Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional

mekanisme transfer, teknologi komputer yang digunakan, syarat-syarat umum memperoleh pembiayaan, dan sebagainya. Akan tetapi terdapat perbedaan mendasar di antara keduanya. Perbedaan-perbedaan tersebut dijelaskan sebagai berikut. A. Akad dan Aspek Legalitas Dalam bank syariah, akad yang dilakukan memiliki konsekuensi duniawi dan ukhrowi karena akad yang dilakukan berdasarkan hukum Islam. Setiap akad dalam perbankan syariah, baik dalam hal barang, pelaku transaksi, maupun ketentuan lainnya, harus memenuhi ketentuan akad seperti rukun dan syarat. B. Lembaga Penyelesai Sengketa Berbeda dengan perbankan konvensional, jika pada perbankan syariah terdapat perbedaan atau perselisihan antara bank dengan nasabahnya, kedua belah pihak tidak menyelesaikannya di pengadilan negeri, tetapi menyelesaikannya sesuai tata cara dan hukum materi syariah. Lembaga yang mengatur hukum materi dan atau berdasarkan prinsip syariah di Indonesia dikenal dengan nama Badan Arbitrase Syariah Nasional atau BASYARNAS. C. Struktur Organisasi Bank syariah dapat memiliki struktur yang sama dengan bank konensional, misalnya dalam hal komisaris dan direksi, tetapi unsur yang amat membedakan antara bank syariah dengan bank konvensional adalah keharusan adanya Dewan Pengawas Syariah yang bertugas mengawasi operasional bank dan produk-produknya agar sesuai dengan garis-garis syariah. Dewan Pengawas Syariah DPS biasanya diletakkan pada posisi setingkat Dewan Komisaris pada setiap bank. Hal ini untuk menjamin efektivitas dari setiap opini yang diberikan oleh DPS. Karena itu biasanya penetapan anggota DPS dilakukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham, setelah para anggota DPS itu mendapat rekomendasi dari Dewan Syariah Nasional DSN. D. Bisnis dan Usaha yang Dibiayai Dalam bank syariah, bisnis dan usaha yang dilaksanakan tidak terlepas dari saringan syariah. Karena itu bank syariah tidak akan mungkin membiayai usaha yang terkandung di dalamnya hal-hal yang diharamkan. E. Lingkungan Kerja dan Corporate Culture Sebuah bank syariah selayaknya memiliki lingkungan kerja yang sejalan dengan syariah. Dalam hal etika, misalnya sifat amanah dan shiddiq, harus melandasi setiap karyawan sehingga tercermin integritas eksekutif muslim yang baik. Selain itu, cara berpakaian dan tingkah laku dari para karyawan merupakan cerminan bahwa mereka bekerja dalam sebuah lembaga keuangan yang membawa nama besar Islam. Buchori dalam Ascarya 2006 menyebutkan bahwa bank syariah memiliki perbedaan operasional yang cukup mendasar dengan bank konvensional dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi. Secara umum perbedaan- perbedaan ini bisa dilihat dari Tabel 2.1. Tabel 2.1. Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional Bank Konvensional Bank Syariah Fungsi dan kegiatan bank Intermediasi, jasa keuangan Intermediasi, manager investasi, investor, sosial, jasa keuangan Mekanisme dan objek usaha Tidak antiriba dan antimaysir Antiriba dan antimaysir Prinsip dasar operasi -Bebas nilai prinsip materialis -uang sebagai komoditi -bunga -tidak bebas nilai prinsip syariah Islam -uang sebagai alat tukar dan bukan komoditi -bagi hasil, jual beli, sewa Prioritas pelayanan Kepentingan pribadi Kepentingan publik Orientasi Keuntungan Tujuan sosial ekonomi Islam, keuntungan Bentuk Bank komersial Bank komersial, bank pembangunan, bank universal atau multi- purpose Evaluasi nasabah Kepastian pengembalian pokok dan bunga creditworthiness dan collateral Lebih hati-hati karena partisipasi dalam resiko Hubungan Nasabah Terbatas debitur-kreditur Erat sebagai mitra usaha Sumber Likuiditas Jangka Pendek Pasar uang, Bank Sentral Pasar uang Syariah, Bank Sentral Pinjaman yang Diberikan Komersial dan nonkomersial, berorientasi laba Komersial dan nonkomersial, berorientasi laba dan nirlaba Lembaga Penyelesai Sengketa Pengadilan, arbitrase Pengadilan, Badan Arbitrase Syariah Nasional Resiko Usaha -Resiko bank tidak terkait langsung dengan debitur, resiko debitur tidak terkait langsung dengan bank -kemungkinan terjadi negative spread -dihadapi bersama antara bank dan nasabahdengan prinsip keadilan dan kejujuran -tidak mungkin terjadi negative spread Struktur Organisasi pengawas Dewan komisaris Dewan komisaris, DPS, DSN. Investasi Halal atau haram Halal Sumber : Ascarya 2006

2.3 Sistem Moneter Islam dan Sistem Moneter Konvensional

Secara umum, ada tiga perbedaan utama sistem moneter Islam murni dengan sistem moneter konvensional. Perbedaan yang pertama adalah adanya 100 percent reserve banking system pada perbankan Islam murni. Menurut Mankiw 2003, sistem perbankan dengan cadangan 100 persen diartikan jika sebuah bank hanya menjadikan seluruh deposit sebagai cadangan dan tidak meminjamkannya tetapi menyimpannya sampai pemiliknya menarik uang tersebut. Sementara itu, 100 percent reserve banking system tidak memberikan peluang bagi bank untuk menciptakan uang baru, karena 100 persen cadangan harus disimpan atau dikembalikan ke bank sentral. Bank maksimum hanya dapat menyalurkan pembiayaan sampai sebesar simpanan awal saja. Dengan demikian, tidak ada daya beli baru yang diciptakan tidak ada seigniorage, sehingga tidak mengandung unsur riba, tidak menimbulkan efek inflasi, dan tidak ada pihak yang dirugikan Ascarya, 2006. Jika bank memegang cadangan 100 persen, maka sistem perbankan ini tidak mempengaruhi jumlah uang yang beredar melalui penciptaan uang giral. Sedangkan pada sistem moneter konvensional menerapkan fractional reserve banking system . Mengacu pada Mankiw 2003 dimana pada sistem ini bank hanya memegang sebagian dari depositonya sebagai cadangan, dan bagian lainnya dipinjamkan. Menurut Ascarya 2006 fractional reserve banking system artinya bahwa bank hanya diwajibkan untuk menyimpan cadangan dalam persentase tertentu dari dana simpanan yang dihimpun. Sehingga perbankan dengan sistem ini akan mempengaruhi jumlah uang yang beredar melalui penciptaan uang giral. Perbedaan yang kedua adalah pada sistem moneter Islam murni, uang yang digunakan tidak menimbulkan seignorage. Artinya karena sistem penciptaan uang dalam Islam itu dengan menggunakan full bodied money yaitu uang dinar