memulai penjadwalan distribusi dengan lebih akurat dan pada saat yang sama mencapai stabilitas produksi.
Sebagai akibatnya kegiatan distribusi produk dapat memperoleh keuntungan besar dalam hal perbaikan pelayanan pelanggan, pengurangan biaya
persediaan, dan pengurangan sedikitnya biaya-biaya barang yang rusak.
3.3.1. Input Distribution Requirement Planning DRP
Input – input DRP secara umum meliputi data sebagai berikut :
1. Bill of Distribution Bill of Distribution merupakan informasi yang menjelaskan hubungan antara
supplier dan yang disuplainya tersusun dalam bentuk level per level. Informasi ini menunjukkan arah informasi material produk dari level yang
tinggi ke level yang rendah. Sehingga akan membantu menentukan kebutuhan kotor yang lebih tinggi nantinya.
2. Lead Time Distribusi Lead time distribusi merupakan waktu yang diperlukan dari pelepasan order
sampai order diterima DC. Lead time distribusi disusun dari beberapa komponen yaitu pelepasan order, pemuatan barang, pengangkutan barang,
dan pembongkaran barang ke DC. 3. Order Entry
Order entry merupakan proses penerimaan dan penerjemahan apa yang diinginkan konsumen kepada bagian distribusi. Hal ini dapat merupakan
sebuah proses yang sederhana seperti pembuatan dokumen penerimaan untuk
Universitas Sumatera Utara
finished good product, sampai kepada aktivitas rumit yang meliputi usaha engineering untuk produk make to order.
4. Forecasting Forecasting merupakan hasil peramalan permintaan produk pada masing-
masing DC yang langsung berhubungan dengan konsumen. 5. Inventory Record
Inventory record merupakan catatan keadaan persediaan produk pada masing- masing gudang di DC.
3.3.2. Logika Distribution Requirement Planning DRP
Pada intinya logika dari proses DRP adalah proses-proses yang hampir sama dengan MRP yaitu :
1. Netting Netting merupakan proses perhitungan kebutuhan bersih net requirement.
Kebutuhan bersih adalah selisih antara kebutuhan kotor gross requirement dengan keadaan persediaan yaitu persediaan yang masih dimiliki on-hand
dan sedang dipesan on-order. Dimana kebutuhan kotor untuk DC adalah hasil peramalan permintaan produk pada DC tersebut. Data yang harus
diketahui untuk menentukan kebutuhan bersih pada setiap periode adalah persediaan yang masih dipunyai project on
– hand pada awal perencanaan dan jadwal penerimaan untuk tiap periode perencanaan.
Universitas Sumatera Utara
2. Lot Sizing Lot Sizing merupakan proses untuk menentukan besarnya pesanan pada setiap
item berdasarkan kebutuhan bersih yang dihasilkan dari proses netting. Biasanya cara yang digunakan adalah economic order quantity EOQ.
3. Offsetting Offsetting bertujuan menentukan saat yang tepat untuk melakukan rencana
pemesanan guna memenuhi kebutuhan bersih. 4. Exploding
Exploding merupakan proses perhitungan kebutuhan kotor untuk item pada level yang lebih tinggi. Dasar untuk menentukan kebutuhan item pada level
tergantung pada posisinya pada struktur distribusi.
3.3.3. Output Distribution Requirement Planning DRP