tahu, menggunakan variasi metode penyajian yang menarik, dan membantu siswa
dalam merumuskan tujuan belajar Rifa’I Anni, 2009. Djiwandono 2006: 359 juga menyatakan bahwa pengajaran di kelas harus mempertinggi motivasi
intrinsik. Motivasi instrinsik ini dapat dicapai dengan berbagai cara, yaitu dengan menambah selera siswa untuk ilmu pengetahuan, mempertahankan keingintahuan,
cara penyampaian pelajaran yang menarik dan bervariasi, serta permainan dan simulasi.
2.4 Hasil Belajar
Menurut Hamalik 2003, hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur dalam
bentuk perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan
dengan sebelumnya, misalnya dari tahu menjadi tahu, dan sebagainya. Dalam sistem pendidikan nasional, rumusan tujuan pendidikan
menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan
ranah psikomotoris. Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Menurut Sudjana 2004:22, di antara ketiga ranah itu ranah kognitiflah yang
paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran.
Hasil belajar kognitif siswa pada dasarnya berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan, dan kemahiran intelektual Rifa’I Anni, 2009: 86.
Ranah kognitif meliputi pengetahuan knowledge, pemahaman comprehension, penerapan application, analisis analysis, dan penilaian evaluation.
2.5 Materi Lensa
Materi lensa terdapat dalam standar kompetensi kurikulum tingkat satuan pendidikan di SMP kelas delapan semester kedua. Standar kompetensi terkait
yaitu memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari. Dalam standar kompetensi terdapat beberapa
kompetensi dasar, salah satunya yaitu siswa dapat menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa. Materi lensa terkait
dengan materi lain yaitu mengenai pembiasan cahaya.
2.5.1 Pengertian Lensa
Lensa adalah benda bening yang dibatasi oleh dua bidang lengkung atau satu bidang datar dan satu bidang lengkung Kanginan, 2007. Pada tingkat SMP
hanya dibatasi pada lensa sferik yang tipis, yaitu lensa sferik yang tebalnya dapat diabaikan terhadap diameter kelengkungan lensa. Ada dua jenis lensa, yaitu lensa
cembung atau lensa konveks dan lensa cekung atau lensa konkaf.
Lensa cembung memiliki ciri bagian tengahnya lebih tebal dibandingkan tepinya. Titik pertemuan sinar-sinar bias disebut titik fokus titik api. Jika sinar-
sinar sejajar dikenakan pada lensa cembung, sinar-sinar biasnya akan mengumpul di titik yang disebut titik fokus. Lensa ini disebut juga lensa pengumpul atau lensa
positif.
Lensa cekung adalah lensa yang bagian tengahnya lebih tipis dari bagian tepinya. Jika sinar-sinar sejajar dikenakan pada lensa cekung, sinar-sinar biasnya
menyebar seolah-olah berasal dari satu titik yang disebut titik fokus. Lensa ini disebut juga lensa penyebar atau lensa negatif.
Gambar 2.2 Berbagai jenis bentuk lensa. a Bikonveks, konveks-konkaf, plankonveks. b Bikonkaf, konkaf-konveks, plankonkaf Serway Jewett, 2004
Gambar 2.3 Lensa cembung bersifat mengumpulkan sinar Tipler, 2001: 496
2.5.2 Diagram Sinar untuk Lensa
Dalam menentukan letak bayangan pada lensa melalui metode grafik digunakan sinar utama. Secara sederhana, sinar dibiaskan pada bidang melalui
pusat lensa. Untuk lensa cembung, sinar-sinar utamanya adalah:
1 Sinar datang sejajar dengan sumbu utama dibiaskan melalui titik fokus kedua dari lensa tersebut.
2 Sinar datang melalui titik fokus pertama lensa dibiaskan sejajar sumbu utama. 3 Sinar datang melalui titik pusat lensa tidak dibiaskan tetapi diteruskan.
Gambar 2.4 Lensa cekung bersifat menyebarkan sinar Tipler, 2001: 496.
Gambar 2.5 Tiga sinar istimewa lensa cembung
1
2
3
Dengan menggunakan minimal dua dari tiga sinar utama, dapat ditentukan sifat bayangan yang terbentuk. Pada benda yang berjarak 2f seperti yang ditunjukkan
Gambar 2.6, dihasilkan bayangan yang bersifat nyata, terbalik, dan diperkecil. Untuk benda berjarak f seperti Gambar 2.7, dihasilkan bayangan yang bersifat
tmaya, tegak dan diperbesar.
Seperti halnya pada lensa cembung, untuk menggambarkan bayangan pada lensa cekung digunakan pula tiga sinar utama, yaitu:
1 Sinar yang datang sejajar sumbu utama dibiaskan seolah-olah berasal dari titik fokus pertama.
Gambar 2.6 Diagram sinar lensa cembung untuk benda berjarak 2f
Gambar 2.7 Diagram sinar lensa cembung untuk benda berjarak f
2 Sinar yang datang selah-olah melalui titik fokus kedua dibiaskan sejajar sumbu utama.
3 Sinar yang datang melalui titik pusat tidak dibiaskan, tetapi diteruskan.
Dengan menggunakan dua dari tiga sinar utama dapat diketahui sifat bayangan yang terbentuk. Pada Gambar 2.9 bayangan bersifat maya, tegak, dan diperkecil.
Gambar 2.8 Tiga sinar utama lensa cekung
1
2
3
2.5.3 Perhitungan Lensa
Persamaan untuk lensa tipis, yaitu
1 +
1 =
1
dengan perbesaran linear
=
ℎ
′
ℎ
=
′
Yang perlu diperhatikan adalah perjanjian tanda berikut: 1 Jarak fokus f bertanda positif untuk lensa cembung dan negatif untuk lensa
cekung. 2 Jarak benda s bertanda positif untuk benda terletak di depan lensa benda
nyata. 3 Jarak benda s bertanda negatif untuk benda terletak di belakang lensa benda
maya. 4 Jarak bayangan s’ bertanda positif untuk bayangan berada di belakang lensa
bayangan nyata. Gambar 2.9 Diagram sinar lensa cekung
5 Jarak bayangan s’ bertanda negatif untuk bayangan berada di depan lensa bayangan maya.
2.5.4 Kekuatan Lensa
Kekuatan lensa adalah kemampuan lensa untuk memfokuskan sinar-sinar. Kekuatan lensa didefinisikan sebagai kebalikan dari jarak fokus lensa.
= 1
Dengan f
: jarak fokus m P
: kekuatan lensa dioptri
2.6. Kerangka Berpikir
Pemahaman fisika membutuhkan kecerdasan
logis-matematis yang cukup tinggi
Siswa dengan kecerdasan matematis-logis rendah
Kecerdasan Siswa Beragam
Pengembangan strategi pembelajaran fisika berdasarkan teori kecerdasan majemuk: Kecerdasan majemuk
dilibatkan dalam pembelajaran fisika
Metode pembelajaran
bervariasi Pemberian apersepsi
yang menarik siswa Kesulitan Belajar
Siswa dengan kecerdasan matematis-logis tinggi
Hasil belajar maksimal Hasil belajar
meningkat Siswa lebih
termotivasi belajar Siswa termotivasi
belajar
Gambar 2.10 Kerangka berpikir
2.7. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, hiopotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1 Motivasi belajar siswa setelah penerapan strategi pembelajaran Fisika berdasarkan teori kecerdasan majemuk lebih tinggi daripada sebelumnya.
2 Hasil belajar siswa setelah penerapan strategi pembelajaran Fisika berdasarkan teori kecerdasan majemuk lebih tinggi daripada sebelumnya.
34
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 21 Semarang. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII tahun ajaran 20122013. Subjek skala terbatas adalah
kelas VIII F dan subjek skala luas adalah kelas VIII C dan VIII D.
3.2 Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan atau Research and Development RD. Menurut Sugiyono 2009: 407, RD adalah penelitian
yang menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut. Dalam penelitian ini, produk yang dihasilkan adalah strategi pembelajaran fisika
berdasarkan teori kecerdasan majemuk. Langkah-langkah dalam penelitian ini menurut Sugiyono 2009: 409
adalah seperti pada Gambar 3.1. Potensi dan
Masalah Pengumpulan
data Desain Produk
Validasi
Revisi Desain
Ujicoba Produk Revisi Produk
Ujicoba Pemakaian
Revisi Produk Produk Final
Gambar 3.1 Langkah-langkah penggunaan Metode Research and Development R D