Pekerja Anak Korban dari Kemiskinan Struktural

Ditemui di tempat dan waktu yang berbeda dengan informan PI, informan RH memberikan penjelasan perihal kedua orangtuanya yang jarang menemuinya di rumah neneknya. Berikut hasil wawancaranya. “Mamak jarang ngasi uang. Kalau datang ngasi, kalau gak datang, gak ngasi. Mamak tau aku kerja di sini. Mamak sama bapak udah pisah. Mamak di Pantai labu. Ayah di Tanjung, jual es. Ayah gak tau aku kerja disini. Orang jarang jumpa. Aku tinggal kan sama nenek.”Hasil wawancara dari informan RH, November 2013 Anak-anak membutuhkan perhatian dan kasih sayang yang penuh dari orangtua mereka. Anak yang kurang merasakan perhatian dan kasih sayang, cenderung akan mencari kesenangan di luar rumah yang dapat berakibat buruk bagi kedewasaan mereka. Demikian pula dengan pola asuh yang bersifat otoriter pada anak akan dapat mengakibatkan anak berkembang dengan tidak baik. Perlakuan yang salah yang dilakukan oleh orangtua dan keluarga merupakan bentuk pelanggaran terhadap hak anak yang mendasar.

4.10. Pekerja Anak Korban dari Kemiskinan Struktural

Dari hasil lapangan, diperoleh bahwa ada beberapa dari pekerja anak yang memiliki orangtua yang dulunya juga merupakan pekerja di kilang batu bata, di tempat mereka bekerja. Pengaruh kemiskinan ekonomi yang dihadapi orangtua dan keluarga yang mendorong para anak bekerja di usia dini saat ini, membuktikan bahwa tidak menutup kemungkinan akan mengakibatkan para pekerja anak akan mewariskannya kepada anak-anaknya kelak ketika mereka Universitas Sumatera Utara sudah menjadi dewasa dan berkeluarga sehingga kemiskinan dan pekerja anak ini bagaikan rantai yang tidak bisa diputus. Hal ini diperkuat dengan adanya pekerja anak yang putus sekolah di jenjang pendidikan sekolah dasar yang tentunya akan berakibat pada masa depan anak tersebut. Berikut hasil wawancara dengan anak tersebut. “Aku malas sekolah. Enakan kerja. Mau beli sepeda. Sekolahku jauh. Asal pulang jalan. Capek. Gak dapat jajan karena gak ada uang.” Hasil wawancara dari informan RI, November 2013 Selain informan RI, informan PR mengaku bekerja di kilang batu bata karena pada masa ia kecil, orangtuanya yang bekerja di kilang batu bata sering membawa PR sehingga informan PR menjadi terbiasa membantu orangtuanya menyusun batu dan akhirnya, seiring waktu berjalan, informan PR mulai mampu bekerja secara sendiri tanpa bergantung dari orangtuanya. Berikut hasil wawancaranya. “Mamak dulu tinggal dan bekerja di sini, Kak. Jadi ikut kerja. Sekarang kami dah pindah rumah di Pasar Sore, mamak udah gak kerja lagi. Aku yang kerja disini.” Hasil wawancara dari PR, Oktober 2013 Dari keterangan tersebut, kemiskinan struktural terjadi di dalam kehidupan keluarga para pekerja anak. Kemiskinan yang dialami oleh orangtua atau keluarga dari pekerja anak dirasakan dan akhirnya dialami oleh anak-anak mereka karena mereka lebih mengutamakan ekonomi daripada pendidikan anak. Posisi anak dalam struktur keluarga dianggap sebagai individu yang seharusnya membantu perekonomian keluarga, dikarenakan kondisi perekonomian keluarga yang rendah Universitas Sumatera Utara sehingga adanya anggapan bahwa anak yang tidak bekerja, dianggap anak yang malas dalam pandangan keluarga. Selain posisi anak, jenis pekerjaan sebagai penyusun batu bata dianggap sebagai pekerjaan yang ringan sehingga anak juga memiliki motivasi kerja guna membantu perekonomian keluarga. Berikut hasil wawancara dari keluarga pekerja anak yang mengganggap anggota keluarganya pemalas ketika didapati tidak bekerja. “Si RH ini kadang ada malas-malasnya. Malas sekolah, malas kerja. Adiknya si Resti yang rajin. Adiknya juga kerja di kilang. Kalau gak da orangtua, maju anak-anak. Tapi kalau ada mamak-mamaknya kalah orang ini kerja.” Hasil wawancara dari informan PI, Oktober 2013 Anak yang memiliki anggota keluarga yang bekerja sebagai penyusun batu bata, cenderung mengikuti anggota keluarganya tersebut. Mereka saling menolong untuk menjadikan pekerjaan yang dilakukan menjadi lebih ringan. Hal ini dianggap lebih baik, guna memperoleh penghasilan lebih besar daripada bekerja seorang diri. Hal ini mengakibatkan adanya pekerja anak yang berasal dari satu keluarga. Berikut hasil wawancara dengan informan DV yang seluruh anggota keluarganya bergantung penuh kehidupannya dari hasil kerja di kilang batu bata. “Aku nggak sekolah lagi, Kak. Suruh abang: “Nggak usah sekolah lagi kau, Duk.” Mamak nggak marah, aku nggak sekolah.” Hasil wawancara dari informan DV, Oktober 2013 Pekerja anak dari keluarga miskin menjadikan bekerja di kilang sebagai bagian penting dari aktivitas sehari-hari keluarga mereka. Hal tersebut dianggap Universitas Sumatera Utara sebagai salah satu tanda bakti terhadap keluarga karena membantu perekonomian keluarga mereka.

4.11. Dampak Pekerja Anak Penyusun Batu Bata