commit to user lxvi
Di sebagian besar lokalisasi, pemeliharaan kesehatan bagi pekerjanya dilakukan oleh paramedic atas inisiatif sendiri. Mengingat kualitas paramedik
Indonesia pada umumnya, sangat sulit diharapkan bahwa mereka akan melakukan penyuluhan dan konseling tentang penyakit menular seksual ke
lokasi-lokasi pelacuran, apalagi mengadakan studi epidemiologis. Pengabaian terhadap masalah ini hanya karena pelacur secara resmi dianggap “tidak ada”,
padahal pengabaian ini akan memperbesar risiko mereka dan para pelanggan mereka untuk tertular penyakit seksual Mohamad, 1998:119.
4. Gender
Gender adalah isu yang tak ada habisnya sepanjang masa. Dari dulu hingga kini selalu menjadi perdebatan panjang bukan hanya di masyarakat
Indonesia saja, bahkan di berbagai belahan dunia isu gender ini selalu menjadi perdebatan menarik. Gender sering kali disamakan dengan seks, namun
keduanya memiliki perbedaan yang mendasar. Gender adalah suatu konstruksi atau bentuk sosial yang sebenarnya
bukan bawaan lahir sehingga dapat dibentuk atau diubah tergantung dari tempat, waktu, zaman, suku rasbangsa, budaya, status sosial, peahaman
agama, Negara, ideology, poliitik, hukum dan ekonomi. Sedangkan jenis kelamin seks merupakan kodrat Tuhan ciptaan Tuhan yang berlaku dimana
saja dan sepanjang masa yang tidak dapat berubah dan dipertukarkan antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan Nugroho, 2008:8.
commit to user lxvii
Kenyataan biologis yang membedakan dua jenis kelamin melahirkan dua teori besar, yaitu teori nature dan teori nurture. Pengikut teori nature,
secara ekstreme beranggapan bahwa perbedaan biologis antara perempuan dan laki-laki disebabkan oleh perbedaan-perbedaan biologis dua insan
tersebut. Sedangkan pengikut teori nurture beranggapan bahwa perbedaan psikologis antara perempuan dan laki-laki sebagian besar disebabkan oleh
konstruksi sosial melalui sosialisasi Murniati, 2004: XVIII. Dari penjelasan diatas diketahui jika identitas gender merupakan
definisi tentang perempuan atau laki-laki dengan berbagai karakteristik perilakunya dan dikembangkan sebagi hasil proses sosialnya. Gender sama
dengan teori nurture yang merupakan pelabelan laki-laki dan perempuan berdasarkan bentukan dari masyarakat yang ada disekitarnya, biasanya laki-
laki di identikkan dengn sifat maskulin sedangkan perempuan dengan sifat feminin,
Fauziah Kartini dalam jurnalnya yang berjudul “What’s hip, What’s Hop? Disharmonized Representations of Gender in Music Videos”
mengatakan: “From the time we are born into society, we are encouraged to conform to the
gender that society prescribes for us. These are socially endorsed views of masculinity and femininity and they are taught to individuals through a
variety of cultural means. When socialization is effective in teaching us to adopt the gender society prescribes for our sex, biological males learn to be
masculine and biological females become feminine Kartini, Fauziah, Vol. 26, No.2, pp 33-46, 2010.
commit to user lxviii
Dari saat kita lahir di suatu masyarakat, kita didorong untuk menyesuaikan dengan pengertian gender yang dibangun pada masyarakat itu.
Hal ini adalah pandangan yang didorong secara sosial terhadap maskulinitas dan feminitas dan mereka mengajarkan kepada masing-masing individu
melalui kebudayaan. Ketika berjalan efektif sosialisasi ini mengajarkan kepada kita untuk mengadopsi pengertian dalam masyarakat bahwa gender
ditentukan berdasarkan jenis kelamin, pria belajar menjadi maskulin dan perempuan menjadi feminin.
Perbedaan perlakuan terhadap pria dan wanita telah dimulai sejak kita lahir. Anak perempuan diarahkan untuk bisa mengerjakan pekerjaan rumah
tangga sedangkan anak laki-laki dibiarkan bermain sesukanya. Anak perempuan diajarkan untuk lebih sering dirumah dengan lebih banyak aturan.
Ajaran ini secara tidak langsung menanamkan jika perempuan diarahkan pada sektor domestik, sementara laki-laki bebas bermain diluar rumah yang lebih
diarahkan pada sektor publik. Dengan tidak sadar, sejak kecilpun perempuan telah mengalami diskriminasi dari pola asuh keluarganya.
Melihat bagaimana struktur masyarakat dan norma-norma yang tertanam dalam masyarakat, bisa dipahami jika kemudian timbul ketimpangan
dalam masyarakat. Pria menjadi penghuni “kelas satu” karena memang sejak mereka lahir hal itu sudah ditanamkan, baik oleh keluarga maupun
masyarakat. Wanita dianggap kaum lemah yang menduduki posisi “sub ordinat” Abdullah, 1997:247.
commit to user lxix
Label maskulin yang dilekatkan pada laki-laki melambangkan adanya keperkasaan, kekuasaan, atau keheroisme, sementara label feminine yang
dilekatkan pada perempuan menyiratkan watak-watak halus, lembut, mengalah, dan pasrah. Ketimpangan gender dalam masyarakat yang
memposisikan laki-laki diatas perempuan akhirnya membentuk suatu pola budaya yang dinamakan budaya patriarkhi.
5. Patriakhi