Film II: Untuk Apa?
commit to user cxxvii
sekitar rumah tangga, sebagai ibu dan istri telah berabad-abad disosialisasikan dan diinternalisasikan dalam masyarakat
Jawa. Dalam masyarakat Jawa, ideologi tersebut dilestaikan secara terus menerus diredefinisikan melalui hukum-hukum
adat yang berlaku Abdullah 1997:90. Perasaan bahwa dirinya adalah pelindung inilah, yang kemudian yang
membuat para laki-laki merasa bahwa perempuan yang berada dalam lindungan mereka merupakan bagian dari harta mereka,
dan dia berhak membuat aturan bagaimana perempuan harus bertindak bila ingin mendapat perlindungannya. Aturan-aturan
itu kemudian menjadi norma, tradisi, hukum adat yang mengatur perilaku kaum perempuan dalam kelompok itu
Mohamad 1998: 38. Disini nampak bahwa Yanto sebagai calon suami
Ruwati memegang kuasa penuh atas hak Ruwati sebagai calon istrinya termasuk hak atas keutuhan selaput dara Ruwati.
2. Film II: Untuk Apa?
Untuk Apa merupakan film yang merepresentasikan fenomena khitan terhadap perempuan yang telah menjadi budaya di berbagai derah di
commit to user cxxviii
Indonesia. Ada berbagai cara bentuk pengkhitanan yang dilakukan dimasing- masing daerah tersebut.
Pro dan kontra seputar khitan perempuan telah menjadi polemik di masyarakat. Adanya pengaruh adat, budaya, agama mempercayai jika khitan
terhadap perempuan itu adalah suatu kewajiban, namun disisi lain Departemen Kesehatan telah mengharamkan praktik tersebut karena akan membuat cacat
pada kelamin. Disini peneliti melihat adaya keamanan kesehatan reproduksi yang sangat kurang diperhatikan.
¾
Kasus Runtiah a.
Pengetahuan Perempuan: Rendahnya Pengetahuan Perempuan terkait Keamanan Kesehatan Reproduksi Klinis
Scene 2
scene 3
Scene 4
Dalam scene ini Runtiah menggelar acara hajatan khitanan anak perempuannya. Acara digelar dengan meriah. Sesuai dengan adat
Indramayu daerahnya, anak perempuan Runtiah diarak mengelilingi kampungnya, dan dirias seperti pengentin kecil. Ia dan suaminya
terlihat bahagia pada acara khitanan anaknya. Mereka menganggap ritual khitan ini sebagai bentuk peng-Islam-an bagi anak
perempuannya.
commit to user cxxix
Pada scene 3 Agus Wahid pemuka daerah Indramayu menyatakan jika sunat perempuan hukumnya wajib. Karena
perempuan itu, jika tidak disunat itu ada tujuh unsur yang akan menyebabkan kejelekan pada seksnya. Yang pertama, seksnya tidak
terkendali; kedua, banyak nyelewengnya gak bisa dipercaya sama suami; ketiga, dalam berhubungan seksual kurang memuaskan suami;
dan jika tidak disunat perempuan menjadi mudah terpengaruh lingkungan.
Hal senada juga diungkapkan Hamimmudin pemuka adat, Indramayu pada scene 4, ia menjelaskan jika khitan perempuan
merupakan kewajiban agama.
1 Bukti Rendahnya Pengetahuan Pengetauan Perempuan terkait
Keamanan Kesehatan Reproduksi.
Dari cerita pada scene 2, pada saat menggelar khitanan anak perempuannya. Tak ada sedikitpun kekhawatiran Runtiah dengan keamanan
kesehatan reproduksi anak perempuannya pada saat dikhitan. Rutiah menganggap jika khitan perempuan merupakan suatu kewajiban yang
dilakukan pada anak perempuan. Khitan perempuan di daerahnya merupakan suatu tradisi yang dipercaya merupakan suatu rasulan perintah rasul agar
anak mereka sah masuk Islam.
commit to user cxxx
2 Faktor yang mempengaruhi:
a Tradisi masyarakat setempat
Runtiah tidak memiliki pengetahuan tentang kesehatan reproduksi yang berkaitan dengan khitan karena ia menganggap jika khitan
merupakan suatu printah agama yang tidak perlu diiragukan lagi. Padahal khitan untuk wanita sebenarnya tidak diperintahkan dalam
Islam atau budaya Islam. Khitan untuk perempuan ini sudah dipraktekkan oleh masyarakat Afrika Utara, jauh sebelum kelahiran
Nabi Muhammad Mohamad 1998:43. Dalam masalah ini, terjadi kerancuan dalam pemaknaan khitan
perempuan yang dianggap sebagai kewajiban agama atau suatu bentuk peng-Islam-an. faktor inilah yang membuat Runtiah melakukan khitan
pada anak perempuannya.