Analisis Sub Rute Distribusi Analisis Jarak Tempuh

6.6. Analisis Sub Rute Distribusi

Perbandingan antara sub rute distribusi yang digunakan oleh perusahaan dengan sub rute distribusi yang diusulkan diuraikan pada Tabel 6.2. Tabel 6.2. Perbandingan Sub Rute distribusi Rute Perusahaan Urutan Rute Usulan Savings Matrix Urutan 1 CSF – TIV - CSF 1 CSF – TDR – TSMS –CSF 2 CSF – SM - CSF 2 CSF – AWS –CSF 3 CSF – TSML - CSF 3 CSF – HMT – CSF 4 CSF – HMT - CSF 4 CSF – TSML – CSF 5 CSF – TSMS - CSF 5 CSF – SM – CSF 6 CSF – TDR - CSF 6 CSF – TIV – CSF 7 CSF – AWS - CSF Dari Tabel 6.2. terlihat bahwa terjadi pengurangan sub rute yang terbentuk pada rute distribusi yang diusulkan dibandingkan dengan sub rute yang dijalankan perusahaan selama ini. Dimana pada rute distribusi yang diusulkan terdapat 6 sub rute sedangkan rute distribusi perusahaan terdapat 7 sub rute. Terjadi penggabungan beberapa distributor kedalam satu sub rute. Hal ini dapat terjadi karena dalam pembentukan sub rute yang diusulkan dengan menggunakan metode saving matriks telah mempertimbangkan jarak tempuh perjalanan dan penggunaan kapasitas alat angkut. Universitas Sumatera Utara Pembentukan sub rute dimulai dari penggabungan dua distributor yang memiliki penghematan jarak terbesar dan penggabungan tersebut disesuaikan dengan kapasitas alat yang digunakan. Jika permintaan dari penggabungan tersebut melebihi dari kapasitas alat angkut maka penggabungan tersebut tidak layak, tetapi jika tidak melebihi dari kapasitas maka penggabungan tersebut layak dilakukan.

6.7. Analisis Jarak Tempuh

Penentuan Rute Distribusi yang optimal sangat dipengaruhi oleh jarak yang akan ditempuh dalam proses pendistribusian barang. Karena semakin jauh jarak tempuh maka semakin jauh pula waktu tempuh mobil angkut yang digunakan dan sebaliknya semakin pendek jarak tempuh maka waktu yang diperlukan dalam melakukan proses distribusi akan semakin singkat. Jarak tempuh dari sub rute distribusi awal dan usulan terdapat pada Tabel 6.3. Tabel 6.3. Perbandingan Jarak Distribusi Rute Jarak Tempuh Usulan Km Rute Jarak Tempuh Perusahaan km 1 1.464 1 141 2 1.222 2 1.538 3 1.424 3 139,2 4 139,2 4 1.424 5 1.538 5 1.434 Universitas Sumatera Utara Tabel 6.3. Perbandingan Jarak Distribusi Lanjutan Rute Jarak Tempuh Usulan Km Rute Jarak Tempuh Perusahaan km 6 141 6 1.494 Total 5.928,2 7 1.222 Total 7.392,2 Dari Tabel 6.3 dapat dilihat bahwa rute yang diusulkan memiliki total jarak tempuh yang lebih pendek dibandingkan dengan rute yang digunakan perusahaan, dimana pengurangan total jarak tempuh sebesar 1.464 km. Hal tersebut terjadi karena adanya pengurangan sub rute yang terbentuk sehingga berdampak pada pengurangan jarak total dari rute yang ditempuh dalam melakukan proses distribusi. Dari sub rute yang terbentuk, disempurnakan lagi dengan menggunakan metode nearest neighbor untuk menentukan jarak tempuh yang paling minimum. Penentuan jarak minimum dari sub rute yang terbentuk dengan metode ini dilakukan dengan prinsip bahwa distributor yang pertama dikunjungi adalah distributor yang memiliki jarak terdekat dengan CSF. Distributor yang akan dikunjungi selanjutnya adalah distributor yang jaraknya paling dekat dengan distributor yang terakhir dikunjungi. Dengan menggunakan metode nearest neighbor terjadi perubahan urutan kunjungan distributor yang dilalui pada proses pengiriman barang yang mengakibatkan jarak rute distribusi yang lebih minimum. Universitas Sumatera Utara Tabel 6.4. Urutan Rute Distribusi yang Akan Dikunjungi Rute Urutan Perjalanan Jarak Tempuh Km 1 TDR – TSMS 1.464 2 AWS 1.222 3 HMT 1.424 4 TSML 139,2 5 SM 1.538 6 TIV 141 Total 5.928,2

6.8. Analisis Biaya Transportasi