Film Produksi dan Pemaknaan Pesan

commit to user xl dalam bagan pemaknaan pesan karena pesan teks yang berupa film tersebut dianggap sudah ada di depan mata, penonton hanya bertindak untuk memaknai pesan dari teks film tersebut tanpa memperdulikan siapa pembuatnya dan untuk apa film tersebut dibuat. Pemaknaan film antara penonton pembaca teks satu dengan yang lainnya akan berbeda karena dipengaruhi oleh referansi masing-masing individu, semakin banyaknya kesamaan referensi yang dimiliki satu penonton dengan penonton yang lain maka makna yang diterima juga akan semakin mendekati.

2. Film

Film adalah penemuan tekhnologi yang muncul pada akhir abad kesembilan belas. Pada masa itu film berperan sebagai sarana baru yang digunakan untuk menyebarkan hiburan yang sudah menjadi kebiasaan terdahulu, serta menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, lawak, dan sajian tekhnis lainnya kepada masyarakat umum McQuail,1996 :13. Marselli Sumarno memaknai film sebagai medium komunikasi massa, yaitu alat penyampai berbagai jenis pesan dalam peradaban modern ini. Dalam penggunaan lain, film film menjadi medium ekspresi artistik, yaitu menjadi alat bagi seniman film untuk mengutarakan gagasan, ide, lewat suatu wawasan keindahan Sumarno, 1997:27. Sementara Sutradara ternama Garin Nugroho menyebutkan film adalah penemuan komunal dari menemuan-penemuan sebelumnya fotografi, perekaman gambar, perekaman suara, dll, dan ia bertumbuh seiring commit to user xli pencapaian penemuan-penemuan selanjutnya seperti penemuan perekaman suara stereo, dan lain-lain Nogroho 1998:77. Dalam perspektif komunikasi massa, film dimaknai sebagai pesan- pesan yang disampaikan dalam komunikasi filmis yang memahami hakikat, fungsi, dan efeknya Irawanto,1999:11. Perspektif ini memperlihatkan pendekatan yang terfokus pada film sebagai proses komunikasi. Dengan meletakkan film dalam konteks sosial, politik, dan budaya dimana proses komunikasi itu berlangsung, sama artinya dengan memahami preferensi penonton yang pada akhirnya menciptakan citra penonton film. Pendeknya, akan lebih bisa ditangkap hakikat dari proses menonton dan bagaimana film berperan sebagai sistem komunikasi simbolis. Film bukan hanya sebagai media hiburan, namun kini film merupakan media komuniasi yang efektif dalam menyampaikan suatu pesan kepada penontonnya. Dengan tampilannya yang menggabungkan audio dan visual dan dikemas secara dramatis dengan menggabungkan beberapa unsur seni penonton dibuat terlena saat menonton film, tanpa menyadari jika saat itu ia sedang menerima pesan-pesan atau terpengaruh oleh ideologi dari film yang dilihatnya. Film merupakan potret dari masyarakat dan selalu merekam realitas yang ada dalam masyarakat tersebut. Selain itu, film sebagai refleksi dari masyarakatnya tampaknya menjadi perspektif yang secara umum lebih mudah disepakati. Karakteristik film sebagai media massa juga mampu membentuk commit to user xlii semacam konsensus publik secara visual visual public consensus, karena film selalu bertautan dengan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat dan selera publik Irawanto,1999: 14. Memahami media komunikasi visual seperti halnya film lebih sederhana dan efektif karena dapat diterima oleh semua orang dengan mengabaikan tingkat pendidikan, usia, dan kecerdasan tanpa membeda- bedakan latar belakang sosial budaya. Berbeda dengan media auditif radio dan media cetak buku, koran yang menggunakan kata-kata sehingga untuk memahami isi pernyataan harus melalui proses penafsiran atas kata-kata itu. “Film merupakan karya seni yang lahir dari suatu kreativitas orang- orang yang terlibat dalam penciptaan film. Sebagai karya seni, film mempunyai kemampuan kreatif. Ia mempunyai kesanggupan untuk menciptakan realitas rekaan sebagai bandingan terhadap realitas. Realitas imajiner itu dapat menawarkan rasa keindahan, renungan, atau sekadar hiburan” Sumarno, 1996:26-29. Dalam penyapaian pesannya film menggunakan unsur gambar dan suara yang ditampilkan secara bersamaan sehingga memudahkan penonton untuk dapat memahami. Penonton film tidak perlu berimajinasi layaknya media lainnya seperti radio yang hanya menampilkan suara ataupun media cetak yang hanya menampilkan tulisan dan gambar. Himawan Pratista mengklasifikasikan lagi film berdasarkan genre. Dalam film, genre dapat didefinisikan sebagai jenis atau klasifikasi dari commit to user xliii sekelompok film yang memiliki karakter atau pola yang sama khas seperti setting, isi dan subyek cerita, tema, struktur cerita, aksi atau peristiwa, periode, gaya, situasi, ikon, mood, serta karakter. Klasifikasi tersebut menghasilkan genre-genre populer seperti aksi, petualangan, drama, komedi, horor, western, thriller, film noir, roman, dan sebagainya. Fungsi dari genre adalah untuk memudahkan klasifikasi dalam film Pratista 2008:10 Dalam penelitian ini penulis memilih film “Pertaruhan” yang merupakan film dokumenter bergenre feminis. Film feminis atau film perempuan adalah film yang mengangkat permasalahan perempuan atas kelas yang berkuasa.

a. Film Dokumenter