Penularan IMS juga dapat terjadi melalui darah dengan cara antara lain: 1.
Transfusi darah dengan darah yang sudah terinfeksi HIV. 2.
Saling bertukar jarum suntik pada pemakaian narkoba. 3.
Tertusuk jarum suntik yang tidak steril secara sengajatidak sengaja. 4.
Menindik telinga atau tato dengan jarum yang tidak steril. 5.
Penggunaan alat pisau cukur secara bersama-sama khususnya jika terluka dan 6.
Menyisakan darah pada alat. 7.
Dari ibu kepada bayi: saat hamil, saat melahirkan, dan saat menyusui. Menurut Depkes RI 2006, penularan infeksi menular seksual dapat melalui
beberapa cara, yakni bisa melalui hubungan seksual, berkaitan dengan prosedur medis iatrogenik, dan bisa juga berasal dari infeksi endogen. Infeksi endogen adalah
infeksi yang berasal dari pertumbuhan organisme yang berlebihan secara normal hidup di vagina dan juga ditularkan melalui hubungan seksual. Sedangkan infeksi
menular seksual akibat iatrogenik disebabkan oleh prosedur-prosedur medis seperti pemasangan IUD Intra Uterine Device, aborsi dan proses kelahiran bayi.
2.1.4 Gejala Klinis dan Diagnosa Infeksi Menular Seksual
Terkadang infeksi menular seksual tidak memberikan gejala, baik pria maupun wanita. Beberapa infeksi menular seksual baru menunjukkan gejalanya
setelah berminggu-minggu, berbulan-bulan, maupun bertahun-tahun setelah terinfeksi Lestari, 2008. Mayoritas infeksi menular seksual tidak memberikan gejala
asimtomatik pada perempuan 60-70 dari infeksi gonore dan klamidia. Pada
Universitas Sumatera Utara
perempuan, konsekuensi infeksi menular seksual sangat serius dan kadang-kadang bersifat fatal misalnya kanker serviks, kehamilan ektopik dan sepsis.
Konsekuensi juga terjadi pada bayi yang dikandungnya, jika perempuan tersebut terinfeksi pada saat hamil bayi lahir mati, kebutaan Kesrepro, 2007.
Gejala infeksi menular seksual bisa berupa gatal dan adanya sekret disekitar alat kelamin, benjolan atau lecet disekitar alat kelamin, bengkak disekitar alat kelamin,
buang air kecil yang lebih sering dari bisaanya, demam, lemah, kulit menguning dan rasa nyeri disekujur tubuh, kehilangan berat badan, diare, keringat malam, pada
wanita bisa keluar darah diluar masa menstruasi, rasa panas seperti terbakar atau sakit saat buang air kecil, kemerahan disekitar alat kelamin, rasa sakit pada perut bagian
bawah pada wanita diluar masa menstruasi, dan adanya bercak darah setelah berhubungan seksual WHO, 2001. Diagnosis infeksi menular seksual dilakukan
melalui proses anamnesa, diikuti pemeriksaan fisik dan pengambilan spesimen untuk pemeriksaan laboratorium Daili, 2009.
2.1.5 Komplikasi Infeksi Menular Seksual
Infeksi menular seksual yang tidak ditangani dapat menyebabkan kemandulan, merusak penglihatan, otak dan hati, menyebabkan kanker leher rahim,
menular pada bayi, rentan terhadap HIV dan beberapa infeksi menular seksual dapat menyebabkan kematian Dinkes Surabaya, 2009.
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia yaitu sel darah putih dan kemudian
menimbulkan AIDS Depkes 2005. Virus ini merupakan kelompok retrovirus yaitu
Universitas Sumatera Utara
kelompok virus yang mempunyai kemampuan untuk mengkopi cetak komponen genetika diri di dalam komponen genetika sel-sel yang ditumpanginya Dep.Kes. RI,
2005. AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome merupakan kumpulan gejala penyakit spesifik yang disebabkan oleh rusaknya sistem kekebalan tubuh oleh
virus HIV. Gejala yang ditimbulkan pada penyakit HIV pada fase yang pertama adalah disebut window period dengan ciri belum ada gejala sama sekali, belum
terdeteksi melalui tes dan sudah dapat menularkan HIV. Window period 3 bulan setelah terinfeksi HIV, pada masa ini virus HIV masih belum terdeteksi.
Kegiatan konseling yang menyediakan dukungan psikologis, informasi dan pengetahuan HIVAIDS, mencegah penularan HIV, mempromosikan perubahan
perilaku yang bertanggungjawab, pengobatan antiretroviral ARV dan memastikan pemecahan berbagai masalah terkait dengan HIVAIDS yang bertujuan untuk
perubahan perilaku ke arah perilaku lebih sehat dan lebih aman disebut konseling dalam VCT. Kegiatan yang dilakukan pada VCT antara lain konseling
pre testing HIV,
testing HIV, dan konseling post testing HIV. Tujuan adanya konseling VCT adalah mencegah penularan HIV, mengubah perilaku ODHA, pemberian dukungan
yang dapat menumbuhkan motivasi dan meningkatkan kualitas hidup ODHA.
2.1.6 Pencegahan Infeksi Menular Seksual