Keterkaitan ke Belakang Analisis Keterkaitan

48 yang menjadi bahan pertimbangan untuk berinteraksi. Di samping tingkat efisiensi, tentu saja masih ada pertimbangan-pertimbangan lainnya yang harus diperhitungkan seperti misalnya tingkat pengembalian, tingkat suku bunga dan kondisi sosial politik. Selain itu, pada Tabel 15 juga terlihat sektor yang paling efisien dalam menciptakan outputnya adalah sektor jasa-jasa dan sektor pertanian. Ternyata sektor pertanian di sini sama dengan sektor pertanian di Provinsi Jawa Barat di mana sektor tanaman bahan makanan dan perkebunan merupakan sektor yang paling efisien dalam penciptaan output Hermawan 2001. Tingkat efisiensi yang diciptakan dalam pembentukan output sektor perikanan budidaya ini telah teruji dalam meningkatkan perekonomian dan pendapatan nelayan serta daya tahan ekonomi umumnya, yakni pada saat Indonesia mengalami krisis ekonomi pada tahun 1997, sektor perikanan budidaya merupakan sektor ekonomi rakyat yang cukup handal dalam menggerakkan ekonomi nasional.

5.2. Analisis Keterkaitan

Keterkaitan aktifitas antar sektor ekonomi dapat dianalisa dari tabel input- output. Analisis keterkaitan tersebut dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh suatu sektor ekonomi terhadap sektor-sektor lain dalam sistem perekonomian. Dengan demikian dapat diukur tingkat ketergantungan antar sektor dalam suatu sistem perekonomian dan diketahui sejauh mana pertumbuhan suatu sektor dipengaruhi oleh sektor-sektor lainnya. Analisis keterkaitan antar sektor dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: I kaitan ke belakang dan II kaitan ke depan. Masing-masing keterkaitan tersebut dapat dibagi dua lagi, yaitu: i keterkaitan output langsung ke depan dan ke belakang; ii keterkaitan output tidak langsung ke depan dan ke belakang, selanjutnya analisis keterkaitan ke belakang dan ke depan secara rinci dapat dijelaskan melalui daya penyebaran dan derajat kepekaan.

5.2.1. Keterkaitan ke Belakang

Pengaruh peningkatan suatu sektor akan terlihat pada sektor-sektor yang mensuplai atau menyediakan bahan baku sebagai inputnya. Seberapa besar dampaknya terhadap sektor-sektor yang mensuplai tadi disebut sebagai keterkaitan ke belakang. Koefisien keterkaitan ke belakang baik langsung maupun tidak langsung dari sektor kegiatan di Provinsi Banten dapat dilihat pada Gambar 6. 49 0.0000 0.1000 0.2000 0.3000 0.4000 0.5000 0.6000 Pe rta ni an P. B udi da ya Tm bng G al i In dus tri Li st rk Ai r Ko ns tru ksi D gng ,Ht l,Re st Tr an s Ko m keuangan Ja sa a Keterkaitan Langsung ke Belakang Ko ef is ie n Ket e rkai ta n 0.0000 0.2000 0.4000 0.6000 0.8000 1.0000 1.2000 1.4000 1.6000 Pe rtani an P. B ud id aya Tm bn gG al i Ind us tri Lis trk Ai r Ko nst ru ks i D gng,H tl, Re st Tr ans Kom keuang an Jas a b Keterkaitan Tidak Langsung ke Belakang K o e fi s ie n K e te rk a ita n Gambar 6 Keterkaitan ke Belakang Menurut Sektor Kegiatan di Provinsi Banten Berdasarkan Gambar 6a, dapat diartikan bahwa koefisien keterkaitan langsung ke belakang sektor perikanan budidaya adalah 0,4333, angka ini menunjukkan bahwa dengan adanya kenaikan satu unit output pada sektor perikanan budidaya membutuhkan output sektor lain sebesar 0,4333 unit, atau dengan kata lain output tersebut akan digunakan oleh sektor perikanan budidaya sebagai input dalam proses produksinya. Hal ini kemudian secara simultan akan memicu peningkatan penggunaan output sektor-sektor lainnya sebagai input sebesar 1,4045 unit Gambar 6b. Dengan demikian, secara total akan mengakibatkan peningkatan penggunaan output kegiatan sebesar 1,8378 unit. Total nilai keterkaitan ke belakang sektor perikanan budidaya menempati urutan ketiga dari klasifikasi 10 sektor, setelah sektor industri dan sektor konstruksi, berada di atas rata-rata per sektor ekonomi lainnya yakni 1,5568. Data tersebut menunjukkan bahwa sektor perikanan budidaya sangat tinggi dalam menyerap 50 output sektor lain yang digunakan sebagai input sektor tersebut. Tingginya nilai keterkaitan ke belakang dari sektor perikanan budidaya menunjukkan tingginya input yang diserap oleh sektor ini. Tabel 16 menyajikan struktur input sektor perikanan budidaya, untuk melihat lebih dalam komponen dan sektor yang dapat diserap oleh sektor perikanan budidaya terkait dengan keterkaitannya ke belakang. Tabel 16 Struktur Input Sektor Perikanan Budidaya di Provinsi Banten Sektor Nilai Juta Rp Pertanian 3.248 1,49 Perikanan Budidaya 3.308 1,51 Pertambangan Galian 0,00 Industri 67.061 30,71 Listrik Air Bersih 169 0,08 Konstruksi 4.330 1,98 Perdagangan, Hotel Restoran 13.530 6,20 Transportasi Komunikasi 2.414 1,11 Keuangan 6 0,00 Jasa-jasa 567 0,26 Jumlah Input Antara 94.633 43,33 Impor 16.182 7,41 Upah Gaji 18.603 8,52 Surplus Usaha 79.357 36,34 Penyusutan 4.836 2,21 Pajak Tak Langsung 4.780 2,19 Nilai Tambah Bruto 107.576 49,26 Jumlah Input 218.391 100,00 Sumber: Data Diolah 2007 Pada Tabel 16 terlihat bahwa total input yang terserap yaitu sebesar 218.391 juta rupiah. Biaya yang dikeluarkan untuk nilai tambah bruto sebesar 107.576 juta rupiah 49,26, terdiri atas upah dan gaji sebesar 18.603 juta rupiah 8,52, surplus usaha sebesar 79.357 juta rupiah 36,34, penyusutan sebesar 4.836 juta rupiah 2,21 dan pajak tak langsung 4.780 juta rupiah 2,19. Sedangkan untuk biaya input antara sebesar 94.633 juta rupiah 43,33, yang sebagian besar dilakukan terhadap sektor industri yaitu sebesar 67.061 juta rupiah 30,71 dan sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 13.530 juta rupiah 6,20. 51 Hal ini mengindikasikan bahwa usaha di sektor perikanan budidaya memberikan keuntungan yang cukup besar sekitar 36,34, namun upah dan gaji yang diterima oleh buruh nelayan relatif sangat kecil sekitar 8,52, sehingga kondisi buruh nelayan selalu miskin keberadaannya. Usaha sektor perikanan budidaya sangat besar bergantung kepada sektor industri dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Pendapatan nelayan dapat diupayakan untuk ditingkatkan melalui intervensi pemerintah, salah satunya adalah memberikan bantuan dana yang cukup bagi usaha di bidang perikanan budidaya yang langsung diberikan kepada kelompok nelayan pembudidaya pemberdayaan nelayan berikut peningkatan kapasitas di segala aspek keahlian. Selain itu, untuk meningkatkan peran sektor perikanan budidaya pada perekonomian wilayah maka sektor yang berperan dalam menyumbangmenyediakan input bagi sektor perikanan budidaya, yakni sektor industri dan sektor perdagangan, hotel dan restoran harus diupayakan peningkatan kapasitasnya, melalui kemudahan dalam birokrasi, penciptaan iklim usaha yang kondusif, dan pemberian insentif lainnya.

5.2.2. Keterkaitan ke Depan