commit to user lxix
Label maskulin yang dilekatkan pada laki-laki melambangkan adanya keperkasaan, kekuasaan, atau keheroisme, sementara label feminine yang
dilekatkan pada perempuan menyiratkan watak-watak halus, lembut, mengalah, dan pasrah. Ketimpangan gender dalam masyarakat yang
memposisikan laki-laki diatas perempuan akhirnya membentuk suatu pola budaya yang dinamakan budaya patriarkhi.
5. Patriakhi
Patriarkhi menurut Kamla Bhasin adalah suatu sistem sosial dimana laki-laki dipandang lebih tinggi kedudukannya daripada perempuan, bahwa
perempuan harus dikuasai oleh laki-laki Bhasin, 1999:25. Sementara Silvia Walby mendefinisikan patriarkhi sebagai suatu system struktur-struktur dan
praktek-praktek sosial dimana kaum laki-laki mendominasi, menindas dan mengeksploitasi kaum perempuan Purnami 1999:24.
Kebudayaan patriarkhi yang dianut pada masyarakat kita secara disadari atau tidak menimbulkan pendiskriminasian terhadap kaum
perempuan. Perempuan selalu dianggap makhluk yang tercipta untuk melayani laki-laki. Sikap dan tingkah lakunya harus terbatasi agar dirinya
memiliki nilai dihadapan laki-laki. Kebudayaan ini yang akhirnya membatasi hak-hak perempuan.
Hegemoni dalam masyarakat tampaknya merupakan fenomena universal dalam sejarah peradaban manusia dimasyarakat maupun di dunia.
Secara tradisional masyarakat di berbagai belahan dunia menata diri atau
commit to user lxx
tertata dalam bangunan masyarakat patriarkhis. Pada masyarakat seperti ini, laki-laki diposisikan superior terhadap perempuan di berbagai sektor
kehidupan, baik domestik maupun publik Darwin, 2001:24. Terbatasinya hak-hak perempuan dalam masyaakat patriarkhi
seringkali menimbulkan ketidakadilan gender. Bentuk dari berbagai ketidakadilan gender ini, bisa berupa Murniati, 2004:XIX:
1. Marginalisasi terhadap perempuan
2. Stereotip masyarakat terhadap perempuan
3. Subordinasi terhadap perempuan
4. Beban ganda terhadap perempuan
5. Kekerasan terhadap perempuan
Masalah ketidakadilan sosial berdasarkan identitas gender terkait dengan struktur dan kultur sosial yang cenderung membenarkan hegemoni
dan diskriminasi dari pihak yang dominan ke pihak yang tersubordinasi. Struktur sosial yang meletakkan laki-laki pada posisi dominan dan perempuan
pada posisi subordinat menjadi kokoh karena didukung oleh nilai-nilai patriarkhis yang hidup di masyarakat Darwin, 2001:252.
Dominasi laki-laki terhadap perempuan sering berujung pada kekerasan terhadap perempuan. Kekerasan digunakan laki-laki untuk
memenangkan perbedaan pendapat, untuk menyatakan rasa tidak puas dan
commit to user lxxi
sering kali hanya untuk menunjukkan bahwa laki-laki berkuasa atas perempuan.
Mansour Fakih membagi macam dan bentuk kejahatan yang bisa dikategorisasikan sebagai kekerasan gender dalam delapan kategori Fakih,
1999:17: 1.
Pertama, bentuk pemerkosaan terhadap perempuan, termasuk pemerkosaan terhadap perkawinan.
2. Kedua, tindakan pemukulan dan kekerasan fisik yang terjadi didalam rumah
tangga domestic violence. 3.
Ketiga, bentuk penyiksaan mengarah pada organ alat kelamin genetal mutilation misalnya penyunatan terhadap anak perempuan.
4. Keempat, kekerasan dalam pelacuran portitution.
5. Kelima, kekerasan dalam bentuk pornografi.
6. Keenam, pemaksaan dalam bentuk sterilisasi dalam Keluarga Berencana
enforced sterilization. 7.
Ketujuh, adalah jenis kekerasan terselubung molestation, yakni memegang atau menyentuh bagian tertentu dari tubuh perempuan dengan berbagai cara
tanpa kerelaan pemilik tubuh. 8.
Kedelapan, tindakan kejahatan terhadap perempuan yang paling umum dilakukan dimasyarakat yakni yang dikenal dengan pelecehan seksual
“sexual and emotional harassment”.
commit to user lxxii
a. Mitos Keperawanan dalam Budaya Patriarkhi