Gambar 4.2. Variance Decomposition Permintaan M1 Konvensional Pada periode pertama, fluktuasi variabel permintaan M1 dipengaruhi oleh
guncangan M1 itu sendiri sebesar 100 persen, sedangkan pengaruh variabel lain belum terlihat. Pada interval peramalan periode-periode selanjutnya, pengaruh
guncangan permintaan M1 itu sendiri makin menurun mempengaruhi fluktuasi permintaan M1 tetapi masih dominan. Pada periode ke-12 fluktuasi M1 dapat
dijelaskan oleh variabel suku bunga dengan kontribusi 22.81 persen. Pada periode ke-24, fluktuasi permintaan M1 dipengaruhi oleh guncangan permintaan M1 itu
sendiri sebesar 50.62 persen, PDB sebesar 25.40 persen, suku bunga sebesar 21.78 persen, dan guncangan inflasi yang diharapkan sebesar 2.18 persen.
Sampai periode ke-48, fluktuasi permintaan M1 masih dominan dipengaruhi oleh guncangan permintaan M1 itu sendiri. Variabel PDB
memberikan kontribusi terbesar kedua dalam menjelaskan variabilitas permintaan M1 pada periode ke-24, ke-36, dan ke-48. Sementara guncangan variabel inflasi
yang diharapkan tidak dominan mempengaruhi fluktuasi permintaan M1 untuk setiap periode peramalan. Hal ini mengindikasikan bahwa pada jangka panjang
Variance Decomposition M1
20 40
60 80
100 120
1 12
24 36
48
Periode
EXPINF IDEP
LPDBR LM1R
PDB berpengaruh terhadap permintaan uang M1, sedangkan inflasi yang diharapkan kurang berpengaruh.
4.6 Hasil Estimasi VECM Permintaan M2 Konvensional
Berdasarkan Tabel 4.6 yang merupakan hasil estimasi VECM jangka panjang dan jangka pendek, dapat dilihat bahwa variabel PDB, suku bunga, dan
inflasi secara signifikan mempengaruhi permintaan M2 pada jangka panjang. PDB mempengaruhi permintaan M2 secara positif dengan koefisien sebesar 1.055990.
Artinya ketika terjadi peningkatan PDB sebesar satu persen, maka permintaan M2 meningkat sebesar 1.055990 persen.
Variabel inflasi yang diharapkan berpengaruh negatif terhadap permintaan M2 dengan koefisien sebesar -0.432484. Artinya ketika inflasi yang diharapkan
meningkat sebesar satu persen, maka permintaan M2 turun sebesar 0.432484 persen. Hal ini sejalan dengan teori dimana inflasi yang diharapkan merupakan
tingkat pengembalian riil yang diharapkan orang dalam memegang uang. Ketika inflasi yang diharapkan meningkat, maka orang akan cenderung menghindari
resiko inflasi tersebut dengan menurunkan jumlah uang yang dipegangnya di masa sekarang. Sedangkan variabel suku bunga menunjukkan tanda positif dalam
mempengaruhi permintaan M2. Hal ini tentu saja tidak sejalan dengan teori, dimana suku bunga seharusnya berpengaruh negatif terhadap permintaan uang.
Tetapi dapat dijelaskan, mengingat dalam M2 sendiri terdapat unsur deposito. Jadi ketika suku bunga naik, maka orang akan lebih memilih untuk menempatkan
uangnya pada aset yang berbunga seperti deposito dan obligasi. Karena variabel
suku bunga yang digunakan disini adalah suku bunga deposito, maka saat suku bunga meningkat, maka jumlah deposito akan naik, dan permintaan M2 akan
meningkat juga.
Tabel 4.6. Hasil Estimasi VECM Permintaan M2 JANGKA PENDEK
VARIABEL KOEFISIEN T-STATISTICS
CointEq1 -0.016676 -1.24459
DLM2R-1 -0.062076 -0.48035 DLM2R-2 -0.097405 -0.54007
DLM2R-3 -0.458014 -2.72159 DLPDBR-1
0.173739 0.37720
DLPDBR-2 -0.133496 -0.18066 DLPDBR-3
0.198534 0.40511
DIDEP-1 -0.000128 -0.00904 DIDEP-1
0.007871 0.42679 DIDEP-1 -0.007317 -0.57291
DEXPINF-1 0.008823
1.87867 DEXPINF-2
0.001523 0.48093
DEXPINF-3 0.000190
0.08877
JANGKA PANJANG LPDBR-1 1.055990 125.407
IDEP-1 0.015002 2.00788
EXPINF-1 -0.432484 -6.25449
Sumber : Lampiran 7 Catatan : Tanda asterik menunjukkan variabel signifikan pada taraf 5
Pada jangka pendek, ternyata hanya ada satu variabel yang signifikan yaitu permintaan M2 pada lag ketiga. Dimana permintaan M2 pada lag ketiga tersebut
berpengaruh negatif terhadap permintaan M2. Sedangkan koefisien koreksi kesalahan mempunyai tanda negatif, tetapi secara statistik tidak signifikan.
Variabel-variabel lainnya antara lain PDB, suku bunga, dan inflasi yang diharapkan, dalam jangka pendek ternyata secara statistik tidak signifikan
mempengaruhi permintaan M2.