commit to user cxl
b. Peralatan: Peralatan klinis untuk kesehatan reproduksi
belum menciptakan rasa aman bagi perempuan
Scene 11 Pada scene 11 Della menceitakan pengalaman khitannya. Pada
saat itu ia berusia 10-11 tahun. Della dan tiga orang adiknya dibawa orang tuanya ke sebuah klinik di Bukit Tinggi untuk di
khitan. Proses khitan yang terjadi pada dirinya tidak lancar karena obat biusnya tidak beraksi. Della merasa kesakitan
sampai ia menangis kencang. Pengalaman inilah yang membuat Della merasa terdzalimi dan trauma berkepanjangan
hingga ia dewasa.
Bukti bahwa peralatan klinis untuk kesehatan reproduksi belum menciptakan rasa aman bagi perempuan
Data film……………….
c. Faktor-faktor yang peralatan klinis untuk kesehatan
reproduksi belum menciptakan rasa aman : 1.
Trauma mal praktik …………data film dan Dampak khitan 2.
Dampak jangka panjang adalah http:ibuprita.suatuhari.cominilah-bahaya-di-balik-sunat-
perempuan :
1. Rasa sakit berkepanjangan pada saat berhubungans seks 2. Penis tidak dapat masuk dalam vagina sehingga memerlukan
commit to user cxli
tindakan operasi. 3. Disfungsi seksual tidak dapat mencapai orgasme pada saat
berhubungan seks 4. Disfungsi haid yang mengakibatkan hematocolpos
akumulasi darah haid dalam vagina, hematometra akumulasi darh haid dalam rahim dan hematosalpinx akumulasi darah
haid dalam saluran tuba 5. Infeksi saluran kemih kronis
6. Inkontinensi urin tidak dapat menahan kencing 7. Bisa terjadi abses, kista dermoid dan keloidjaringan parut
mengeras
1. Film III: Nona Nyoya
Dalam film Nona nyonya ini ada tiga kasus yang diangkat yang pertama adalah kasus Kelly yang mengalami masalah keputihan dan minimnya
informasi tentang penyakitnya. Yang kedua adalahh kasus Cinzia yang menceritakan tentang pengalaman perempuan belum menikah atau yang
masih berstatus “nona” yang mengalami perlakuan diskriminatif dari dokter kandungan laki-laki yang memeriksanya. Yang ketiga adalah kasus Ade
Kusumaningrum seorang lesbian perawan yang ingim melakukan tes papsmear untuk mengetahui kesehatan reproduksinya. Berbeda dengan
Cinzia, Ade mendapat perlakuan yang baik dari seorang dokter perempuan yang memeriksanya.
¾
Kasus Kelly
commit to user cxlii
a. Pengetahuan : Pengetahuan Perempuan Sangat Minim
terkait Keamana dan Kesehatan Reproduksi
Scene: 2
Scene: 3 Scene:
4 Kelly adalah seorang Remaja lulusan SMA yang bekerja di sebuah
café di Jakarta. Dalam scene 2 ia menceritakan jika ia punya masalah dengan kewanitaanya. Ia sering mengalami keputihan namun ia tidak tahu keputihan
itu apa. Kelly mencari informasi seputar keputihan pada teman-temannya saja. Pada scene 3 Henny, ibunda Kelly mengaku jika ia tak pernah
memperhatikan anak. Apalagi untuk urusan permasalahan kesehatan reproduksi. Henny yang juga kurang tahu tentang keputihan tidak berani
bertanya kepada orang lain karena malu untuk membahas masalah reproduksi. Untuk mencari informasi seputar keputihan Kelly bertukar informasi
dengan teman-temannya. Namun teman-temannya juga tidak tahu tentang keputihan dan mereka takut untuk pergi ke dokter kandungan karena
sepengetahuan mereka dokter kandungan hanya untuk periksa orang hamil saja. Mereka takut jika dikira anak badung.
Bukti Pengetahuan Perempuan Sangat Minim terkait Keamana dan Kesehatan Reproduksi
………….data film dan buku kedokteran
commit to user cxliii
Dari keterangan diatas dapat disimpulkan jika perempuan Kelly belum memiliki pengetahuan tentang keamanan kesehatan reproduksinya, terbukti
dengan belum adanya informasi lengkap yang didapat tentang pengetahuan seputar keputihan yang dialaminya. Informasi yang ia dapatkan hanya dari
teman sebayanya yang juga belum memiliki pengetahuan tentang kesehatan reproduksi.
Faktor-faktor: 1.
Kurangnya pendidikan reproduksi dan seksual
Tidak terpenuhinya hak reproduksi remaja adalah karena tingkat pengetahuan yang kurang tentang kesehatan reproduksi dan ketidakterjangkauan terhadap
akses pelayanan kesehatan reproduksi, di samping pelayanan yang tidak memadai, serta sikap negative terhadap anak perempuan dan tentu saja
tindakan deskriminatif terhadap mereka. Satu kenyataan yang tak terbantahkan, seringkali informasi tentang seksualitas dan reproduksi
didapatkan justru berasal dari sumber yang tidak bertanggung jawab, informasi yang tidak lengkap dalam media massa, maupun melalui buku-
buku, yang kadang-kadang informasi itu tidak bisa dipastikan kebenarannya. Padahal hak mendapatkan informasi dan akses terhadap pelayanan merupakan
hak kesehatan reproduksi yang utama. Sebab kebutuhan akan informasi mengenai fungsi, system dan proses-proses reproduksi sangat terkait erat
dengan diri perempuan, dan akan memiliki dampak sosial yang cukup berarti dalam bersosialisasi di kalangan masyarakat pada umumnya. Pengabaian
terhadap informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi bagi perempuan sejak
commit to user cxliv
usia remaja, sesungguhnya merupakan bentuk pelanggaran hak-hak reproduksi yang nyata Negara 2005:18.
2. Tabu
Keluarga adalah institusi pertama yang seharusnya memberikan pendidikan seks dan kesehatan reproduksi terhadap generasi muda. Namun, pengaruh
kebudayaan yang berakar sangat dalam pada konsep tabu dan sanksi sosial sangat mewarnai pemberian pendidikan seks secara terbuka dalam keluarga
Mudjajadi, Abdullah, Partini 2001:229.
3. Kurangnya peran keluarga
Remaja sering mengalami persoalan dengan kesehatan reproduksinya.
Sebenarnya para remaja bisa bertanya kepada orang tua mereka tentang informasi seksual. Akan tetapi, pengalaman empiris menunjukkan bahwa
tidak semua orang tua siap untuk memberikan informasi tentang kesehatan reproduksi yang proporsional untuk remaja. Disamping itu, para remaja sering
keberatan menyampaikan persoalan kesehatan reproduksi yang mereka kepada orang tua mereka. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa
orang tua dianggap remaja bukan orang yang tepat untuk membicarakan masalah kesehatan reproduksi mereka. Thornburg, 1982 dalam Abrar dan
commit to user cxlv
Randhani 2001:209. Maka dari itu, remaja harus mencari pihak atau tempat lain untuk mencari bantuan. Tempat pencarian bantuan menyelesaikan
masalah kesehatan reproduksi remaja secara berurutan, mulai dari yang paling sering hingga paling jarang adalah, teman, majalah, guru, dan orang tua
Abrar dan Randhani 2001:213.
b. Peralatan: Perempuan Tidak Mau Memeriksakan diri ke