47 ekonomi dalam membayar pekerja yaitu sebesar 0,3262 satuan. Padahal upah
dan gaji merupakan satu-satunya komponen nilai tambah yang bisa langsung diterima oleh pekerja buruh nelayan. Sebaliknya surplus usaha yang harus
diterima oleh pengusaha nelayan yang jumlahnya lebih sedikit dari buruh nelayan, dua kali lebih besar dibanding dengan upah dan gaji, sehingga upah
dan gaji yang relatif lebih kecil secara langsung dan tidak langsung akan mempengaruhi daya beli masyarakat buruh nelayan. Di lain pihak dengan
adanya kelebihan dari surplus usaha akan ada penambahan investasi atau saving di perusahaan yang belum tentu dapat langsung dinikmati oleh
masyarakat nelayan.
5.1.4. Efisiensi Penciptaan Output
Efisiensi penciptaaan output merupakan hasil bagi antara nilai tambah bruto input primer dengan output. Dengan menelaah besarnya efisiensi
penciptaan output oleh masing-masing sektor, maka akan diketahui sektor-sektor mana yang lebih efisien dalam menciptakan output. Tabel 15 memperlihatkan
sepuluh sektor kegiatan yang memiliki tingkat efisiensi penciptaan output di Provinsi Banten.
Tabel 15 Efisiensi Penciptaan Output Menurut Sektor Kegiatan di Provinsi Banten
S e k t o r NTB Juta Rp Output Juta Rp Distribusi
1. Pertanian 4.059.114
4.967.410 81,71
2. Perikanan Budidaya 107.576
218.391 49,26
3. Tambang Galian 43.611
57.762 75,50
4. Industri 22.889.689
77.337.780 29,60
5. Listrik Air Bersih 1.672.380
4.133.050 40,46
6. Konstruksi 1.012.884
2.714.961 37,31
7. Pdgng, Htl Restoran 7.593.761 10.338.136
73,45 8. Transport Kom
3.085.426 5.885.595
52,42 9. Keuangan
814.330 1.134.717
71,77 10. Jasa-jasa
1.896.561 2.306.884
82,21
Jumlah 43.184.332 109.094.686
39,58
Sumber: Data Diolah 2007 Ket: NTB = Nilai Tambah Bruto
Pada Tabel 15 terlihat bahwa sektor perikanan budidaya masih bisa dikategorikan efisien dengan tingkat efisiensi sebesar 49,26 dan berada di atas
rata-rata total efisiensi sektor kegiatan di Provinsi Banten yang besarnya 39,58. Efisiensi dari sektor perikanan budidaya ini merupakan salah satu nilai strategis
48 yang menjadi bahan pertimbangan untuk berinteraksi. Di samping tingkat
efisiensi, tentu saja masih ada pertimbangan-pertimbangan lainnya yang harus diperhitungkan seperti misalnya tingkat pengembalian, tingkat suku bunga dan
kondisi sosial politik. Selain itu, pada Tabel 15 juga terlihat sektor yang paling efisien dalam menciptakan outputnya adalah sektor jasa-jasa dan sektor
pertanian. Ternyata sektor pertanian di sini sama dengan sektor pertanian di Provinsi Jawa Barat di mana sektor tanaman bahan makanan dan perkebunan
merupakan sektor yang paling efisien dalam penciptaan output Hermawan 2001.
Tingkat efisiensi yang diciptakan dalam pembentukan output sektor perikanan budidaya ini telah teruji dalam meningkatkan perekonomian dan
pendapatan nelayan serta daya tahan ekonomi umumnya, yakni pada saat Indonesia mengalami krisis ekonomi pada tahun 1997, sektor perikanan
budidaya merupakan sektor ekonomi rakyat yang cukup handal dalam menggerakkan ekonomi nasional.
5.2. Analisis Keterkaitan