Tabel 5.31. Biaya Transportasi Sebelum Penerapan Savings Matrix
Distribution Center
Elemen Biaya Total Biaya
transportasi Rptrip Biaya Transportasi RpOrder
Bahan Bakar Operasional
Sewa Armada
TIV 158.625
310.000 986.375
1.455.000 SM
1.730.250 830.000
8.464.750 11.025.000
TSML 158.625
310.000 986.375
1.455.000 HMT
1.602.000 880.000
11.000.000 13.482.000
TSMS 1.613.250
880.000 11.000.000
13.493.250 TDR
1.680.750 880.000
11.000.000 13.560.750
AWS 1.545.000
880.000 11.000.000
13.425.000
Total 67.896.000
5.2.8. Identifikasi Matrix Jarak
Langkah pertama metode Saving Matrix adalah membuat matriks jarak distance matrix. Pada langkah ini diperlukan jarak CSF ke masing-masing distributor, dan jarak
antar distributor yang satu dengan distributor yang lainnya. Jarak tersebut digunakan untuk menentukan matriks penghematan Savings Matrix yang akan dikerjakan pada
langkah berikutnya.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.32. Jarak CSF ke Distributor dan Jarak Antar Distributor
Jarak Km CSF
TIV SM
TSML HMT
TSMS TDR
AWS CSF
TIV 70,5
SM
769 601,9
TSML 69,6
0,9 601
HMT
712 686,9
1278 686
TSMS 717
691,9 1315
691 8,1
TDR 747
817,5 1356
816,6 332
325
AWS
611 681,5
1220 680,6
238 230
99,1 Sumber : Google Maps
5.2.9. Mengidentifikasi Matrix Penghematan Savings Matrix
Langkah kedua yaitu matriks penghematan saving matrix. Saving matrix merepresentasikan penghematan yang bisa direalisasikan dengan menggabungkan
dua atau lebih pelanggan kedalam satu rute.
Tabel 5.33. Tabel Penghematan Jarak
Jarak KM
TIV SM
TSML HMT
TSMS TDR
AWS TIV
SM 237,6
TSML 139,2
237,6 HMT
95,6 203
95,6 TSMS
95,6 171
95,6 1420,9
TDR 160
1127 1139
AWS 160
1085 1098
1258,9
Sumber : Pengolahan Data
Universitas Sumatera Utara
Untuk penghematan jarak antara distributor SM dan distributor TIV, perhitungannya adalah sebagai berikut. Penghematan jarak antara distributor yang satu dengan yang
lainnya menggunkan rumus yang sama. S Sm,Tiv = J Csf, Sm + JCsf,Tiv
– JSm,Tiv Dimana:
SSm,Tiv = Penghematan Jarak
J Csf,Sm = Jarak Csf ke distributor SM
J Csf,Tiv = Jarak Csf ke distributor TIV
J Sm,Tiv = Jarak distributor SM ke distributor TIV
5.2.10. Mengalokasikan Tujuan ke Rute
Pada tahap ini dilakukan penentuaan kendaraan terhadap distributor. Tujuan dilakukannya penentuan kendaraan terhadap distributor adalah untuk memaksimalkan
penghemataan jarak, untuk itu diperlukan prosedur iterasi yang akan dilakukan dari matriks penghematan. Syarat utamanya adalah dua rute dapat digabung dalam satu rute
feasible jika total pengiriman kedua rute tidak melebihi kapasitas alat transportasi yang digunakan. Pada PT. Tirta Sibayakindo, membatasi jumlah beban pengiriman Aqua 600
ml sebanyak 1.400 box atau 33.600 botol untuk satu alat transportasi. Langkah pertama dari prosedur iterasi adalah menggabungkan dua rute
dengan penghematan tertinggi menjadi satu rute yang feasible. Prosedur ini dilakukan terus menerus sampai tidak ditemukan lagi kombinasi yang feasible.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.34. Tabel Penghematan Jarak Iterasi Pertama
Jarak KM
RUTE Jarak
KM TIV
SM TSML
HMT TSMS
TDR AWS
TIV TIV
SM SM
237,6 TSML
TSML 139,2
237,6 HMT
HMT 95,6
203 95,6
TSMS I
TSMS 95,6
171 95,6
1420,9 TDR
I TDR
160 1127
1139 AWS
II AWS
160 1085
1098 1258,9
Sumber : Pengolahan data
Keterangan :
: Penggabungan Diijinkan : Penggabungan Tidak Diijinkan
Pada penelitian ini, penghematan tertinggi adalah
1420,9
yang merupakan penggabungan rute pengiriman distributor TSMS dan distributor HMT. Pada proses
iterasi ini tidak memungkinkan dilakukan penggabungan karena total pengiriman yang dilakukan adalah untuk distributor TSMS jumlah produk yang akan dikirim
adalah 748 box dan distributor HMT total pengiriman adalah 1.324 box, maka total penjumlahan pengiriman adalah 748 + 1.324 = 2.072 box berada diatas kapasitas
yang diijinkan yaitu 1.400 box sehingga dua distributor tersebut tidak dapat digabung dalam satu rute pengiriman.
Penghematan tertinggi berikutnya yaitu
1258,9
yang merupakan gabungan dari distributor AWS dan distributor TDR, distributor AWS memiliki jumlah pengiriman
Universitas Sumatera Utara
sebanyak 1.287 box dan distributor TDR memiliki jumlah pengiriman 1.702 box, maka gabungan total kirim kedua distributor tersebut sebanyak 1.287 + 1.702 = 2.980
diatas batas maksimal yang ditetapkan perusahaan, maka penggabungan tidak diijinkan.
Penghematan tertinggi selanjutnya terdapat pada gabungan dari distributor TDR dan distributor TSMS yang memiliki kapasitas 302 + 748 = 1.050 berada
dibawah kapasitas yang diijinkan 1.400 box, maka penggabungan kedua rute tersebut diijinkan. Kedua rute tersebut tergabung dalam Rute I TDR dan TSMS .
Penghematan tertinggi selanjutnya yaitu TDR dan HMT, karena TDR sudah memiliki rute pengiriman yang tergabung dalam rute I TDR dan TSMS dengan
kapasitas 1.050, maka HMT akan digabung kedalam rute I, dengan perhitungan kapsitas TDR dan TSMS + HMT = 1.050 + 1.324 = 2.374 box, berada diatas
kapasitas 1.400 box, maka penggabungan tersebut tidak diijinkan. Penggabungan yang tidak diijinkan lainnya yaitu penghematan antara AWS
dan TSMS dengan kapasitas gabungan yaitu 1.287 + 748 = 2.035 box, berada diatas kapasitas yang ditetapkan perusahaan 1.400 box. Sama halnya seperti AWS dan
TSMS, penggabungan antara AWS dan HMT juga tidak diijinkan karena berada diatas kapasitas 1.400 box, yaitu 1.287 + 1.324 = 2.611 box.
Penghematan tertinggi selanjutnya yaitu SM dan TIV, dengan kapasitas gabungan yaitu 539 + 1.068 = 1.607 berada diatas kapasitas yang diijinkan 1.400 box,
sehingga penggabungan rute tidak diijinkan. Sama halnya seperti TSML dan SM dengan kapasitas gabungan yaitu 1.097 + 539 = 1.636 berada diatas kapasitas yang
Universitas Sumatera Utara
diijinkan. Selanjutnya penggabungan antara HMT dan SM juga tidak diijinkan, dengan kapasitas gabungan 1.324 + 539 = 1.863 box.
Penghematan tertinggi selanjutnya yaitu TSMS dan SM, karena TSMS sudah memiliki rute pengiriman yang tergabung dalam rute I TDR dan TSMS dengan
kapasitas 1.050, maka SM akan digabung kedalam rute I, dengan perhitungan kapasitas TDR dan TSMS + SM = 1.050 + 539 = 1.589 box, berada diatas
kapasitas 1.400 box, maka penggabungan tersebut tidak diijinkan. Penghematan tertinggi selanjutnya yaitu TSML dan TIV, dengan kapasitas
gabungan yaitu 1.097 + 1.068 = 2.165 berada diatas kapasitas yang diijinkan 1.400 box, sehingga penggabungan rute tidak diijinkan. Penggabungan lain yang memiliki
nilai penghematan yang sama dan tidak diijinkan yaitu HMT dan TIV, TSMS dan TIV, HMT dan TSML, serta TSMS dan TSML karena berada diatas kapasitas
yang diijinkan perusahaan yaitu 1.400 box.
Tabel 5.35. Savings Matrix Setelah Dilakukan Iterasi.
Jarak KM
RUTE Jarak
KM TIV
SM TSML
HMT TSMS
TDR AWS
TIV VI
TIV SM
V SM
237,6 TSML
IV TSML
139,2 237,6
HMT III
HMT 95,6
203
95,6 TSMS
I TSMS
95,6 171
95,6 1420,9
TDR I
TDR
160
1127 1139
AWS II
AWS 160
1085 1098
1258,9
Sumber : Pengolahan data
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil iterasi diperoleh 5 rute pengiriman yaitu :
Rute I : TDR dan TSMS Rute II : AWS
Rute III : HMT Rute IV : TSML
Rute V : SM Rute VI : TIV
Langkah selanjutnya adalah menentukan urutan-urutan distributor dalam setiap rute yang telah dikelompokkan. Untuk menentukan urutan distributor yang akan
dilalui dari sub rute yang terbentuk digunakan metode nearest neighbor. Prinsip dasar dari metode Nearet Neighbor adalah memilih jalur yang sudah
dikelompokan dalam satu rute yang memiliki jarak tempuh terkecil yang mempunyai jarak terdekat dengan distribution center DC kemudian dilanjutkan ke jarak
pelanggan yang terdekat dengan pelanggan yang sudah dilalui oleh alat transportasi, sampai seluruh customer dalam rute yang dikelompokan tersebut di layani semuanya.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.36. Metode Nearest Neighbor Rute Kendaraan 1 Dc
TDR TSMS
1.464 717
717 30
Tabel 5.37. Metode Nearest Neighbor Rute Kendaraan 2 Dc
AWS 1.222
611 611
Tabel 5.38. Metode Nearest Neighbor Rute Kendaraan 3 Dc
HMT 1.424
712 712
Tabel 5.39. Metode Nearest Neighbor Rute Kendaraan 4 Dc
TSML 139,2
69,6 69,6
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.40. Metode Nearest Neighbor Rute Kendaraan 5 Dc
SM 1.538
769 769
Tabel 5.41. Metode Nearest Neighbor Rute Kendaraan 6 Dc
TIV 141
70,5 70,5
Setelah semua rute distributor diurutkan, maka diperoleh hasil urutan distributor yang akan dikunjungi berdasarkan lima rute yang diperoleh sebelumnya.
Urutan rute distributor yang akan dikunjungi terlebih dahulu dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5.42. Urutan Rute Distribusi yang Akan Dikunjungi Terlebih Dahulu
Rute Urutan Perjalanan
Jarak Tempuh Km 1
TDR – TSMS
1.464
2 AWS
1.222
3 HMT
1.424
4 TSML
139,2
5 SM
1.538
6 TIV
141
Total 5.928,2
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.43. Biaya Transportasi Setelah Penerapan Savings Matrix
Rute Rute
Perjalanan Jarak
Tempuh Km
Elemen Biaya
Total Biaya transportasi
Rptrip
Biaya Transportasi Bahan
bakar Operasional
Sewa Armada
1
TDR –
TSMS 1.464
1.647.000
1.760.000 11.000.000
14.407.000
2
AWS 1.222
1.545.000 880.000
11.000.000
13.425.000
3 HMT
1.424
1.602.000 880.000
11.000.000
13.482.000
4 TSML
139,2
158.625 310.000
986.375
1.455.000
5 SM
1.538
1.730.250 830.000
8.464.750
11.025.000
Tabel 5.43. Biaya Transportasi Setelah Penerapan Savings Matrix Lanjutan
Rute Rute
Perjalanan Jarak
Tempuh Km
Elemen Biaya
Total Biaya transportasi
Rptrip
Biaya Transportasi Bahan
bakar Operasional
Sewa Armada
6
TIV 141
158.625 310.000
986.375
1.455.000
Total 5.928,20 6.841.500
4.970.000 43.437.500
55.249.000
Setelah dilakukan perhitungan savings matrix maka diperoleh penghematan biaya transportasi perusahaan sebesar Rp. 12.647.000
Universitas Sumatera Utara
BAB VI
ANALISIS PEMECAHAN MASALAH
6.1. Analisis Hasil Peramalan Permintaan Distribution Center