59
0.0000 0.5000
1.0000 1.5000
2.0000 2.5000
3.0000 3.5000
4.0000
Per tani
an P.
B udi
da ya
Tm bng
G al
i Indus
tri Li
st rk
Ai r
Ko ns
tru ks
i D
gng,H tl,
R es
t Tr
ans Ko
m ke
uangan Ja
sa
K o
e fis
ie n
E m
p lo
y m
e n
t M
u lt
ip li
e r
Gambar 10 Employment Multiplier Menurut Sektor Kegiatan di Provinsi Banten Nilai pengganda tenaga kerja sektor perikanan budidaya adalah sebesar
1,1693 berada di bawah rata-rata total pembentukan tenaga kerja secara sektoral yang sebesar 1,5732 dan menempati urutan ke-6 klasifikasi 10 sektor.
Nilai pengganda tenaga kerja 1,1693, mengindikasikan bahwa untuk menghasilkan output satu juta rupiah bagi sektor perikanan dibutuhkan tenaga
kerja 1,1693 orang. Informasi ini memberi petunjuk bahwa, dari sisi pengganda tenaga kerja sektor perikanan budidaya belum cukup andal dalam menciptakan
kesempatan kerja pada masyarakat nelayan. Hal ini perlu mendapat perhatian khusus dikarenakan upah dan gaji yang diterima oleh tenaga kerja di sektor
tersebut relatif lebih rendah dibandingkan dengan surplus usaha yang diterima oleh pengusaha, meskipun diketahui ternyata sektor ini mampu memberikan
income multiplier yang cukup andal. Namun demikian, sektor ini ternyata belum cukup andal dalam menciptakan kesempatan kerja.
5.4. Aspek Ekologi
5.4.1. Input Lingkungan
Pada umumnya pembangunan ekonomi di sektor pertanian bertujuan untuk meningkatkan produksi dan pendapatan para petani. Sebagian besar areal tanah
wilayah Banten dikembangkan untuk pertanian khususnya perkebunan yang potensial memproduksi tanaman kelapa. Selain itu, terdapat tanaman pangan
serta hutan yang berfungsi sebagai stabilitas lingkungan. Luas areal pertanian meliputi areal tanaman pangan, perkebunan dan kehutanan yang
keseluruhannya mencapai 660.137 ha. Sektor industri yang merupakan andalan dari Provinsi Banten sebagai komoditi ekspor disediakan areal seluas 6.876 ha,
60 untuk areal pertambangan disediakan areal oleh Pemerintah Daerah sebesar
2.474 ha. Di samping itu, kebutuhan areal yang lain meliputi kegiatan pembangunan konstruksi wilayah Banten 100.451 ha, kegiatan perdagangan
hotel dan restoran 13.320 ha, transportasi 585 ha dan keuangan 2.730 ha serta kegiatan jasa pendukung 79.019 ha.
Hutan mangrove merupakan ekosistem wilayah pesisir yang berfungsi sebagai daerah pelindung dari gelombang serta sebagai tempat berlangsungnya
hubungan timbal balik antara komponen abiotik dengan biotik. Letak lokasi mangrove berada di pantai utara, selatan dan barat Provinsi Banten dengan luas
mencapai 2.214,45 ha dan merupakan areal pendukung untuk pembangunan perikanan budidaya. Menurut Bengen 2004, untuk mempertahankan dan
menjaga kelestarian lingkungan maka idealnya pemanfaatan hutan mangrove diupayakan hanya 40 yaitu 885,78 ha untuk digunakan sesuai dengan
kebutuhan pembangunan perikanan budidaya. Di samping itu, pola teknis pemanfaatan dan pertumbuhan mangrove juga perlu diperhatikan agar dalam
pembangunan dan pengelolaan perikanan budidaya tidak menimbulkan kerusakan ataupun penurunan ekosistem mangrove.
5.4.2. Eksternalitas
Pencemaran lingkungan menurut Connel dan Muller 1974, diacu dalam Feriningtyas 2005 adalah masuknya bahan-bahan yang diakibatkan oleh
berbagai kegiatan manusia sehingga menimbulkan perubahan yang merusak karakteristik fisik, kimia, biologi ataupun estetika lingkungan tersebut.
Pencemaran perairan pesisir dan laut menurut Gesamp 1986, diacu dalam Feriningtyas 2005 merupakan dampak negatif terhadap kehidupan biota,
sumberdaya dan kenyamanan amenities ekosistem perairan pesisir serta kesehatan manusia dan nilai guna lainnya dari ekosistem perairan pesisir yang
secara langsung maupun tidak langsung oleh pembuangan bahan-bahan limbah ke dalam laut yang berasal dari kegiatan manusia.
Komponen eksternalitas dari perikanan budidaya di sini meliputi komponen BOD, COD, TSS dan TDS. Perikanan budidaya di Provinsi Banten komponen
BOD yang dihasilkan mencapai 16,32 ton, sedangkan untuk COD, TSS dan TDS berturut-turut 30,27; 10,70; dan 27,68 ton Lampiran 1.
61
5.4.3. Analisis Ecological Multiplier