar daripada bekerja sehingga memungkinkan anak untuk malas sekolah bahkan
cenderung untuk putus sekolah. Dampak akhir yang ditemui adalah adanya anak- anak yang menjadikan bekerja sebagai kebutuhan hidup mereka sekalipun hal itu
seharusnya merupakan tugas dan tanggung jawab dari orangtua mereka.
4.11.1. Proses Enkulturasi Bekerja di Usia Dini Pada Anak
Enkulturasi merupakan proses seorang individu menyerap cara berpikir dan bertindak untuk menyesuaikan diri dengan kebudayaan yang ada di
lingkungannya. Keluarga miskin yang tinggal di sekitar kilang, menjadikan
Universitas Sumatera Utara
bekerja sebagai penyusun batu bata merupakan bagian dari nilai kebudayaan di wilayah mereka.
Soerjono Soekanto menjelaskan bahwa nilai kebudayaan merupakan pandangan-pandangan mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang
dianggap buruk. Sebenarnya nilai itu berasal dari pengalaman manusia berinteraksi dengan sesamanya. Selanjutnya, nilai tersebut akan
berpengaruh pada pola berfikir manusia yang kemudian menentukan sikapnya. Sikap menimbulkan pola tingkah laku tertentu, yang apabila
diabstraksikan menjadi kaidah-kaidah yang nantinya akan mengatur perilaku manusia dalam berintraksi Soerjono Soekanto, 2004: 36.
Pekerjaan menyusun batu bata sebagai bagian dari nilai kebudayaan dapat dibuktikan dari hasil wawancara dari pekerja dewasa berikut ini.
“Disini anak-anak udah terbisa. Kalau anak-anak selain di kilang mana ada kegiatannya. Orangtuanya juga kan nggak
da kegiatannya selain di kilang ini. Buktinya tengoklah sehari-hari itu. Yang diluar kilang itu kerjaannya berjudi
itu. Nongkrong-nongkrong di situ. Selain itu mencuri di sawit itu. Orang-orang yang dibawah umur ga mungkin kek
gitu. Makanya disuruh anak-anak itu ke kilang. Bantu orang tua.” Hasil wawancara dari informan AM,
Desember 2013
Orangtua dan keluarga dari pekerja anak juga telah menganggap wajar jika anak-anak mereka bekerja sebagai pekerja penyusun batu bata di kilang
batu bata. Hal ini dianggap sebagai hal yang penting guna membantu perekonomian keluarga mereka. Berikut hasil wawancara dari orangtua
informan DV.
Universitas Sumatera Utara
“Dia kerja karna nggak sekolah lagi sejak tinggal 2 tahun di kelas 2. Biar ada main-mainannya. Jumpa sama kawan-
kawannya. Gajinya, dia mau ngasi samaku. Aku pun kalau gajian kukasi juga.” Hasil wawancara dari informan AS,
Oktober 2013
Jadi, selain pengaruh yang berasal dari keluarga, pengaruh teman sebaya yang bekerja di kilang juga mendorong anak-anak untuk terlibat
bekerja. Adanya pekerja anak yang terlibat dalam ekonomi guna memenuhi kebutuhannya, mengakibatkan anak-anak lain yang berada di wilayah yang
sama dan juga berasal dari keluarga miskin juga melakukan hal yang sama sehingga menjadikan bekerja di kilang sebagai bagian dalam kebudayaan
mereka sebagai keluarga yang miskin.
4.11.2. Rendahnya Kualitas Belajar Pada Anak