25
∑∑ ∑
= =
=
=
n i
n j
ij n
j ij
i
C C
n Sd
1 1
1
6
Keterangan : Sd
j
= Derajat kepekaan C
ij
= Unsur matrik kebalikan Leontief terbuka n
= Total sektor
3.4.2. Dampak Ekologi-Ekonomi
Analisis yang digunakan untuk mengestimasi dampak terhadap ekonomi dan ekologi dari pembangunan perikanan budidaya di wilayah pesisir antara lain:
dampak ekonomi dengan menggunakan analisis income multiplier dan employment multiplier. Dampak ekologi dengan menggunakan analisis ecological
multiplier.
3.4.2.1. Income Multiplier
Dampak ekonomi berupa pendapatan dari pembangunan perikanan budidaya dianalisis dengan menggunakan analisis income multiplier. Untuk
mendapatkan informasi besaran parameter pengganda pendapatan sederhana Simple Income Multiplier digunakan rumus :
∑
= +
=
n i
ij i
n j
C a
MS
1 ,
1
7 Keterangan :
MS
j
= Pengganda pendapatan sederhana sektor j C
ij
= Unsur matrik kebalikan Leontief terbuka a
n+1,i
= Koefisien input gajiupah rumah tangga Selanjutnya untuk mendapatkan informasi besaran parameter pengganda
pendapatan I Income Multiplier I yang merupakan perbandingan antara pengganda pendapatan sederhana dengan koefisien teknis upah dan gaji rumah
tangga digunakan persamaan :
j n
n i
ij i
n j
a C
a MI
, 1
1 ,
1 +
= +
∑
=
8 Keterangan :
MI
j
= Pengganda pendapatan tipe I C
ij
= Unsur matrik kebalikan Leontief terbuka a
n+1,j
= Koefisien input gajiupah rumah tangga sektor j
26 Persamaan ini menunjukkan besarnya peningkatan pendapatan pada
suatu sektor akibat meningkatnya permintaan akhir output sektor tersebut sebesar satu unit, yang artinya apabila permintaan akhir terhadap output sektor
tertentu meningkat sebesar satu juta rupiah, maka akan meningkatkan pendapatan rumah tangga yang bekerja pada sektor tersebut sebesar nilai
pengganda pendapatan sektor yang bersangkutan.
3.4.2.2. Employment Multiplier
Dampak ekonomi berupa kesempatan kerja dari pembangunan perikanan budidaya dianalisis dengan menggunakan analisis employment multiplier.
Sebelum mendapatkan informasi besaran parameter pengganda tenaga kerja, terlebih dahulu harus diperoleh informasi besaran parameter koefisien tenaga
kerja employment coefficient yang merupakan suatu bilangan yang menunjukkan besarnya jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk menghasilkan
satu unit keluaran output. Sesuai dengan pengertian ini maka koefisien tenaga kerja dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :
i i
X L
W =
9 Keterangan :
W = Koefisien tenaga kerja
L
i
= Jumlah tenaga kerja sektor i X
i
= output sektor i Koefisien tenaga kerja sektoral merupakan indikator untuk melihat daya
serap tenaga kerja di masing-masing sektor. Semakin tinggi koefisien tenaga kerja di suatu sektor menunjukkan semakin tinggi pula daya serap tenaga kerja di
sektor bersangkutan, karena semakin banyak tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu unit output. Sebaliknya sektor yang semakin rendah
koefisien tenaga kerjanya menunjukkan semakin rendah pula daya serap tenaga kerjanya. Koefisien tenaga kerja yang tinggi pada umumnya terjadi di sektor-
sektor padat karya, sedangkan koefisien tenaga kerja yang rendah umumnya terjadi di sektor padat modal yang proses produksinya dilakukan dengan
teknologi tinggi. Informasi tentang koefisien tenaga kerja sektoral antara lain dapat dimanfaatkan sebagai masukan dalam menyusun berbagai kebijakan dan
perencanaan di bidang ketenagakerjaan. Selanjutnya untuk mendapatkan informasi besaran parameter pengganda
tenaga kerja employment multiplier yang merupakan perbandingan antara pengganda tenaga kerja sederhana dengan koefisien tenaga kerja digunakan
persamaan :
27
j n
n i
ij i
n j
W C
W MLI
, 1
1 ,
1 +
= +
∑
=
10 Keterangan :
MLI
j
= Pengganda tenaga kerja tipe I C
ij
= Unsur matrik kebalikan Leontief terbuka W
n+1,j
= Koefisien tenaga kerja sektor j Persamaan ini akan memperlihatkan bahwa permintaan akhir terhadap
output suatu sektor memiliki pengaruh terhadap penyerapan tenaga kerjanya. Hal ini menunjukkan bahwa untuk memenuhi permintaan akhir terhadap satu unit
output diperlukan tenaga kerja sebanyak hasil yang diperoleh.
3.4.2.3.
Ecological Multiplier
Proses analisis untuk memperkirakan dampak perubahan besarnya permintaan akhir dari adanya faktor ekologi dengan cara menggabungkan aspek
ekologi dalam aspek ekonomi menggunakan model Tabel Input-Output Fisik Hubacek dan Giljum 2002. Adapun model Tabel Input-Output Fisik yang
dimaksud dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Struktur Tabel Input-Output Fisik
Permintaan Antara Permintaan Akhir
Total Output Into Nature
Input Antara X
ij
Y
i
X N Input Primer
V
j
Total Input X’
From Nature M
Sumber: Diadopsi dari Maenpaa dan Muukkonen 2001 dan Budiharsono 2005
Keterangan : X
ij
= Parameter permintaan input antara sektor ij. V
j
= Parameter permintaan input primer sektor j X’ = Total input sektor i
M = Variabel input sumberdaya yang dipergunakan oleh sektor j Y
i
= Permintaan akhir Final Demand sektor i X = Total output sektor j
N = Variabel Eksternalitas yang dihasilkan oleh sektor j Sejumlah k komoditi ekologi yang akan diperhitungkan seperti tanah
membutuhkan tambahan k baris pada tabel input-output untuk mengakomodir besarnya kebutuhan komoditi tersebut oleh masing-masing sektor ekonomi dari
sektor 1 sampai dengan sektor n. Matriks yang menunjukkan arus komoditi ekologi k ke sektor ekonomi yang menggunakan sektor j, dinotasikan dengan
28 matrik M. Jadi koefisien matriks ini m
kj
menunjukkan besarnya volume komoditi k yang dibutuhkan dalam memproduksi output sektor j.
Bila sejumlah k eksternalitas limbah yang akan diperhitungkan dalam analisis, maka tabel input-output ditambah k kolom setelah permintaan akhir
untuk mengakomodir produksi limbah oleh masing-masing sektor produksi. Matriks yang menunjukkan arus eksternalitas oleh masing-masing sektor j
dinotasikan sebagai matriks N. Jadi koefisien matriks ini n
jk
menunjukkan besarnya eksternalitas yang dihasilkan oleh sektor j mulai dari sektor 1 sampai
dengan sektor n. Kalau tabel input-output dasar sudah menyediakan data tentang besarnya
nilai output setiap sektor yang digunakan dalam produksi sektor j, maka dalam analisis ekologi ini diperlukan data mengenai penggunaan areal, air dan
komoditas ekologi lainnya yang dilibatkan dalam setiap kegiatan ekonomi serta besarnya buangan yang ditimbulkan dari kegiatan ekonomi di masing-masing
sektor tersebut. Untuk komponen input ekologi, koefisien yang menunjukkan rasio input ekologi k terhadap output sektor pengguna sektor j dinotasikan
sebagai r
kj
, yang dihitung sebagai :
j kj
kj
X m
r =
, dalam bentuk matrik ditulis 11
1 −
= X
M R
Koefisien tersebut disebut koefisien input ekologi ecological input coefficient atau merupakan matriks koefisien input yang digunakan dari ekologi, dimana R
menunjukkan besarnya kebutuhan input ekologi k untuk memproduksi output sektor j.
Komponen output eksternalitas, juga dapat diperlakukan sama. Di sini dapat dihitung besarnya output eksternalitas dari masing-masing sektor
penghasil produksi. Jadi koefisiennya menunjukkan besarnya eksternalitas per unit nilai output sektor j.
j kj
kj
X n
q =
, dalam bentuk matrik ditulis 12
1 −
= X
N Q
Koefisien tersebut disebut koefisien output ekologi ecological output cofficient atau merupakan matriks koefisien eksternalitas yang dikeluarkan ke ekologi,
dimana Q menunjukkan besarnya output eksternalitas k yang dikeluarkan untuk memproduksi output sektor j.
Satu aplikasi yang terpenting dalam analisis input-output adalah perhitungan total kebutuhan input untuk satu unit permintaan akhir. Oleh karena
itu, satu akses tidak hanya digunakan pada kebutuhan langsung dalam proses
29 produksi pada sektor analisis, tetapi juga semua kebutuhan tidak langsung yang
dihasilkan dari produk antara dari sektor lain, sehingga untuk mencukupi permintaan akhir dapat ditentukan kebutuhan total input baik langsung maupun
tidak langsung Miller dan Blair 1985. Dengan perubahan output X akibat perubahan permintaan akhir, maka
kebutuhan input termasuk input komoditi ekologi juga berubah. Matriks koefisien R berikut menunjukkan besarnya komoditi ekologi k yang dibutuhkan oleh sektor
produksi j dalam memenuhi setiap permintaan akhir atas produksi sektor j. Analog dengan matriks R, dapat pula dihitung matriks Q, yang menggambarkan
eksternalitas ke ekosistem sebagai akibat kegiatan sektor j dalam memenuhi setiap permintaan akhir atas produksi sektor j tersebut.
1 −
− =
A I
R R
, dan
1 −
− =
A I
Q Q
13 Unsur matriks R menunjukkan jumlah input dari ekologi yang diperlukan
baik langsung maupun tidak langsung untuk menghasilkan output sektor j dalam memenuhi permintaan akhir. Sedangkan unsur matriks Q menunjukkan jumlah
eksternalitas ke ekologi baik langsung maupun tidak langsung untuk menghasilkan output sektor j dalam memenuhi permintaan akhir. Sementara itu,
I-A
-1
merupakan matriks kebalikan Leontief terbuka. Dalam bentuk visual metodologi model input-output ekologi dapat dilihat pada Gambar 4.
Tabel I-O Matriks Invers
I-A
-1
Output Ekologi, N Input Ekologi, M
Koefisien Input Ekologi R = MX
-1
Koefisien Output Ekologi Q = N’X
-1
Q = QI-A
-1
R = RI-A
-1
Gambar 4 Metodologi Model Input-Output Ekologi KMNLH dan BPS 2000. Dengan diketahui besaran input ekologi yang digunakan oleh sektor j
dalam memenuhi permintaan akhir R, dan eksternalitas ke ekologi yang dihasilkan sektor j dalam memenuhi output untuk memenuhi permintaan akhir
Q, maka dampak perubahan besarnya permintaan akhir akan dapat diperkirakan. Hal ini bisa menjadi dasar pertimbangan dalam mengestimasi
dampak terhadap ekologi dari perencanaan pembangunan perikanan budidaya.
30
3.4.3. Carrying Capacity