V. HASIL DAN PEMBAHASAN
Perencanaan pembangunan perikanan budidaya yang berkelanjutan melibatkan aspek yang ada di wilayah pesisir Provinsi Banten. Beberapa aspek
tersebut meliputi aspek ekologi dan ekonomi. Aspek ekologi mengkaji daya dukung wilayah pesisir Provinsi Banten untuk pembangunan perikanan budidaya
dengan pendekatan ecological footprint. Selain itu, aspek ini juga meliputi input lingkungan yang digunakan sebagai dampak dari pemanfaatan areal dan
mangrove untuk perikanan budidaya dan eksternalitas yang dihasilkan terhadap lingkungan. Sedangkan aspek ekonomi meliputi peluangkesempatan kerja dan
pendapatan yang diperoleh dari kegiatan perikanan budidaya tersebut dengan menggunakan alat analisis dan model pengembangan ecological input-output.
Selain itu, model tabel input-output dapat digunakan untuk melihat kekuatan struktur dan interaksi antar sektor dari suatu sektor kegiatan. Berikut
akan disajikan telaah kekuatan struktur dan interaksi antar sektor dari perikanan budidaya.
5.1. Struktur Ekonomi Provinsi Banten
5.1.1. Struktur Permintaan dan Penawaran
Berdasarkan pengamatan terhadap struktur permintaan dan penawaran pada setiap sektor, dapat dilihat sektor mana yang merupakan produsen utama
untuk suatu produk tertentu. Dari produsen utama selanjutnya dapat ditelusuri sektorkomoditas mana yang mengalami surplus yang paling tinggi ataupun yang
paling rendah yang dinilai berdasarkan selisih atau perbandingan antara jumlah permintaan dan besarnya penawaranpenyediaan. Tinggi rendahnya ekspor
produk sektor tertentu, akan dicerminkan oleh selisih tersebut. Semakin besar surplusnya maka semakin besar pula ratio untuk mengekspor sektor yang
bersangkutan. Pada Tabel 11 dapat dilihat bahwa dari sisi permintaan dialokasikan
barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan dalam proses produksi permintaan antara di berbagai sektor sebesar 52.426.415 juta rupiah 48,06, sisanya
digunakan untuk konsumsi akhir yang meliputi untuk kebutuhan domestik sendiri sebesar 27.867.314 juta rupiah 25,54 dan untuk keperluan ekspor sebesar
28.800.957 juta rupiah 26,40. Untuk memenuhi permintaan tersebut ekspor produksi barang dan jasa sebagian dihasilkan oleh kegiatan domestik, yakni
43 sebesar 43.184.332 juta rupiah 39,58 dan kekurangannya dipenuhi dengan
mengimpor dari luar Provinsi Banten sebesar 13.483.939 juta rupiah 12,36. Dengan memperhatikan besarnya ekspor dan impor Provinsi Banten dapat
disimpulkan bahwa telah terjadi surplus perdagangan sebesar 15.317.018 juta rupiah 14,04.
Tabel 11 Struktur Permintaan dan Penawaran Menurut Sektor Kegiatan di Provinsi Banten Juta Rp
Permintaan Akhir Penyediaan Input
S e k t o r Permintaan
Antara Domestik Ekspor Import Domestik
Jumlah Permintaan
Penawaran
Pertanian 1.964.921 2.068.042
934.447 171.872
4.059.114 4.967.410
Perikanan Budidaya 30.040
177.140 11.211
16.182 107.576
218.391 Tambang Galian
124.885 50.003
17.120 4.959
43.611 57.762
Industri 37.219.477 14.815.807
25.302.496 10.387.668
22.889.689 77.337.780
Listrik Air Bersih 1.690.761
2.442.289 1.183.966
1.672.380 4.133.050
Konstruksi 455.905 2.259.056
259.375 1.021.884
2.714.961 Pdgng, Htl Resto
6.300.697 3.627.668
409.771 616.523
7.593.761 10.338.136
Transport Kom 2.996.962
847.725 2.040.908
659.970 3.085.426
5.885.595 Keuangan 806.870
304.091 23.756
154.712 814.330
1.134.717 Jasa-jasa 835.897
1.409.739 61.248
28.712 1.896.561
2.306.884
Jumlah 52.426.415 27.867.314
28.800.957 13.483.939
43.184.332 109.094.686
Sumber: Data Diolah 2007
Berdasarkan kajian terhadap struktur permintaan dan penawaran pada sektor perikanan budidaya, yang merupakan topik pembahasan ini, dapat
dijelaskan bahwa sektor perikanan budidaya penyebarannya hampir merata. Jumlah permintaan seluruhnya mencapai 218.391 juta rupiah. Dari jumlah
tersebut sebesar 30.040 juta rupiah atau sekitar 13,76 digunakan untuk memenuhi permintaan antara sektor produksi lainnya, memenuhi permintaan
akhir domestik sebesar 177.140 juta rupiah 81,11 dan selebihnya untuk ekspor, yakni sebesar 11.211 juta rupiah 5,13 dari seluruh permintaan.
Namun demikian, jika dilihat dari sisi penawaran menunjukkan bahwa wilayah pesisir Provinsi Banten hanya mampu berperan menyediakan produksi
perikanan budidaya sebesar 107.576 juta rupiah 49,26 dari seluruh penawaranpenyediaan produk, kekurangannya yakni sebesar 16.182 juta rupiah
7,41 harus dipasok dari luar Provinsi Banten. Dengan adanya kekurangan pasokan sebesar 7,41 menunjukkan bahwa di Provinsi Banten telah terjadi
kekurangan pasokan minus dalam penyediaan produksi perikanan budidaya atau penawaran sektor perikanan budidaya lebih kecil dari permintaannya,
dengan demikian secara keseluruhan sektor perikanan budidaya mengalami defisit sebesar 4.971 juta rupiah 2,28.
44
5.1.2. Struktur Permintaan Akhir