Konsep Kebijakan Moneter dalam Ekonomi Islam

diformulasikan dalam sebuah perekonomian Islam adalah cadangan uang. Bank sentral Islam harus menjalankan kebijakan moneternya untuk menghasilkan suatu pertumbuhan dalam sirkulasi uang yang mencukupi untuk membiayai pertumbuhan potensial dalam output selama periode jangka menengah dan panjang dalam kerangka harga-harga yang stabil dan sasaran sosioekonomi Islam lainnya. Tujuannya adalah menjamin bahwa ekspansi moneter tidak bersifat kurang mencukupi atau berlebihan, tetapi cukup untuk sepenuhnya mengeksploitasi kapasitas perekonomian agar dapat mensuplai barang-barang dan jasa bagi kesejahteraan yang berbasis luas. Mekanisme kebijakan moneter menurut Chapra 2000 tidak saja hanya untuk mengatur penawaran uang agar seimbang dengan permintaan riil terhadap uang, tetapi juga membantu memenuhi kebutuhan untuk membiayai defisit pemerintah yang benar-benar riil dan sasaran-sasaran sosioekonomi masyarakat Islam lainnya. Berikut 6 unsur mekanisme kebijakan moneter atau instrumen kebijakan moneter menurut Chapra. 1. Target pertumbuhan dalam jumlah uang beredar dan monetary base; 2. Saham publik terhadap deposito unjuk uang giral; 3. Cadangan wajib resmi; 4. Pembatas kredit; 5. Alokasi kredit yang berorientasi kepada nilai; 6. Teknik lain, seperti, membeli dan menjual saham dan sertifikat bagi hasil untuk menggantikan obligasi pemerintah dalam operasi pasar, rasio pemberian kembali pembiayaan, dan rasio pemberian pinjaman. Menurut Kahf 1982 perubahan dalam kuantitas uang mempengaruhi tingkat inflasi dimana menambahkan terlalu banyak uang ke dalam perekonomian akan meningkatkan harga. Menurutnya, penawaran uang bisa dirubah dengan tiga cara yaitu managemen mata uang, reserve requirement, dan credit policy of Zakah . Perubahan dalam kuantitas jumlah mata uang yang beredar di pasar dipengaruhi langsung oleh otoritas moneter. Perubahan dalam reserve requirement yang harus dijaga oleh bank komersial mempengaruhi tingkat pinjaman dan volume demand deposits. Perubahan dalam kebijakan kredit dari dana Zakat membutuhkan pengembangan.

2.11 Penelitian Terdahulu

Penelitian-penelitian yang menganalisis tentang stabilitas moneter pada kasus sistem perbankan ganda masih sulit ditemukan. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang beberapa penelitian terdahulu. Penelitian yang dilakukan oleh Kaleem 2000 di Malaysia dengan menggunakan data bulanan tahun 1994-1999. Pada penelitiannya Kaleem berusaha menganalisis tentang validitas dan efektivitas instrumen Islam bagi tujuan kebijakan moneter. Hasil yang didapatkan adalah sebagai berikut : 1 Dummy krisis tidak signifikan untuk variabel besaran moneter M2 dan M2-islam, sehingga menolak efek krisis keuangan tahun 1997 terhadap deposito jangka panjang; 2 Inflasi signifikan terhadap besaran moneter M1, M2, M1-isl, dan CREDIT-islam; 3 Menolak hipotesis bahwa instrumen moneter Islam lebih stabil dan anti guncangan terhadap krisis, karena menunjukkan hasil yang sama dengan instrumen konvensional; 4 Otoritas moneter memiliki tingkat kontrol yang lebih pada M1-islam dan M2-islam daripada terhadap M1 dan M2; 5 Instrumen kredit Islam di bawah kontrol otoritas moneter; 6 Instrumen moneter Islam juga efektif bagi pencapaian tujuan kebijakan moneter. Kemudian dari penelitian Nasution dan Nurzaman 2006 tentang efektifitas besaran M1 di Indonesia tahun 1971-2002 menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: 1 pergerakan velositas uang bebas bunga lebih stabil daripada velositas uang berbasis bunga sehingga besaran moneter bebas bunga memperlihatkan potensi untuk menstabilkan perekonomian; 2 permintaan uang bebas bunga dan berbasis bunga mempunyai hubungan jangka panjang dengan tingkat inflasi, tetapi pada keseimbangan jangka pendek, signifikansi model Error Correction Model ECM untuk permintaan uang berbasis bunga lebih rendah; 3 hanya permintaan uang bebas bunga yang memiliki stabilitas hubungan jangka panjang dengan inflasi dan pendapatan nasional, sedangkan permintaan uang berbasis bunga tidak;