Pencegahan Penyakit Menular Seksual pada Waria

“Aku yang paling pinter mak kalo masukin kondom pake lidah” “Gampang-gampang aja pertama kita tarik ulur barangnya kak, kita gosok- gosok dengan lembut. Habis digosok, kita kocok dia punya barang. Nah kalau udah gede barangnya kak, barulah kumasukin kondomnya pake lidahku. Ya caranya masukin kondomnya terbalik ke lidah pelan-pelan kita masukkan kondom itu ke ujung barangnya kak, terus tanganku tetep ngelus-ngelus batang barangnya, terus bisa juga di miks mak, sambil maenin buah barangnya yang dua itu lho mak, tak terasa dia itu dah siap aku masukin kondom itu ke barangnya. Terus disuruhnyalaah aku nungging mak, ampe mau cebollah mak aku punya ini” Jika berhubungan dengan pasangannya Pani, lebih merasa terhormati. Pacarnya yang juga seorang banci melayani Pani dengan baik, sehingga saat melakukan hubungan seksual Pani merasa sangat puas. Berbeda dengan pasangan lelaki normal, pasangannya saat ini mau memeluk-meluk Pani saat berhubungan seksual, tidak hanya itu saja pacarnya juga mau menghisap payudara pani, menghisap alat kelamin pani dan mau jika Pani memasukkan alat kelaminnya ke anus pacarnya anal seks. “Lebih enaklah mak,,,,” “Kalau ama laki-laki normal paling dia bilang nungging ato isap, mana mau dia peluk-peluk aku, mau ngisap tetekku, huiiiiiiiiiih enaklah mak,,,,

4.5 Pencegahan Penyakit Menular Seksual pada Waria

Semua waria mengetahui penyakit menular seksual adalaah penyakit kelamin dan yang paling mereka ketahui adalah masalah HIV dan AIDS. Bosek, Panjang dan Pani sering diajak untuk melakukan penyuluhan mengenai penyakit HIVAIDS dan juga narkoba apalagi Bosek yang jam terbangnya sudah cukup tinggi. Cara Universitas Sumatera Utara pencegahan penyakit menular seksual pada waria semuanya sama yaitu dengan memakai kondom, rajin kontrol ke puskesmas dan kalau sakit cepat diobati. “Sering kami manggung kami singgung tentang HIVAIDS, jam terbang awak udah tinggilah mak, udah ikut pertemuan kemana-mana mak, pake kondom ama klien sudah wajib disini mak, cuman kan sama pasangan tidak pakai kondom. Rajin rajin periksalah mak, apalagi kalu sakit cepatlah diobati”. Bosek “Taulah dek, penyakit kelamin kan, HIV, AIDS rajinlah awak berobat dek, periksa ke puskesmas, kalo maen pake kondom dek. Kalau sama pasangan gak usah pake kondom dek”. Mak Sumi “Taulah mak, HIVAIDS kan mak, ya sering periksa ke Puskesmas mak. Rajin aku periksa mak, asal ada suruhan kami, langsung aku ke sana. Takut juga aku mak kehidupan seks bebas dan narkoba sangat dekat dengan kami mak”. Panjang “Kalo sama klien ya pake kondom mak, cuman kalo ma pacar atau istri ya gak pake mak”. Panjang “Taulah mak, sakit kelamin, HIVAIDS kan mak. Kalo rempong pake kondom mak, rajin kontrol ke puskesmas pantei kalo sakit cepet berobat mak. Maulah mak aku pakein kondomnya pake lidah sambil goyang- goyang gitu mak… wuih merem melek tuh si lekong…ha….ha….ha…. katanya tertawa”. Pani Jalan lain yang dilakukan dalam menempuh pencegahan penyakit menular pada waria yaitu dengan melakukan kerjasama dengan SP2S. LSM ini didirikan pada tanggal 19 September 2002. SP2S melakukan pembinaan dan pendampingan tidak hanya itu saja LSM ini juga melakukan pemeriksaan penyakit infeksi pada komunitas waria sekali dalam 3 bulan dan bekerjasama dengan Puskesmas Pantai Cermin. Biaya yang didapatkan dari LSM ini berasal dari IPF Indonesia Partnership Friends. Bantuan sosial juga didapatkan berasal dari Global Fund. Dana Global Fund diluncurkan dari Dinas Propinsi Sumatera Utara ke Kabupaten Deli Serdang langsung Universitas Sumatera Utara kepada Puskesmas Pantai Cermin dan tidak melalui Serdang Bedagai. Dana Global Fund diberikan untuk pemeriksaan kesehatan, laboratorium sederhana dan obat- obatan IMS. “LSM SP2S didirikan pada tanggal 19 September 2002, sudah lama kan dok”. “Oh pola pembinaan selama ini yang kami lakukan di SP2S ini ialah penjangkauan dan pendampingan komunitas waria dalam hal ini yang menyangkut infeksi menular seksual dan HIVAIDS. Walaupun pada mula didirikan SP2S ini hanya untuk para wanita pekerja seks di Warung Bebek Sei Rampah dan Warung Bubur Naga Kesiangan tapi lama kelamaan berkembang menjangkau komunitas waria gay dan lesbian. Tetapi diantara semua komunitas itu hanya WPS dan waria yang terbuka terhadap pendampingan yang dilakukan SP2S”. “Selain penjangkauan dan pendampingan terhadap komunitas waria SP2S melakukan pemeriksaan kepada waria 3 bulan sekali dok. SP2S lah yang mendampingi dan menyuruh waria untuk memeriksakan diri mereka ke Puskesmas Pantai Cermin”. “Biayanya berasal dari IPF, dengan perincian mobil klinik minimal 20 orang waria, 150.000 untuk mobil klinik dari Puskesmas Pantai Cermin termasuk dokter dan petugasnya. Selanjutnya para waria mendapatkan uang makan 20.000 per orang”. Universitas Sumatera Utara BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Hidup Sebagai Waria