11 sumberdaya darat dan laut tanpa mempertimbangkan kondisi ekologis dan
kelangsungannya KMNLH dan Bapedalwil I 1999. Padahal sumberdaya pesisir dan lautan merupakan aset pembangunan yang penting dan terbesar bagi
Indonesia di masa depan, karena sumberdaya darat seperti hutan dan lahan lainnya sendiri semakin terbatas akibat alih fungsi, eksploitasi yang berlebihan,
kebakaran hutan dan lain-lain. Di samping itu, tekanan pertambahan penduduk terhadap wilayah pesisir dengan berbagai dampaknya semakin besar.
Diperkirakan 60 dari populasi penduduk Indonesia bermukim di wilayah pesisir dan 80 dari pembangunan industri mengambil tempat di wilayah pesisir ini
Hinrichson 1997, diacu dalam Bengen dan Rizal 2000. Oleh karena itu, konsep pembangunan berkelanjutan dalam rangka
perlindungan terhadap wilayah pesisir, merupakan langkah terbaik yang perlu dilakukan sebagai bentuk tatacara pemanfaatan sumberdaya dan lingkungan
wilayah pesisir ini bagi sebesar-besarnya kesejahteraan hidup manusia. Pemikiran pembangunan berwawasan lingkungan secara terpadu dan
berkelanjutan ini dilakukan dengan menekan kerusakan sekecil mungkin yang dapat ditimbulkannya. Hal ini dikarenakan pembangunan berkelanjutan
merupakan pembangunan untuk memenuhi kebutuhan saat ini tanpa merusak atau menurunkan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya Dahuri et al. 1996.
2.3. Pengelolaan Perikanan Budidaya
Kawasan perikanan pesisir merupakan tempat dilakukannya berbagai aktivitas yang berorientasi pada usaha-usaha perikanan, baik usaha perikanan
budidaya air payaupertambakan brakish water aquaculture, budidaya laut mariculture, maupun usaha penangkapan ikan capture fisheries. Kegiatan
budidaya perikanan di wilayah pesisir merupakan bagian dari usaha perikanan darat inland fisheries. Selain itu, Indonesia memiliki peluang pengembangan
usaha perikanan yang sangat besar, namun sayangnya perikanan budidaya khususnya budidaya air payau dan budidaya laut masih diibaratkan sebagai
“raksasa ekonomi yang masih tidur” the sleeping giant of economy. Dahuri et al. 1996 mengemukakan bahwa sebagian besar kegiatan
budidaya perikanan wilayah pesisir adalah usaha perikanan tambak, baik tambak udang, bandeng ataupun campuran keduanya. Selain itu terdapat beberapa jenis
kegiatan budidaya perikanan lain, seperti budidaya rumput laut, tiram dan
12 budidaya ikan dalam keramba net impondment. Karena air merupakan media
utama dalam kegiatan budidaya perikanan, maka pengelolaan terhadap sumber- sumber air alami maupun non alami tambak, kolam dll harus menjadi perhatian
utama dalam pengelolaan wilayah pesisir. Dalam kegiatan budidaya perikanan, pengaruh utama yang perlu diperhatikan adalah yang berasal dari lingkungan
sekitar lokasi budidaya, termasuk aktivitas lahan atas dan pengaruh kegiatan budidaya tersebut terhadap lingkungan.
Kamaluddin 2002 menambahkan bahwa perikanan budidaya juga dapat ditata sebaik mungkin sehingga dapat dijadikan objek wisata, untuk itu budidaya
harus dibangun dengan nuansa ekonomi dan wisata yang berwawasan lingkungan. Melalui cara ini terbuka peluang usaha bagi masyarakat dalam
kerangka agrowisata. Pengembangan budidaya perikanan ke depan harus mampu mendaya-
gunakan potensi yang ada. Dengan demikian, subsektor ini dapat mendorong kegiatan produksi berbasis ekonomi rakyat, meningkatkan perolehan devisa
negara, serta mempercepat pembangunan ekonomi masyarakat pembudidaya ikan Indonesia secara keseluruhan Dahuri 2002.
Bertolak dari hal di atas, maka menurut Dahuri 2002 kegiatan budidaya perikanan diharapkan memberikan kontribusi dalam peningkatan pendapatan
masyarakat, memperluas kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, penyediaan bahan baku industri, mendorong pertumbuhan industri dalam negeri,
yang pada akhirnya dapat memberikan kontribusi bagi penerimaan devisa negara. Namun demikian, pada saat yang sama kegiatan budidaya perikanan
harus tetap memperhatikan kelestarian sumberdaya dan lingkungan dalam rangka mewujudkan kawasan budidaya yang berkelanjutan, berdaya saing dan
berkeadilan.
2.4. Pendekatan Ekonomi-Ekologi