3.2. Economic Order Quantity EOQ
4
Kegunaan EOQ merupkan metode untuk menentukan order quantity yang akan meminimumkan jumlah biaya persediaan per waktu. Dalam penggunaannya
metode EOQ ini dapat dikombinasikan untuk menentukan planned shipments. DRP adalah satu metode yang dipakai bersama dengan EOQ untuk pengendalian
persediaan dan penjadwalan distribusi pada distribution center. Asumsi
– asumsi dasar EOQ adalah : 1. Lead time adalah konstan dan diketahui.
2. Preparation cost dan total carrying cost konstan dan diketahui. 3. Replenishment sesegera mungkin.
EOQ dapat dihitung dengan rumus :
h Dk
2
Dimana : D = Jumlah kebutuhan barang selama satu periode tahun
k = Ordering cost setiap kali pesan h = Holding cost setiap kotak selama satu periode tahun
4
Arman Hakim dan Yudha Prasetyawan, 2008, Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Yogyakarta: Graha Ilmu, Hal. 134.
Universitas Sumatera Utara
3.3. Distribution Requirement Planning DRP
5
Distribusi yaitu usaha perpindahan atau pengiriman produk dari akhir lini produksi kepada konsumen. Kegiatan distribusi meliputi transportasi, proteksi
terhadap pengemasan, pengendalian persediaan, bangunan pabrik, pemilihan lokasi gudang, pemrosesan pesanan, peramalan pasar, dan layanan pelanggan.
Distribution Requirement Planning DRP merupakan suatu rencana penjadwalan kebutuhan untuk mengisi persediaan pada distribution center DC.
Sistem distribusi diklasifikasikan atas 2 jenis yaitu : 1. Sistem tarik pull system
Sistem tarik yaitu sistem pengisian persediaan dimana setiap DC menentukan kebutuhannya dan memesan dari CSF.
2. Sistem dorong push system Sistem dorong yaitu sistem pengisian persediaan dimana CSF menentukan
bagaimana mengalokasikan produksi ke DC daripada menunggu mereka untuk memesan.
Distribution Requirement Planning DRP merupakan proses manajemen yang mengintegrasikan sejumlah aktivitas kritis yang perlu untuk mengatur dan
mengendalikan operasi-operasi distribusi dan mengintegrasikan kebutuhan operasi tersebut dengan kemampuan dari sumber persediaan. Logika yang digunakan
dalam DRP hampir sama dengan MRP. DRP mengantisipasi kebutuhan dengan perencanaan ke depan pada tiap level distribusi. Dengan DRP ini, unit usaha
5
Vincent Gaspersz, 2005, Production Planning and Inventory Control, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, Hal.300-300.
Universitas Sumatera Utara
memulai penjadwalan distribusi dengan lebih akurat dan pada saat yang sama mencapai stabilitas produksi.
Sebagai akibatnya kegiatan distribusi produk dapat memperoleh keuntungan besar dalam hal perbaikan pelayanan pelanggan, pengurangan biaya
persediaan, dan pengurangan sedikitnya biaya-biaya barang yang rusak.
3.3.1. Input Distribution Requirement Planning DRP
Input – input DRP secara umum meliputi data sebagai berikut :
1. Bill of Distribution Bill of Distribution merupakan informasi yang menjelaskan hubungan antara
supplier dan yang disuplainya tersusun dalam bentuk level per level. Informasi ini menunjukkan arah informasi material produk dari level yang
tinggi ke level yang rendah. Sehingga akan membantu menentukan kebutuhan kotor yang lebih tinggi nantinya.
2. Lead Time Distribusi Lead time distribusi merupakan waktu yang diperlukan dari pelepasan order
sampai order diterima DC. Lead time distribusi disusun dari beberapa komponen yaitu pelepasan order, pemuatan barang, pengangkutan barang,
dan pembongkaran barang ke DC. 3. Order Entry
Order entry merupakan proses penerimaan dan penerjemahan apa yang diinginkan konsumen kepada bagian distribusi. Hal ini dapat merupakan
sebuah proses yang sederhana seperti pembuatan dokumen penerimaan untuk
Universitas Sumatera Utara
finished good product, sampai kepada aktivitas rumit yang meliputi usaha engineering untuk produk make to order.
4. Forecasting Forecasting merupakan hasil peramalan permintaan produk pada masing-
masing DC yang langsung berhubungan dengan konsumen. 5. Inventory Record
Inventory record merupakan catatan keadaan persediaan produk pada masing- masing gudang di DC.
3.3.2. Logika Distribution Requirement Planning DRP
Pada intinya logika dari proses DRP adalah proses-proses yang hampir sama dengan MRP yaitu :
1. Netting Netting merupakan proses perhitungan kebutuhan bersih net requirement.
Kebutuhan bersih adalah selisih antara kebutuhan kotor gross requirement dengan keadaan persediaan yaitu persediaan yang masih dimiliki on-hand
dan sedang dipesan on-order. Dimana kebutuhan kotor untuk DC adalah hasil peramalan permintaan produk pada DC tersebut. Data yang harus
diketahui untuk menentukan kebutuhan bersih pada setiap periode adalah persediaan yang masih dipunyai project on
– hand pada awal perencanaan dan jadwal penerimaan untuk tiap periode perencanaan.
Universitas Sumatera Utara
2. Lot Sizing Lot Sizing merupakan proses untuk menentukan besarnya pesanan pada setiap
item berdasarkan kebutuhan bersih yang dihasilkan dari proses netting. Biasanya cara yang digunakan adalah economic order quantity EOQ.
3. Offsetting Offsetting bertujuan menentukan saat yang tepat untuk melakukan rencana
pemesanan guna memenuhi kebutuhan bersih. 4. Exploding
Exploding merupakan proses perhitungan kebutuhan kotor untuk item pada level yang lebih tinggi. Dasar untuk menentukan kebutuhan item pada level
tergantung pada posisinya pada struktur distribusi.
3.3.3. Output Distribution Requirement Planning DRP
Sistem DRP dengan nyata menghasilkan dua output yaitu DRP Worksheet untuk setiap DC, dan master schedule yang merupakan DRP Worksheet untuk
CSF di samping terdapat pegging information yang dapat melacak kembali sumber dari permintaan pada CSF. DRP Worksheet memiliki 2 bagian penting
yaitu: 1. Time Phased Information
Time phased information adalah informasi-informasi yang dikeluarkan berdasarkan pada suatu time phased yang menunjukkan perkiraan keadaan
pada time phased tersebut. Informasi time – phased meliputi:
a. Demands Forecast
Universitas Sumatera Utara
Demands Forecast merupakan hasil peramalan permintaan akan suatu produk pada masing-masing distribution center.
b. Planned Shipments-Receipt Date Planned Shipments-Receipt Date merupakan jumlah item atau produk yang
dijadwalkan untuk dimasukkan dalam stok. Planned Shipments-Receipt Date produk tidak harus dalam perjalanan, tetapi dapat juga berupa order
yang masih dalam pengemasan dan pemuatan. c. Planned Shipments-Ship Date
Planned Shipments-Ship Date merupakan order yang belum dilepas dan masih dalam perencanaan. Pada DC, Planned Shipments-Ship Date adalah
jadwal untuk pengiriman produk pada masa yang akan datang dari CSF. d. Project On-Hand
Project On-Hand merupakan proyeksi jumlah persediaan yang ada pada suatu time phased tertentu. Project On-Hand merupakan suatu
perencanaan jumlah persediaan pada DC dan CSF yang dijadikan gambaran persediaan yang ada pada masa yang akan datang. Sehingga
dengan Project On-Hand ini, setiap komponen sistem distribusi dapat mengetahui masing-masing inventory level sistem tersebut.
2. Description Information Description information merupakan atribut-atribut masukan pada awal
perencanaan. Description information ini berupa pengolahan data awal untuk masukan sistem DRP. Description Information meliputi:
Universitas Sumatera Utara
a. On-hand balance On-hand balance merupakan jumlah persediaan produk yang terdapat
dalam DC pada awal perencanaan. On-hand balance tidak termasuk pada produk yang berada dalam transit dan produk yang rusak. Jadi produk
yang ada pada DC adalah jumlah produk yang tersedia untuk dikirimkan. b. Safety stock
Safety stock merupakan persediaan pengaman yang digunakan untuk memproteksi keadaan apabila penjualan melebihi apa yang diramalkan.
c. Lead time distribusi Lead time distribusi merupakan waktu yang dibutuhkan untuk melepaskan
suatu order sampai waktu order diterima di distribusi. Lead time distribusi dimulai saat menentukan kebutuhan untuk sebuah penambahan
replenishment sampai saat inventory yang dibutuhkan. d. Order Quantity
Order Quantity merupakan jumlah produk yang telah ditentukan untuk dikirim. Sedangkan pegging information adalah suatu cara untuk dapat
melacak kembali sumber dari permintaan pada CSF untuk satu waktu tertentu. Pegging information sangat berguna bilamana seluruh demand
dari sebuah item tidak dapat dipenuhi. Penggunaan pegging ini penting dilakukan untuk menghemat waktu dalam memperoleh sumber masalah
untuk perencanaan pendistribusian bilamana demand melebihi supply. Dengan bantuan pegging information, perencana dapat lebih banyak
Universitas Sumatera Utara
menghabiskan waktu untuk pemecahan masalah tersebut daripada mencari dimana terjadi kelebihan demand.
Tabel 3.1. Distribution Resource Planning Sheet Distribution Resource Planning Sheet untuk Distribution X
On Hand Balance : Lead Time
: Safety
Stock :
Order Quantity
:
Past Due
Week 1
2 3
4 5
6 7
8 9
10 Gross Requirement
Schedule Receipt Project On Hand
Plan Order Receipt Plan Order Release
Sumber: Andre J. Martin, Distribution Resource Planning
3.3.4. Sumber-sumber Perubahan yang Mempengaruhi Rencana DRP
Beberapa perubahan yang mungkin akan mempengaruhi rencana DRP adalah:
1. Kesalahan peramalan. 2. Perbaikan-perbaikan peramalan.
3. Variasi lead time.
Universitas Sumatera Utara
4. Kehilangan atau kerusakan dari inventory. 5. Pemogokan karyawanpekerja.
3.3.5. Stok Pengaman dalam DRP
Stok pengaman
dalam DRP
digunakan untuk
mengantisipasi ketidakpastian permintaan relatif terhadap ramalan-ramalan yang dibuat.
Ketidakpastian ini paling mungkin terjadi apabila permintaan benar-benar independent pada pusat-pusat distribusi yang secara langsung melayani
pelanggan. Tingkat stok pengaman secara keseluruhan dalam sistem distribusi seharusnya menjadi lebih kecil untuk push system daripada pull system.
Salah satu cara untuk menyelesaikan masalah ketidak pastian permintaan dan penawaran lead time uncertainty yaitu dengan mengkombinasikan data yang
menunjukkan rata-rata permintaan. Hal ini akan menghasilkan ukuran variasi yang lebih besar, namun dapat diterapkan sebagai perhitungan dalam keadaaan
normal untuk menentukan stok pengaman guna mencapai tingkat pelayanan yang diinginkan yaitu :
SS = z x s Dimana :
SS = stok pengaman yang disediakan untuk menghadapi ketidakpastian permintaan dan penawaran.
z = faktor pengganda pada tingkat pelayanan yang diinginkan. s = simpangan baku di sekitar rata-rata permintaan.
Universitas Sumatera Utara
3.4. Manajemen Logistik
Logistik merupakan seni dan ilmu mengatur dan mengontrol arus barang, energi, informasi, dan sumber daya lainnya, seperti produk, jasa, dan manusia,
dari sumber produksi ke pasar dengan tujuan mengoptimalkan penggunaan modal. Manufaktur dan marketing akan sulit dilakukan tanpa dukungan logistik. Logistik
juga mencakup integrasi informasi, transportasi, inventori, pergudangan, reverse logistics dan pemaketan.
Berdasarkan pengertian di atas, maka misi logistik adalah mendapatkan barang yang tepat, pada waktu yang tepat, dengan jumlah yang tepat, kondisi yang
tepat, dengan biaya yang terjangkau, dengan tetap memberikan kontribusi profit bagi penyedia jasa logistik
Karenanya, logistik selalu berkutat dalam menemukan keseimbangan untuk dua hal yang amatlah sulit untuk disinergikan, yaitu menekan biaya
serendah-rendahnya tetapi tetap menjaga tingkat kualitas jasa dan kepuasan konsumen. Dalam dunia bisnis yang selalu berubah, manajemen logistik yang
baik merupakan sebuah keharusan Ada 5 komponen yang membentuk sistem logistik, yaitu : Struktur lokasi
fasilitas, transportasi, persediaan inventory, komunikasi, penanganan handling dan penyimpanan storage. Dalam suatu jaringan transportasi merupakan suatu
rantai penghubung. Manajemen transportasi dan lalu lintas mendapat banyak perhatian dalam tahun-tahun ini. Pada umumnya, suatu perusahaan mempunyai 3
alternatif untuk menetapkan kemampuan transportasinya. Pertama armada peralatan swasta yang dapat dibeli atau disewa atau disebut dengan private. Yang
Universitas Sumatera Utara
kedua kontrak khusus yang dapat diatur dengan spesialis transportasi untuk mendapatkan kontrak jasa-jasa pengangkutan. Dan yang ketiga adalah suatu
perusahaan dapat memperoleh jasa-jasa dari perusahaan transportasi berijin yang menawarkan pengangkutan dari suatu tempat ke tempat tertentu dengan biaya
tertentu atau disebut dengan angkutan umum. Dilihat dari sudut pandang logistik, terdapat tiga faktor yang memegang peranan penting dalam menentukan
kemampuan pelayanan transportasi yaitu : biaya, kecepatan, dan konsistensi. Kegiatan logistik akan berjalan dengan efektif dan efisien apabila
memenuhi empat syarat yaitu : tepat jumlah, tepat mutu, tepat ongkos dan tepat waktu.
6
Tujuan logistik adalah menyediakan produk dalam julah yang tepat, kualitas yang tepat, pada waktu yang tepat dengan biaya yang rendah. Ciri utama
kegiatan logistik adalah tercapainya sistem yang integral dari berbagai dimensi dan tujuan kegiatan terhadap pemindahan movement serta penyimpanan
storage secara strategis di dalam pengelolaan perusahaan.
3.5. Konsep Logistik Terpadu