PENGEMBANGAN STRATEGI PEMBELAJARAN FISIKA BERDASARKAN TEORI KECERDASAN MAJEMUK UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA SMP

(1)

i

PENGEMBANGAN STRATEGI PEMBELAJARAN FISIKA BERDASARKAN TEORI KECERDASAN MAJEMUK UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN

HASIL BELAJAR SISWA SMP

skripsi

disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

oleh

Paramitha Retno Probowening 4201409063

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


(2)

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi yang berjudul

Pengembangan Strategi Pembelajaran Berdasarkan Teori Kecerdasan Majemuk untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa SMP disusun oleh

Paramitha Retno Probowening 4201409063

telah disetujui untuk diajukan ke sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA Unnes pada tanggal 16 September 2013

Semarang, September 2013

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Achmad Sopyan, M.Pd. Dra. Langlang Handayani, M.App.Sc NIP 196006111984031001 NIP 196807221992032001


(3)

iii

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi ini bebas plagiat, dan apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam skripsi ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Semarang, September 2013 Penulis,

Paramitha Retno Probowening 4201409063


(4)

iv

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul

Pengembangan Strategi Pembelajaran Fisika Berdasarkan Teori Kecerdasan Majemuk untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa SMP

disusun oleh

Paramitha Retno Probowening 4201409063

telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA Unnes pada tanggal 16 September 2013.

Panitia:

Ketua Sekretaris

Prof. Dr. Wiyanto, M.Si. Dr. Khumaedi, M.Si. NIP. 196310121988031001 NIP. 196306101989011002

Ketua Penguji

Dr. Susilo, M.S.

NIP. 195208011976031006

Anggota Penguji/ Anggota Penguji/

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dr. Achmad Sopyan, M.Pd Dra. Langlang Handayani, M.App. Sc. NIP. 196007221984032001 NIP. 195205211976032001


(5)

v

MOTTO

“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang sabar”

(QS. Ali ‘Imran: 146)

“Kebanggaan yang terbesar bukan karena tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali terjatuh”

(Confusius)

“Kalau anda keras terhadap diri anda, maka kehidupan akan lunak kepada anda. Sebaliknya apabila anda lunak kepada diri anda, maka kehidupan akan keras kepada anda.”

(Andrie Wongso)

Karya ini aku persembahkan kepada:

1. Kedua orangtuaku, Ibu Lastari dan Bapak Suprih Yatin, terima kasih atas segala cinta, do’a, dan pengorbanan yang tiada henti;

2. The Ethnics: Dewi, Septiana, Pospos, Doddy yang telah memberikan warna tersendiri dalam hidupku, terima kasih atas doa, semangat, serta bantuan yang kalian berikan;

3. Sahabat-sahabatku yang telah mendukung serta membantu penyelesaian skripsi ini, Nissa, Dyah, Bitha, Lutfia, Sarah;


(6)

vi

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia serta ridhoNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Pengembangan Strategi Pembelajaran Berdasarkan Teori Kecerdasan Majemuk untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa SMP”.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Fatur Rokhman, M.Hum., rektor Universitas Negeri Semarang. 2. Prof. Dr. Wiyanto, M.Si., dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam, Universitas Negeri Semarang.

3. Dr. Khumaedi, M.Si., ketua Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang.

4. Drs. Hadi Susanto, M.Si., dosen wali yang telah memberikan arahan kepada penulis selama menempuh studi.

5. Dr. Achmad Sopyan, M.Pd., pembimbing utama skripsi yang telah membimbing dalam penyusunan skripsi ini.

6. Dra. Langlang Handayani, M.App. Sc., pembimbing pendamping skripsi yang telah membimbing dalam penyusunan skripsi ini.

7. Seluruh dosen Jurusan Fisika yang telah memberikan bekal ilmu dan kekeluargaan kepada penulis selama menempuh studi.


(7)

vii

8. Bapak, Ibu, dan Keluarga besarku yang telah memberikan dukungan dan motivasi serta doa restu sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 9. HM. Suyadi, SH, S.Pd, MM, kepala SMP Negeri 21 Semarang yang telah

memberikan ijin penelitian.

10. Eko Wijayantoro, S.Pd dan Romiyadi, S.Pd, guru Fisika SMP Negeri 21 Semarang yang telah memberikan bantuan, informasi, dan kesempatan waktu untuk melakukan penelitian.

11. Siswa-siswi kelas VIII C, VIII D, dan VIII F SMP Negeri 21 Semarang. 12. Keluarga besar fisika 2009 baik prodi pendidikan dan murni, serta seluruh

keluarga Jurusan Fisika, terima kasih atas bantuan, kebersamaan, kekeluargaan dan semangatnya.

13. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan para pembaca.

Semarang, September 2013


(8)

viii

ABSTRAK

Probowening, Paramitha Retno. 2013. Pengembangan Strategi Pembelajaran Fisika Berdasarkan Teori Kecerdasan Majemuk untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa SMP. Skripsi, Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Utama Dr. Achmad Sopyan, M.Pd. dan Pembimbing Pendamping Dra. Langlang Handayani, M.App. Sc.

Kata kunci: strategi pembelajaran, kecerdasan majemuk, motivasi belajar, hasil belajar.

Siswa yang memiliki kecerdasan logis-matematis yang lemah biasanya mengalami kesulitan dalam memahami fisika. Motivasi yang kuat dan pengajaran yang bagus bisa membantu untuk meningkatkan pemungsian ranah-ranah kecerdasan yang lemah walaupun tidak akan sekuat ranah-ranah yang sejak awal berlevel tinggi. Berdasarkan hal tersebut, pembelajaran fisika yang disesuaikan dengan kecerdasan yang dimiliki siswa perlu dikembangkan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan strategi pembelajaran fisika berdasarkan teori kecerdasan majemuk serta meningkatkan motivasi dan hasil belajar fisika siswa. Strategi pembelajaran berdasarkan teori kecerdasan majemuk adalah perencanaan tentang rangkaian kegiatan pembelajaran yang didesain dan disesuaikan dengan kecerdasan majemuk yang dimiliki siswa untuk mencapai tujuan yang ditentukan. Kecerdasan yang digunakan yaitu linguistik, logis-matematis, visual, musikal, kinestik, interpersonal, dan intrapersonal. Komponen strategi pembelajaran kegiatan prapengajaran terbagi menjadi empat, yaitu zona alfa, warm up, pre-teach, dan scene setting. Komponen penyampaian informasi dan partisipasi siswa disajikan secara terpadu, yaitu The Power of Two, We’re The Light, Choose The Area, dan We Can Find It Ourself. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan. Uji keefektifan menggunakan Pre Experimental Design dengan jenis Pre-test and Post-test One Group Design. Berdasarkan uji kelayakan, strategi pembelajaran termasuk dalam kriteria layak untuk diterapkan. Dari uji skala kecil, 86%, 96%, dan 100 % siswa menyukai pembelajaran. Dalam uji skala besar, motivasi belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 0,41. Hasil belajar juga mengalami peningkatan, yaitu sebesar 0,58. Meskipun taraf peningkatannya masih dalam kategori sedang, strategi pembelajaran fisika berdasarkan teori kecerdasan majemuk yang dikembangkan dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.


(9)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO... v

PRAKATA ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Batasan Masalah ... 6

1.4 Tujuan Penelitian ... 6

1.5 Manfaat Penelitian ... 7

1.6 Penegasan Istilah ... 7

1.7 Sistematika Penulisan Skripsi ... 8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Kecerdasan Majemuk ... 10

2.2 Strategi Pembelajaran Berdasarkan Teori KM ... 14

2.2.1 Definisi Strategi Pembelajaran Berdasarkan Teori KM ... 14

2.2.2 Pengembangan Strategi Pembelajaran Fisika Berdasarkan Teori KM ... 15

2.2.3 Penerapan Strategi Pembelajaran Fisika Berdasarkan Teori KM 18 2.3 Motivasi Belajar ... 21


(10)

x

2.5 Materi Lensa ... 25

2.5.1 Pengertian Lensa ... 25

2.5.2 Diagram Sinar untuk Lensa ... 27

2.5.3 Perhitungan Lensa ... 30

2.5.4 Kekuatan Lensa ... 31

2.6 Kerangka Berpikir ... 32

2.7 Hipotesis Penelitian ... 33

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Subjek Penelitian ... 34

3.2 Desain Penelitian ... 34

3.3 Prosedur Penelitian ... 35

3.3.1 Identifikasi Potensi dan Masalah ... 35

3.3.2 Pengumpulan Data ... 35

3.3.3 Desain Produk ... 35

3.3.4 Validasi Desain ... 36

3.3.5 Revisi Desain ... 37

3.3.6 Ujicoba Produk ... 37

3.3.7 Revisi Produk I ... 37

3.3.8 Ujicoba Pemakaian ... 37

3.3.9 Revisi Produk II ... 38

3.3.10 Produk Final ... 38

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 38

3.4.1 Metode Angket... 38

3.4.2 Metode Tes ... 38

3.5 Metode Analisis Data ... 40

3.5.1 Analisis Hasil Ujicoba Instumen Angket ... 40

3.5.2 Analisis Hasil Ujicoba Instumen Tes ... 42


(11)

xi BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ... 52

4.1.1 Strategi Pembelajaran Fisika Berdasarkan Teori Kecerdasan Majemuk Materi Lensa ... 52

4.1.2 Kelayakan Strategi Pembelajaran ... 62

4.1.3 Uji Skala Terbatas Strategi Pembelajaran ... 64

4.1.4 Motivasi Belajar Siswa ... 67

4.1.5 Hasil Belajar Kognitif ... 69

4.2 Pembahasan ... 70

4.3 Kelebihan Strategi Pembelajaran Fisika Berdasarkan Teori KM ... 73

4.4 Kekurangan Strategi Pembelajaran Fisika Berdasarkan Teori KM ... 73

BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan ... 74

5.2 Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 77


(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 3.1 Data Analisis Validitas Angket ... 40

Tabel 3.2 Data Analisis Validitas Soal ... 42

Tabel 3.3 Klasifikasi Tingkat Kesukaran ... 44

Tabel 3.4 Data Analisis Tingkat Kesukaran Soal ... 44

Tabel 3.5 Klasifikasi Daya Pembeda ... 45

Tabel 3.6 Data Analisis Daya Pembeda ... 45

Tabel 3.7 Skor Pilihan Jawaban Tes Kecerdasan Majemuk ... 46

Tabel 3.8 Kriteria Kelayakan Produk ... 47

Tabel 3.9 Skor Pilihan Jawaban Angket Motivasi Belajar ... 48

Tabel 3.10 Kriteria Motivasi Belajar ... 48

Tabel 4.1 Desain Strategi Komponen Kegiatan Prapengajaran ... 54

Tabel 4.2 Desain Strategi Komponen Penyampaian Informasi dan Partisipasi siswa ... 56

Tabel 4.3 Analisis Kelayakan Strategi Pembelajaran ... 63

Tabel 4.4 Tanggapan Siswa Pertemuan I ... 64

Tabel 4.5 Saran dari Siswa untuk Perbaikan Pertemuan I ……….. 64

Tabel 4.6 Tanggapan Siswa Pertemuan II ... 65

Tabel 4.7 Saran dari Siswa untuk Perbaikan Pertemuan II ... 66

Tabel 4.8 Tanggapan Siswa Pertemuan III ... 66

Tabel 4.9 Saran dari Siswa untuk Perbaikan Pertemuan III ... 67


(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.1 Pertanyaan Kunci untuk Merancang Strategi Pembelajaran KM

………18

Gambar 2.2 Berbagai Jenis Lensa ... 26

Gambar 2.3 Lensa Cembung ... 26

Gambar 2.4 Lensa Cekung ... 27

Gambar 2.5 Tiga Sinar Istimewa Lensa Cembung ... 27

Gambar 2.6 Diagram Sinar Lensa Cembung untuk Benda Berjarak > 2f ... 28

Gambar 2.7 Diagram Sinar Lensa Cembung untuk Benda Berjarak < f ... 28

Gambar 2.8 Tiga Sinar Istimewa Lensa Cekung ... 29

Gambar 2.9 Diagram Sinar Lensa Cekung... 30

Gambar 2.10 Kerangka Berpikir ... 32

Gambar 3.1 Langkah-langkah penggunaan Metode R & D ... 34

Gambar 4.1 Kecerdasan Majemuk Kelas VIII C dan VIII D ... 53

Gambar 4.2. Jawaban Pertanyaan Kunci KM ... 54

Gambar 4.3 Kartu Jenis Lensa ... 57

Gambar 4.4 Desain Kartu Petunjuk Peran ... 58

Gambar 4.5 Petunjuk Melukis Bayangan Menggunakan Video ... 59

Gambar 4.6 Petunjuk Melukis Bayangan Menggunakan Lagu ... 60

Gambar 4.7 Lagu Materi Lensa dan Sifatnya ... 60

Gambar 4.8 Cover Panduan Penggunaan Strategi Pembelajaran Berdasarkan Teori KM ... 62

Gambar 4.9 Hasil Perbaikan I Desain Kartu Petunjuk Peran ... 63

Gambar 4.10 Hasil Perbaikan II Desain Kartu Petujuk Peran ... 65

Gambar 4.11 Grafik Motivasi Belajar Siswa ... 68

Gambar 4.12 Grafik Motivasi Belajar Siswa Per Indikator ... 68


(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1. Kisi-Kisi Tes Kecerdasan Majemuk ... 81

Lampiran 2. Tes Kecerdasan Majemuk ... 82

Lampiran 3. Contoh Analisis Tes Kecerdasan Majemuk Per Siswa ... 86

Lampiran 4. Hasil Analisis Kecerdasan Majemuk Siswa ... 87

Lampiran 5. Kisi-Kisi Soal Uji Coba ... 89

Lampiran 6. Soal Uji Coba ... 91

Lampiran 7. Kunci Jawaban Soal Uji Coba ... 98

Lampiran 8. Analisis Soal Uji Coba ... 99

Lampiran 9. Perhitungan Validitas Butir Soal ... 104

Lampiran 10. Perhitungan Reliabilitas Instrumen Soal ... 105

Lampiran 11 Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal ... 106

Lampiran 12. Perhitungan Daya Pembeda Soal ... 107

Lampiran 13. Kisi-Kisi Soal Pre-test dan Post-test ... 108

Lampiran 14. Soal Pre-test dan Post-test ... 110

Lampiran 15. Kunci Jawaban Soal Pre-test dan Post-test ... 113

Lampiran 16. Kisi-Kisi Angket Uji Coba Motivasi Belajar... 114

Lampiran 17. Angket Uji Coba Motivasi Belajar ... 115

Lampiran 18. Analisis Angket Uji Coba Motivasi ... 118


(15)

xv

Lampiran 20. Contoh Perhitungan Reliabilitas Instrumen Angket ... 123

Lampiran 21. Kisi-Kisi Angket Motivasi Belajar ... 124

Lampiran 22. Angket Motivasi Belajar Siswa ... 125

Lampiran 23. Kisi-Kisi Angket Uji Kelayakan Strategi KM ... 127

Lampiran 24. Angket Penilaian Kelayakan Strategi KM ... 128

Lampiran 25. Analisis Angket Uji Kelayakan ... 133

Lampiran 26. Kuisioner untuk Siswa (Pertemuan 1) ... 134

Lampiran 27. Kuisioner untuk Siswa (Pertemuan 2) ... 136

Lampiran 28. Kuisioner untuk Siswa (Pertemuan 3) ... 138

Lampiran 29. Analisis Tanggapan Siswa Pertemuan 1 ...139

Lampiran 30. Analisis Tanggapan Siswa Pertemuan 2 ...141

Lampiran 31. Analisis Tanggapan Siswa Pertemuan 3 ...143

Lampiran 32. Daftar Nilai Pre-test dan Post-test Hasil Belajar Siswa ... 144

Lampiran 33. Uji Normalitas Pre-test Hasil Belajar Siswa ... 146

Lampiran 34. Uji Normalitas Post-test Hasil BelajarSiswa ... 147

Lampiran 35. Uji Gain Rata-Rata Hasil Belajar ... 148

Lampiran 36. Uji Hipotesis Pre-test dan Post-test Hasil Belajar Siswa ... 149

Lampiran 37. Daftar Nilai Motivasi Belajar Siswa ... 150

Lampiran 38. Uji Normalitas Pre-test Motivasi Belajar Siswa ... 152

Lampiran 39. Uji Normalitas Post-test Motivasi Belajar Siswa ... 153

Lampiran 40. Uji Gain Rata-Rata Motivasi Belajar ... 154

Lampiran 41. Uji Hipotesis Pre-test dan Post-test Motivasi Belajar Siswa ... 155


(16)

xvi

Lampiran 43. Silabus ... 170

Lampiran 44. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 172

Lampiran 45. Format Kartu Jenis Lensa ... 180

Lampiran 46. Lembar Diskusi Siswa Pertemuan 1 ... 183

Lampiran 47. Format Kartu Bermain Peran ... 185

Lampiran 48. Lembar Diskusi Siswa Pertemuan 2 ... 187

Lampiran 49. Lagu Zona Musik ... 190

Lampiran 50. Lembar Kegiatan Siswa Pertemuan 3 ... 191


(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Berdasarkan survey yang dilakukan oleh TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study) tahun 2011, peringkat prestasi siswa Indonesia kelas VIII pada mata pelajaran IPA berada signifikan di bawah rata-rata internasional, yaitu berada di peringkat 40 dari 42 negara. Pencapaian siswa peserta survei ini dibagi menjadi empat tingkat, yaitu low (rendah), intermediate (sedang), high (tinggi) dan advanced (lanjut) sesuai dengan pemenuhan sejumlah standar untuk masing-masing tingkat. Persentase siswa Indonesia yang mencapai tingkat rendah, sedang, tinggi dan lanjut dalam bidang IPA berturut-turut adalah 54%, 19%, 3% dan 0%. Dalam persentase tersebut, siswa yang mencapai salah satu tingkat dihitung telah mencapai tingkat yang lebih rendah pula. Hasil survey menunjukkan bahwa sekitar 46% siswa Indonesia tidak mencapai standar terendah TIMSS 2011.

Menurut survey PIRLS, PISA, dan TIMSS, rendahnya pencapaian prestasi siswa ini tentunya dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah investasi di bidang pendidikan yang kurang memadai. Faktor lainnya yang mempengaruhi prestasi siswa adalah karakteristik siswa dan keluarga, kebiasaan membaca, motivasi belajar, minat dan konsep diri, strategi belajar, tingkat kehadiran dan rasa memiliki (Hayat & Yusuf , 2011).


(18)

2

Rendahnya prestasi belajar IPA siswa Indonesia bersadasrkan hasil survey tersebut adalah salah satu indikasi siswa banyak menemui hambatan sehingga mengalami kesulitan dalam belajar. Siswa diduga mengalami kesulitan belajar jika yang bersangkutan tidak berhasil mencapai taraf kualifikasi hasil belajar dalam batas waktu tertentu (Mulyadi: 2010: 7). Anak yang mengalami kesulitan belajar akan sukar dalam memahami materi pelajaran sehingga ia akan malas belajar. Selain anak tidak menguasai materi, mereka bahkan menghindari pelajaran, mengabaikan tugas, sehingga terjadi penurunan nilai belajar dan prestasi belajar yang rendah. Sunardi (2009) menyatakan, apabila kondisi siswa diasumsikan wajar artinya faktor kesehatan, fasilitas, lingkungan, dan sebagainya tidak menemui masalah, maka hambatan yang ditemui siswa dalam belajar fisika dapat diidentifikasikan sebagai berikut: (1) hambatan yang berkaitan dengan minat, (2) hambatan yang berkaitan dengan motivasi, (3) hambatan yang berkaitan dengan intelegensi dan bakat, (4) hambatan yang berkaitan dengan cara siswa belajar, (5) hambatan yang berkaitan dengan cara guru mengajar.

Pada penelitian kali ini, peneliti memfokuskan pada hambatan yang menyebabkan kesulitan belajar berkaitan dengan faktor intelegensi (kecerdasan) dan motivasi. Intelegensi yang rendah pada siswa menyebabkan siswa berpikir lebih lambat sehingga prestasi belajarnya tidak sebaik siswa yang memiliki integensi yang tinggi. Demikian halnya dengan motivasi. Motivasi yang tinggi menyebabkan siswa tidak mudah patah semangat untuk mencapai tujuannya walaupun menemui berbagai kesulitan.


(19)

Fisika merupakan bagian dari IPA yang mempelajari tentang zat dan energi dalam segala bentuk manisfestasinya. Inti pembelajaran fisika meliputi keterampilan proses, yaitu merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang dan melaksanakan percobaan, interpretasi data, serta mengkomunikasikan hasil yang diperoleh (Yulianti & Wiyanto, 2009: 2). Pada proses pemecahan soal fisika, selain diperlukan pemahaman konsep fisika seringkali juga dibutuhkan matematika sebagai konsekuensi diterapkannya pendekatan kuantitatif melalui penggunaan rumus-rumus. Dengan demikian, untuk dapat memahami fisika dengan baik, diperlukan kemampuan berhitung serta berpikir logika yang memadai. Dalam teori kecerdasan majemuk, kemampuan tersebut dikategorikan sebagai kecerdasan logis-matematis sehingga siswa yang memiliki kecerdasan logis-matematis yang lemah biasanya mengalami kesulitan dalam memahami fisika.

Armstrong (2005: 24) menyatakan bahwa masyarakat cenderung menghargai pemikir logis yang dapat mengungkapkan pendapat secara jelas serta ringkas dan mengabaikan kecerdasan lain. Pengabaian yang membudaya ini terbawa dalam ruang kelas sehingga sekolah lebih menghargai kemampuan linguistik dan logis-matematis. Siswa yang berbakat dalam kedua bidang ini biasanya berprestasi baik di sekolah sedangkan siswa dengan kemampuan linguistik dan logis-matematis yang lemah sering gagal, meskipun mereka mungkin sangat berbakat dalam satu atau lebih pada bidang kecerdasan yang lain. Kegagalan siswa dengan kecerdasan logis-matematis yang lemah ditambah


(20)

4

dengan pengabaian terhadap kemampuan mereka di bidang kecerdasan lain dalam suatu pembelajaran fisika tentunya akan berdampak pada hasil belajarnya.

Sardiman (2007: 27) menyatakan bahwa hasil belajar akan optimal jika ada motivasi yang tepat. Salah satu cara untuk meningkatkan motivasi dari dalam diri siswa menurut Slavin adalah dengan menggunakan variasi metode penyajian yang menarik (Anni, 2009). Hal ini diperkuat oleh pendapat Sylvester yang mengungkapkan bahwa motivasi yang kuat dan pengajaran yang bagus bisa membantu untuk meningkatkan pemungsian ranah-ranah kecerdasan yang lemah walaupun tidak akan sekuat ranah-ranah yang sejak awal berlevel tinggi (Jasmine: 2007).

Uno dan Umar (2010: 3) berpendapat, strategi pelayanan pendidikan alternatif perlu dikembangkan untuk menghasilkan siswa yang unggul melalui pemberian perhatian, perlakuan, dan layanan pendidikan berdasarkan bakat, minat, dan kemampuannya. Agar pelayanan pendidikan yang selama ini diberikan kepada peserta didik mencapai sasaran yang optimal maka pembelajaran harus diselaraskan dengan potensi siswa. Karena itu, guru perlu melakukan pelacakan potensi siswa.

Dari uraian tersebut dapat dikatakan siswa dengan kecerdasan logis-matematis yang lemah memiliki kemungkinan untuk mengembangkan kecerdasan tersebut serta meningkatkan pemahamannya dalam pelajaran fisika jika memiliki motivasi belajar yang kuat. Sebagai penghargaan terhadap kemampuan dan kecerdasan siswa yang bervariasi, pembelajaran hendaknya disusun dalam strategi yang disesuaikan dengan kecerdasan majemuk yang dimiliki siswa. Dengan


(21)

dikembangkan pembelajaran fisika dengan metode yang bervariasi dan menarik serta disesuaikan dengan kecerdasan yang dimiliki, siswa merasa dihargai kemampuannya sehingga terdapat peningkatan terhadap motivasi belajar yang dapat mengoptimalkan hasil belajar.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengembangan Strategi Pembelajaran Fisika Berdasarkan Teori Kecerdasan Majemuk untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa SMP”.

1.2

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1.2.1 Apakah strategi pembelajaran fisika berdasarkan teori kecerdasan majemuk yang dikembangkan layak untuk digunakan?

1.2.2 Apakah penerapan strategi pembelajaran fisika berdasarkan teori kecerdasan majemuk yang dikembangkan dapat meningkatkan motivasi siswa SMP?

1.2.3 Apakah penerapan strategi pembelajaran fisika berdasarkan teori kecerdasan majemuk yang dikembangkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa SMP?


(22)

6

1.3

Batasan Masalah

Untuk menghindari terjadinya kesalahan penafsiran terhadap permasalahan dalam penelitian ini, ditetapkan beberapa batasan yaitu:

1.3.1 Semua pokok bahasan fisika dapat diajarkan dengan strategi pembelajaran berdasarkan teori kecerdasan majemuk tetapi dalam penelitian ini peneliti hanya mengambil sub pokok bahasan lensa dengan pertimbangan efisiensi waktu.

1.3.2 Dalam penelitian ini hanya dikembangkan tiga komponen strategi pembelajaran, yaitu kegiatan pendahuluan, penyampaian informasi, dan partisipasi peserta didik. Komponen lain seperti tes dan kegiatan lanjutan belum dikembangkan dengan pertimbangan efisiensi waktu.

1.3.3 Semua aspek hasil belajar bisa diukur dalam penerapan strategi pembelajaran berdasarkan teori kecerdasan majemuk, namun pada penelitian ini hanya memfokuskan pada hasil belajar kognitif siswa.

1.4

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian yaitu:

1.4.1 Mengembangkan strategi pembelajaran fisika berdasarkan teori kecerdasan majemuk.

1.4.2 Meningkatkan motivasi belajar fisika siswa SMP melalui penerapan strategi pembelajaran berdasarkan teori kecerdasan majemuk.

1.4.3 Meningkatkan hasil belajar fisika siswa SMP melalui penerapan strategi pembelajaran berdasarkan teori kecerdasan majemuk.


(23)

1.5

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian adalah sebagai berikut: 1.5.1 Bagi Guru

Memberikan alternatif strategi pembelajaran fisika yang dapat diterapkan dalam pembelajaran.

1.5.2 Bagi Siswa

Memberikan pengalaman belajar baru yang dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar.

1.5.3 Bagi Sekolah

Meningkatkan kualitas pendidikan dan peserta didik. 1.5.4 Bagi Peneliti

Meningkatkan kemampuan dalam mengembangkan strategi pembelajaran.

1.6

Penegasan Istilah

1.6.1. Pengembangan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), pengembangan didefinisikan sebagai proses, cara, perbuatan mengembangkan. Yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan strategi pembelajaran fisika berdasarkan teori kecerdasan majemuk.

1.6.2. Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan tertentu (Sanjaya: 2006).


(24)

8

1.6.3. Kecerdasan Majemuk

Konsep kecerdasan majemuk (multiple intelligences) atau KM dicetuskan oleh Dr. Howard Gardner. Gardner menolak asumsi kecerdasan tunggal (IQ). Menurut beliau, kecerdasan terdiri dari delapan macam kecerdasan yaitu logis-matematis, musikal, kinestik-jasmani, linguistik, spasial, interpersonal, interpersonal, dan naturalis yang bekerjasama sebagai satu kesatuan yang utuh dan terpadu (Armstrong, 2004).

1.6.4. Motivasi

Motivasi adalah variabel penyelang (ikut campur tangan) yang digunakan untuk menimbulkan fakor-faktor tertentu dalam organisme yang membangkitkan, mengelola, mempertahankan, dan menyalurkan tingkah laku menuju satu sasaran (Chaplin, 2008). Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai (Sardiman, 2007).

1.7

Sistematika Penulisan Skripsi

Skripsi ini terdiri dari tiga bagian utama yang dapat dirinci sebagai berikut: (1) Bagian Pendahuluan

Bagian pendahuluan skripsi ini berisi halaman judul, halaman pengesahan, halaman moto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran.


(25)

(2) Bagian Isi

Bagian isi skripsi terdiri dari: bab 1, bab 2, bab 3, bab 4, dan bab 5. Bab 1 adalah pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan skripsi. Bab 2 adalah kajian pustaka yang berisi teori yang mendasari permasalahan, kerangka berpikir dan hipotesis. Bab 3 adalah metode penelitian yang berisi metode penentuan objek penelitian, variabel penelitian, metode pengumpulan data, instrumen penelitian, dan metode analisis data. Bab 4 adalah hasil penelitian dan pembahasan yang berisi hasil penelitian dan pembahasannya. Bab 5 adalah penutup yang berisi simpulan hasil penelitian dan saran-saran dari peneliti.

(3) Bagian Akhir


(26)

10

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Teori Kecerdasan Majemuk

Tokoh pencetus teori kecerdasan majemuk (KM) adalah Howard Gardner. Beliau mendefinisikan kecerdasan sebagai kemampuan seseorang untuk memecahkan masalah dan menciptakan produk yang memiliki nilai budaya (Armstrong: 2005). Menurutnya, terdapat beberapa jenis kecerdasan yang tidak dapat diukur oleh tes IQ standar. Berikut adalah berbagai macam kecerdasan menurut Gardner:

(1) Kecerdasan Linguistik

Kecerdasan linguistik adalah kemampuan menggunakan kata-kata secara efektif. Berdasarkan pengamatan Armstrong (2005: 19) mengenai kehidupan sekolah tradisional, kecerdasan linguistik mencakup sedikitnya dua pertiga bagian dari interaksi belajar dan mengajar yaitu membaca, menulis, dan matematika.

(2) Kecerdasan Musikal

Kecerdasan musikal adalah kecakapan yang dimiliki seseorang untuk menghasilkan dan menghargai musik, sensitif terhadap melodi, ritme dan nada. Uno & Umar (2010: 12) berpendapat bahwa siswa dengan kecerdasan musikal lebih mudah mengingat sesuatu dan mengekspresikan gagasan apabila dikatkan dengan musik.


(27)

(3) Kecerdasan Logis Matematis

Kecerdasan logis-matematis dikaitkan dengan otak yang melibatkan beberapa komponen, yakni perhitungan secara matematis, berpikir logis, dan pemecahan masalah. Jasmine (2007: 19) menyatakan bahwa orang dengan kecerdasan ini gemar bekerja dengan data, yaitu mengumpulkan, mengorganisasi, menganalisis serta menginterpretasikan, menyimpulkan kemudian meramalkan. Menurut Armstrong (2005: 20), anak yang mendapat nilai baik dalam pelajaran matematika dan IPA biasanya memiliki kecerdasan ini dalam porsi yang besar.

(4) Kecerdasan Visual

Kecerdasan visual berkaitan dengan kemampuan berpikir dalam dalam bentuk imajinasi dan pola-pola gambar untuk membuat deskripsi terhadap sesuatu dengan akurat dan abstrak. Menurut Musrofi (2010:119), siswa dengan kecerdasan visual dapat memahami pelajaran dengan baik melalui media visual seperti gambar, foto, denah, grafik, diagram, presentasi yang indah, dll. (5) Kecerdasan Kinestik

Kecerdasan kinestik merupakan kemampuan seseorang secara aktif untuk menggunakan bagian atau seluruh tubuhnya untuk berkomunikasi dan memecahkan masalah. Menurut Baharuddin (2008: 150), siswa yang memiliki kecerdasan kinestik tinggi biasanya menyukai kegiatan yang melibatkan aktivitas tubuh seperti menari dan berolahraga.


(28)

12

(6) Kecerdasan Interpersonal

Secara umum kecerdasan interpersonal adalah kemampuan seseorang untuk menjalin relasi dan komunikasi dengan berbagai orang. Musrofi (2010) menyatakan bahwa siswa dengan kecerdasan interpersonal dapat memahami pelajaran dengan baik melalui kerjasama dan komunikasi dengan rekan-rekannya.

(7) Kecerdasan Intrapersonal

Kecerdasan intrapersonal menunjukkan kemampuan seseorang untuk memahami berbagai kekuatan maupun kelemahan dirinya sendiri. Jasmine (2007: 27) menyatakan bahwa siswa dengan kecerdasan intrapersonal tinggi memiliki rasa percaya diri yang besar serta senang sekali bekerja berdasarkan program sendiri dan hanya dilakukan sendirian.

(8) Kecerdasan Natural

Kecerdasan natural menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap lingkungan alam. Baharuddin (2008: 151) menyatakan bahwa siswa yang memiliki kecerdasan memiliki natural yang tinggi akan senang bila belajar dilakukan di luar sekolah karena akan memberikan kesempatan bagi mereka untuk menikmati alam.

Kirschenbaum menyatakan bahwa tidak ada seorang normal pun yang hanya memiliki satu jenis kecerdasan saja karena hampir setiap orang mempunyai beberapa jenis sekaligus. Sebagian orang bahkan memiliki kesemuanya, walaupun sebagian jauh lebih berkembang daripada yang lainnya (Jasmine, 2007).


(29)

Menurut Armstrong (2004: 16) ada beberapa poin yang berkaitan dengan model teori KM yang perlu diperhatikan, yaitu:

(1) Setiap siswa memiliki delapan kecerdasan. Teori KM bukanlah teori untuk menentukan satu jenis kecerdasan yang sesuai. Setiap siswa sejatinya memiliki kapasitas dalam kedelapan kecerdasan tersebut. Kedelapan kecerdasan tersebut berfungsi beriringan dengan cara yang berbeda-beda pada diri setiap siswa. Siswa memiliki kecerdasan tertentu yang sangat berkembang dan relatif agak terbelakang dalam kecerdasan yang lain.

(2) Siswa pada umumnya dapat mengembangkan setiap kecerdasan sampai pada tingkat penguasaan yang memadai. Setiap siswa sebenarnya memiliki kemampuan mengembangkan kedelapan kecerdasan sampai pada tingkat yang memadai apabila ia mendapatkan cukup dukungan, pengayaan, dan pengajaran.

(3) Kecerdasan-kecerdasan pada umumnya bekerja bersamaan dengan cara yang kompleks. Tidak ada kecerdasan yang berdiri sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Kecerdasan selalu berinteraksi satu sama lain.

(4) Ada banyak cara untuk menjadi cerdas dalam berbagai kategori. Tidak ada rangkaian atribut standar yang harus dimiliki siswa untuk dapat disebut cerdas dalam wilayah tertentu. Teori KM menekankan keanekaragaman cara orang menunjukkan bakat, baik dalam satu kecerdasan tertentu maupun kecerdasan yang lain.


(30)

14

2.2

Strategi Pembelajaran berdasarkan Teori KM

2.2.1 Definisi Strategi Pembelajaran berdasarkan Teori KM

Esensi teori KM menurut Gardner adalah menghargai keunikan setiap individu, berbagai variasi belajar, mewujudkan sejumlah model untuk menilai mereka dan cara yang hampir tidak terbatas untuk mengaktualisasikan diri di dunia ini (Uno & Umar, 2010: 45). Menurut Armstrong (2004), teori kecerdasan majemuk dapat memperluas perbendaharaan teknik, alat, dan strategi yang digunakan guru sehingga dapat disesuaikan dengan karakteristik siswa yang beragam. Chatib (2012) berpendapat bahwa strategi pembelajaran sebagai istilah yang tepat untuk penerapan teori kecerdasan majemuk dalam bidang pendidikan. Strategi mengajar erat kaitannya dengan kreativitas guru sehingga jumlah dan nama strategi itu luas dan tak terbatas. Jadi, apa pun namanya, strategi kecerdasan majemuk akan menjadi wadah yang sangat luas dan dapat menampung semua istilah metodologi pembelajaran.

Menurut Sahala (2011: 222), strategi pembelajaran diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru, murid dalam perwujudan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. Sedangkan menurut Sanjaya (2006), strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan tertentu. Desain tersebut dibuat dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi, sumber belajar, kebutuhan dan karakteristik siswa. Kegiatan tersebut meliputi apa saja yang guru dan siswa lakukan selama proses pembelajaran. Dick dan Carey menyebutkan bahwa terdapat 5 komponen strategi pembelajaran, yaitu: (1) kegiatan pendahuluan, (2)


(31)

penyampaian informasi, (3) partisipasi peserta didik, (4) tes, dan (5) kegiatan lanjutan (Uno, 2008).

Dari beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran berdasarkan teori kecerdasan majemuk adalah perencanaan tentang rangkaian kegiatan pembelajaran yang didesain dan disesuaikan dengan kecerdasan majemuk yang dimiliki siswa untuk mencapai tujuan yang ditentukan. Setiap siswa memiliki perbedaan kecenderungan dalam perkembangan kecerdasan gandanya. Oleh karena itu, guru perlu menggunakan strategi umum maupun khusus dalam pembelajaran untuk mengembangkan seluruh kecerdasan siswa secara optimal.

Jasmine (2007: 118) mengungkapkan bahwa ada dua cara mengajarkan kecerdasan melalui kurikulum, yaitu dapat diajarkan secara langsung sebagaimana adanya, atau dengan disisipkan ke dalam kurikulum reguler. Strategi langsung dapat dimulai dengan satu jenis kecerdasan kemudian memikirkan tugas-tugas yang menggabungkan berbagai ranah kurikulum. Sedangkan strategi lainnya yaitu dengan mengambil suatu ranah kurikulum kemudian merencanakan suatu pendekatan yang melibatkan masing-masing kecerdasan. Jika dalam pembelajaran menggunakan kurikulum dari Pemerintah Pusat tanpa menambahkan ranah lain, maka strategi kedua lebih cocok dikembangkan.

2.2.2 Pengembangan Strategi Pembelajaran Fisika Berdasarkan teori KM Berdasarkan hasil penelitian Uzoğlu & Büyükkasap (2011), dalam hubungannya terhadap prestasi IPA-matematika, kecerdasan linguistik,


(32)

logis-16

matematis, visual, interpersonal, intrapersonal dan kinestik memiliki hubungan yang positif, sedangkan kecerdasan musikal memiliki hubungan yang negatif. Hal ini berarti siswa yang memiliki kecerdasan dominan musikal cenderung berprestasi rendah di bidang IPA-matematika bila dibandingkan dengan siswa dengan kecerdasan dominan lainnya. Namun hal ini tidak perlu dirisaukan, karena menurut Harianto (2011: 86), musik dapat mengembangkan kecakapan sikap, tingkah laku, dan disiplin. Melalui musik, rasa percaya diri akan meningkat yang kemudian menular ke bidang lainnya, seperti IPA. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Ozdemir & Tekkaya (2006) yang menyatakan bahwa dengan pengintegrasian kecerdasan majemuk dalam kurikulum pembelajaran, tipe kecerdasan siswa bisa diubah. Oleh karena itu, guru IPA harus mengetahui tipe KM siswa untuk mengintegrasikan teori kecerdasan majemuk secara akurat dalam kurikulum. Untuk memulai perencanaan pelajaran, guru dapat mewujudkan suatu konsep yang ingin mereka ajarkan dan mengidentifikasikan kecerdasan yang sekiranya paling tepat untuk disampaikan isinya (Uno & Umar, 2010: 162).

IPA mengadaptasi dengan baik strategi-strategi yang melibatkan kecerdasan majemuk. Setelah memutuskan suatu topik, guru dapat mengumpulkan aktivitas yang menerapkan setiap kecerdasan dan memberi siswa kesempatan untuk memilih sejumlah tertentu dari setiap kategori. Terdapat beberapa aktivitas dalam pembelajaran IPA yang disarankan oleh Jasmine (2007: 226), yaitu menulis laporan (linguistik), melakukan eksperimen (logis-matematis), membuat model kerja (visual), menulis lagu (musikal), mengorganisasi presentasi


(33)

drama (kinestik), menanyakan kepada tiga orang (interpersonal), memutuskan apa yang mesti dipikirkan (intrapersonal).

Berikut adalah prosedur penyusunan rencana pelajaran yang ditawarkan oleh Armstrong (2004: 88):

(1) Memusatkan perhatian pada topik dan tujuan tertentu

Hal pertama yang harus ditentukan adalah topik dan tujuan sebagai fokus. Topik atau tujuan tersebut dapat ditulis di tengah-tengah kertas seperti pada Gambar 2.1.

(2) Menjawab pertanyaan kunci KM

Gambar 2.1 dapat digunakan untuk merencanakan pembelajaran dalam topik tertentu. Pertanyaan yang ada dapat membantu memancing secara kreatif langkah selanjutnya.

(3) Mempertimbangkan kemungkinan lain

Kemudian tentukanlah metode, bahan dan alat mengajar, serta kegiatan belajar yang paling cocok untuk diterapkan.

(4) Curah Gagasan

Pada langkah ini catatlah semua gagasan mengenai kegiatan pembelajaran setiap kecerdasan sebanyak mungkin.

(5) Memillih Kegiatan yang Cocok

Dari gagasan-gagasan yang telah dituliskan di lembar perencanaan, dapat dipilih kegiatan yang sesuai dengan keadaan dan lingkungan sekolah.


(34)

18

(6) Menyusun rencana pembelajaran yang berkesinambungan

Setelah memilih kegiatan yang cocok, rancanglah rencana pembelajaran dengan mengumpulkan materi yang dibutuhkan dan menentukan pembagian waktu yang sesuai. Rencana dapat dimodifikasi atau disisipkan perubahan yang terjadi selama proses pembelajaran.

Gambar 2.1 Pertanyaan kunci untuk merancang strategi pembelajaran KM

2.2.3 Penerapan Strategi Pembelajaran Fisika Berdasarkan teori KM

Siswa yang diajar dengan model pembelajaran yang sesuai karakteristik mereka akan memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran dengan model tertentu tanpa memperhatikan karakteristik siswa (Deta, U.A & Suprapto, 2012). Dengan demikian karakteristik kecerdasan siswa sangat penting dalam proses belajar mengajar. Menurut Sugiharti (2005), aktivitas


(35)

pengajaran yang disesuaikan dengan ragam kecerdasan yang dimiliki peserta didik sedikit banyak telah memunculkan semangat belajar dan rasa percaya diri pada setiap peserta didik.

Berdasarkan hasil penelitian Xie, J & Lin, R. (2009), penerapan teori KM dalam strategi pembelajaran dapat meningkatkan keefektifan kegiatan belajar mengajar, namun mengajar dengan KM memerlukan banyak waktu dan usaha persiapan bila dibandingkan dengan pembelajaran tradisonal. Guru harus merencanakan secara detail integrasi dari kedelapan kecerdasan dalam materi dan aktivitas pembelajaran tanpa mengabaikan tujuan pembelajaran.

Berikut adalah proses pembelajaran dalam penerapan strategi pembelajaran berdasarkan teori KM:

(1) Pendahuluan

Chatib (2012: 88) membagi kegiatan pendahuluan dalam proses pembelajaran menjadi empat, yaitu:

(a) Zona alfa

Kondisi ini adalah waktu yang paling baik untuk belajar sebab neuron sedang dalam suatu keseimbangan. Kondisi alfa adalah kondisi yang relaks dan menyenangkan. Tanda-tanda siswa masuk ke zona ini adalah hati mereka senang, wajah ceria, tersenyum, bahkan tertawa.

(b) Warm up

Warm up atau pemanasan adalah pengulangan materi sebelumnya yang berkaitan dengan materi yang diajarkan.


(36)

20

(c) Pre-teach

Pre-teach adalah aktivitas yang harus dilakukan sebelum aktivitas inti pembelajaran. Pre-teach tidak harus selalu ada dalam setiap kali pertemuan karena sangat bergantung pada kebutuhan yang berkaitan dengan materi dan strategi pembelajaran.

(d) Scene setting

Scene setting adalah aktivitas yang dilakukan oleh guru atau siswa untuk membangun konsep pembelajaran. Aktivitas ini akan memberikan makna belajar yang mendalam ketika siswa mulai memasuki materi.

Pada awal pembelajaran guru dapat memancing motivasi siswa dengan berbagai cara yang bervariasi, misalnya dengan menampilkan video atau gambar (kecerdasan visual), bercerita (kecerdasan linguistik), atau menyanyikan lagu yang ada hubungannya dengan materi yang akan diajarkan (kecerdasan musikal), dan masih banyak lagi.

(2) Kegiatan Inti

Pada kegiatan ini guru harus sekreatif mungkin untuk menciptakan suasana pembelajaran yang menarik bagi siswa. Teori KM membuka kemungkinan pada berbagai macam strategi pembelajaran yang diterapkan di kelas. Dalam hal ini guru dapat mengembangkan strategi pembelajaran inovatif yang relatif baru di dunia pendidikan. Setiap siswa memiliki kecerdasan dominan yang berbeda. Oleh karena itu suatu strategi mungkin saja berhasil pada sekelompok siswa namun gagal pada kelompok siswa yang lain. Karena perbedaan itulah maka guru dianjurkan untuk menggunakan strategi pembelajaran yang bergantian dari


(37)

pertemuan satu ke pertemuan lainnya. Dengan strategi pembelajaran yang bergantian ini, dalam beberapa hari, seluruh kecerdasan dapat tereksplorasi dan siswa memiliki kesempatan untuk belajar sesuai kecerdasan dominannya.

(3) Penutup

Pada akhir pembelajaran guru dapat memberikan refleksi pada suatu pertemuan dan memberikan penghargaan bagi siswa yang melaksanakan kegiatan belajar dengan baik.

(4) Evaluasi

Cara penilaian yang digunakan untuk mengevaluasi kemajuan belajar harus disesuaikan. Tentu akan percuma saja meminta siswa untuk terlibat dalam pengalaman yang luas di delapan kecerdasan tetapi kemudian menunjukkan apa yang telah mereka pelajari melalui tes-tes standar yang hanya difokuskan pada wilayah verbal atau logis-matematis. Komponen terpenting adalah pendokumentasian hasil karya siswa dan proses pemecahan masalah yang dijalaninya. Misalnya siswa diberi tugas untuk membuat laporan kegiatan pembelajaran dalam format yang ditentukan oleh siswa sendiri, sesuai dengan minatnya. Misalnya menggubah simpulan menjadi sebuah lagu, membuat puisi mengenai materi yang dipelajari, membuat artikel, dan lain-lain sesuai dengan kreativitas pribadi siswa.

2.3

Motivasi Belajar

Motivasi adalah variabel penyelang (ikut campur tangan) yang digunakan untuk menimbulkan fakor-faktor tertentu dalam organisme yang membangkitkan,


(38)

22

mengelola, mempertahankan, dan menyalurkan tingkah laku menuju satu sasaran (Chaplin, 2008). Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai (Sardiman, 2007).

Memberikan motivasi belajar kepada siswa berarti menggerakkan siswa untuk melakukan belajar atau menginginkan belajar. Dalam penelitiannya, Strope (2008), menemukan bahwa siswa berpartisipasi lebih sering ketika pelajaran diarahkan pada kecerdasan dominan mereka. Motivasi berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Adanya motivasi dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan adanya usaha yang tekun dan didasari motivasi, seseorang yang belajar akan dapat mencapai prestasi yang baik. Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat menentukan tingkat prestasi belajarnya (Sardiman, 2007 : 86).

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Bryan, Glynn & Julie (2011), motivasi siswa dalam mempelajari IPA dapat mengarahkan mereka untuk literasi ilmiah, yaitu memahami pengetahuan ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan ilmiah yang penting, menarik kesimpulan berdasarkan bukti, dan membuat keputusan tentang pengaruh aktivitas manusia terhadap alam. Literasi IPA berkaitan dengan kapasitas siswa dalam memahami informasi proses terjadinya ilmu pengetahuan dan fakta yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Hayat & Yusuf (2011: 313), literasi IPA ini penting dikuasai oleh siswa agar mereka memahami lingkungan hidup, kesehatan, ekonomi, dan masalah-masalah


(39)

lain yang dihadapi oleh masyarakat modern yang sangat bergantung pada teknologi dan kemajuan serta perkembangan ilmu pengetahuan.

Motivasi siswa untuk belajar IPA dipengaruhi oleh apakah mereka menikmati, menghargai, dan menganggap pelajaran ini penting agar bisa sukses dan mewujudkan cita-cita mereka. Hal tersebut dapat mengembangkan sikap-sikap positif terhadap IPA, yang merupakan tujuan penting dalam pendidikan IPA di banyak negara (Hayat & Yusuf, 2011: 376). Menurut Keller, motivasi menunjukkan tingkat usaha yang dilakukan. Mengingat usaha merupakan indikator langsung dari motivasi belajar, maka secara operasional motivasi belajar ditentukan oleh indikator-indikator sebagai berikut:

(1) tingkat perhatian siswa terhadap pembelajaran,

(2) tingkat relevansi pembelajaran dengan kebutuhan siswa,

(3) tingkat keyakinan siswa terhadap kemampuannya dalam mengerjakan tugas-tugas pembelajaran,

(4) tingkat kepuasan siswa terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan (Wena, 2009:33).

Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang tidak perlu dirangsang dari luar karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang timbul karena adanya rangsangan dari luar.

Menurut Slavin, pembelajaran hendaknya mampu meningkatkan motivasi intrinsik peserta didik sebanyak mungkin. Ada berbagai cara untuk mencapai hal tersebut, diantaranya dengan membangkitkan minat belajar, mendorong rasa ingin


(40)

24

tahu, menggunakan variasi metode penyajian yang menarik, dan membantu siswa dalam merumuskan tujuan belajar (Rifa’I & Anni, 2009). Djiwandono (2006: 359) juga menyatakan bahwa pengajaran di kelas harus mempertinggi motivasi intrinsik. Motivasi instrinsik ini dapat dicapai dengan berbagai cara, yaitu dengan menambah selera siswa untuk ilmu pengetahuan, mempertahankan keingintahuan, cara penyampaian pelajaran yang menarik dan bervariasi, serta permainan dan simulasi.

2.4

Hasil Belajar

Menurut Hamalik (2003), hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tahu menjadi tahu, dan sebagainya.

Dalam sistem pendidikan nasional, rumusan tujuan pendidikan menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris. Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Menurut Sudjana (2004:22), di antara ketiga ranah itu ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran.

Hasil belajar kognitif siswa pada dasarnya berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan, dan kemahiran intelektual (Rifa’I & Anni, 2009: 86).


(41)

Ranah kognitif meliputi pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (application), analisis (analysis), dan penilaian (evaluation).

2.5

Materi Lensa

Materi lensa terdapat dalam standar kompetensi kurikulum tingkat satuan pendidikan di SMP kelas delapan semester kedua. Standar kompetensi terkait yaitu memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari. Dalam standar kompetensi terdapat beberapa kompetensi dasar, salah satunya yaitu siswa dapat menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa. Materi lensa terkait dengan materi lain yaitu mengenai pembiasan cahaya.

2.5.1 Pengertian Lensa

Lensa adalah benda bening yang dibatasi oleh dua bidang lengkung atau satu bidang datar dan satu bidang lengkung (Kanginan, 2007). Pada tingkat SMP hanya dibatasi pada lensa sferik yang tipis, yaitu lensa sferik yang tebalnya dapat diabaikan terhadap diameter kelengkungan lensa. Ada dua jenis lensa, yaitu lensa cembung atau lensa konveks dan lensa cekung atau lensa konkaf.


(42)

26

Lensa cembung memiliki ciri bagian tengahnya lebih tebal dibandingkan tepinya. Titik pertemuan sinar bias disebut titik fokus (titik api). Jika sinar-sinar sejajar dikenakan pada lensa cembung, sinar-sinar-sinar-sinar biasnya akan mengumpul di titik yang disebut titik fokus. Lensa ini disebut juga lensa pengumpul atau lensa positif.

Lensa cekung adalah lensa yang bagian tengahnya lebih tipis dari bagian tepinya. Jika sinar-sinar sejajar dikenakan pada lensa cekung, sinar-sinar biasnya menyebar seolah-olah berasal dari satu titik yang disebut titik fokus. Lensa ini disebut juga lensa penyebar atau lensa negatif.

Gambar 2.2 Berbagai jenis bentuk lensa. (a) Bikonveks, konveks-konkaf, plankonveks. (b) Bikonkaf, konkaf-konveks, plankonkaf (Serway & Jewett, 2004)


(43)

2.5.2 Diagram Sinar untuk Lensa

Dalam menentukan letak bayangan pada lensa melalui metode grafik digunakan sinar utama. Secara sederhana, sinar dibiaskan pada bidang melalui pusat lensa. Untuk lensa cembung, sinar-sinar utamanya adalah:

(1) Sinar datang sejajar dengan sumbu utama dibiaskan melalui titik fokus kedua dari lensa tersebut.

(2) Sinar datang melalui titik fokus pertama lensa dibiaskan sejajar sumbu utama. (3) Sinar datang melalui titik pusat lensa tidak dibiaskan tetapi diteruskan.

Gambar 2.4 Lensa cekung bersifat menyebarkan sinar (Tipler, 2001: 496).

Gambar 2.5 Tiga sinar istimewa lensa cembung

(1)

(2)


(44)

28

Dengan menggunakan minimal dua dari tiga sinar utama, dapat ditentukan sifat bayangan yang terbentuk. Pada benda yang berjarak >2f seperti yang ditunjukkan Gambar 2.6, dihasilkan bayangan yang bersifat nyata, terbalik, dan diperkecil. Untuk benda berjarak <f seperti Gambar 2.7, dihasilkan bayangan yang bersifat tmaya, tegak dan diperbesar.

Seperti halnya pada lensa cembung, untuk menggambarkan bayangan pada lensa cekung digunakan pula tiga sinar utama, yaitu:

(1) Sinar yang datang sejajar sumbu utama dibiaskan seolah-olah berasal dari titik fokus pertama.

Gambar 2.6 Diagram sinar lensa cembung untuk benda berjarak > 2f


(45)

(2) Sinar yang datang selah-olah melalui titik fokus kedua dibiaskan sejajar sumbu utama.

(3) Sinar yang datang melalui titik pusat tidak dibiaskan, tetapi diteruskan.

Dengan menggunakan dua dari tiga sinar utama dapat diketahui sifat bayangan yang terbentuk. Pada Gambar 2.9 bayangan bersifat maya, tegak, dan diperkecil.

Gambar 2.8 Tiga sinar utama lensa cekung

(1)

(2)


(46)

30

2.5.3 Perhitungan Lensa

Persamaan untuk lensa tipis, yaitu

1

+ 1 = 1

dengan perbesaran linear

= ℎ

ℎ =

Yang perlu diperhatikan adalah perjanjian tanda berikut:

(1) Jarak fokus f bertanda positif untuk lensa cembung dan negatif untuk lensa cekung.

(2) Jarak benda s bertanda positif untuk benda terletak di depan lensa (benda nyata).

(3) Jarak benda s bertanda negatif untuk benda terletak di belakang lensa (benda maya).

(4) Jarak bayangan s’ bertanda positif untuk bayangan berada di belakang lensa (bayangan nyata).


(47)

(5) Jarak bayangan s’ bertanda negatif untuk bayangan berada di depan lensa (bayangan maya).

2.5.4 Kekuatan Lensa

Kekuatan lensa adalah kemampuan lensa untuk memfokuskan sinar-sinar. Kekuatan lensa didefinisikan sebagai kebalikan dari jarak fokus lensa.

= 1

Dengan

f : jarak fokus (m)


(48)

32

2.6.

Kerangka Berpikir

Pemahaman fisika membutuhkan kecerdasan logis-matematis yang cukup

tinggi

Siswa dengan kecerdasan matematis-logis rendah Kecerdasan Siswa Beragam

Pengembangan strategi pembelajaran fisika berdasarkan teori kecerdasan majemuk: Kecerdasan majemuk

dilibatkan dalam pembelajaran fisika

Metode pembelajaran

bervariasi Pemberian apersepsi

yang menarik siswa

Kesulitan Belajar Siswa dengan kecerdasan

matematis-logis tinggi

Hasil belajar maksimal Hasil belajar

meningkat Siswa lebih

termotivasi belajar

Siswa termotivasi belajar


(49)

2.7.

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, hiopotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

(1) Motivasi belajar siswa setelah penerapan strategi pembelajaran Fisika berdasarkan teori kecerdasan majemuk lebih tinggi daripada sebelumnya. (2) Hasil belajar siswa setelah penerapan strategi pembelajaran Fisika berdasarkan


(50)

34

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1

Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 21 Semarang. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII tahun ajaran 2012/2013. Subjek skala terbatas adalah kelas VIII F dan subjek skala luas adalah kelas VIII C dan VIII D.

3.2

Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D). Menurut Sugiyono (2009: 407), R&D adalah penelitian yang menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut. Dalam penelitian ini, produk yang dihasilkan adalah strategi pembelajaran fisika berdasarkan teori kecerdasan majemuk.

Langkah-langkah dalam penelitian ini menurut Sugiyono (2009: 409) adalah seperti pada Gambar 3.1.

Potensi dan Masalah

Pengumpulan data

Desain Produk Validasi

Revisi Desain Ujicoba Produk

Revisi Produk Ujicoba

Pemakaian

Revisi Produk Produk Final


(51)

3.3

Prosedur penelitian

3.3.1. Identifikasi Potensi dan Masalah

Berdasarkan observasi yang dilakukan ketika PPL, siswa kelas VIII memiliki potensi besar berupa bakat serta prestasi yang bervariasi. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya siswa yang memiliki prestasi dalam berbagai kompetisi, baik nasional maupun internasional. Prestasi tersebut meliputi bidang akademik dan non akademik. Masalah yang ditemui adalah ketika pembelajaran fisika, siswa yang berprestasi terutama di bidang non akademik memiliki hasil belajar yang rendah. Maka dari itu, perlu dikembangkan strategi pembelajaran fisika yang memanfaatkan dan menghargai kemampuan siswa-siswa tersebut.

3.3.2. Pengumpulan data

Data awal yang diambil adalah kecerdasan majemuk siswa kelas VIII C dan kelas VIII D. Hasil tes kecerdasan majemuk kelas dijadikan sebagai acuan dalam penyusunan strategi pembelajaran.

3.3.3. Desain Produk

Desain produk strategi pembelajaran KM dirancang berdasarkan data yang telah dikumpulkan pada tahapan sebelumnya. Berikut adalah beberapa tahap pokok yang dilalui:

(1) Memusatkan perhatian pada topik dan tujuan tertentu

Hal pertama yang harus ditentukan adalah topik dan tujuan sebagai fokus. Pada penelitian kali ini dipilih materi lensa yang merupakan sub bab dari cahaya.


(52)

36

(2) Menjawab pertanyaan kunci KM

Dalam tahapan ini, pertanyaan kunci KM sebagaimana ditampilkan dalam Gambar 2.1 digunakan untuk merencanakan pembelajaran. Jawaban pada pertanyaan ini digunakan sebagai acuan untuk langkah selanjutnya.

(3) Mempertimbangkan kemungkinan lain

Langkah selanjutnya yang ditempuh adalah mempertimbangkan kemungkinan lain, yaitu menentukan metode, bahan dan alat mengajar, serta kegiatan belajar yang paling cocok untuk diterapkan.

(4) Curah Gagasan

Pada tahap curah gagasan, semua gagasan mengenai kegiatan pembelajaran yang berkaitan dengan setiap kecerdasan dicatat sebanyak mungkin.

(5) Memillih Kegiatan yang Cocok

Setelah gagasan-gagasan dituliskan di lembar perencanaan, langkah selanjutnya yaitu memilih kegiatan yang cocok. Kegiatan yang dipilih harus sesuai dengan keadaan dan lingkungan sekolah.

(6) Menyusun rencana pembelajaran yang berkesinambungan

Setelah memilih kegiatan yang cocok, kemudian dirancang rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Dalam tahapan ini, materi dikumpulkan dan ditentukan pembagian waktu yang sesuai.

3.3.4. Validasi Desain

Setelah strategi pembelajaran selesai dibuat, tahap selanjutnya adalah uji validasi. Uji validasi ini melibatkan 2 guru SMP dan 2 dosen Fisika.


(53)

3.3.5. Revisi Desain

Hasil uji ahli kemudian dianalisis untuk mengetahui tingkat kelayakan desain. Berdasarkan hasil penilaian dan saran dari pakar, dilakukan perbaikan terhadap perangkat pembelajaran.

3.3.6. Uji coba Produk

Pada tahap uji coba, produk diimplementasikan dalam skala terbatas, yaitu pada kelas VIII F. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kesesuaian desain produk yang telah valid secara teori dengan situasi nyata menurut pengalaman siswa dan juga mengetahui kesiapan produk sebelum diujicobakan pada skala luas. Selama kegiatan uji coba, dilakukan pengamatan, pencatatan hal-hal berupa kekurangan, kelemahan, kesalahan dan penyimpangan yang dilakukan. Tanggapan serta saran dari siswa dibutuhkan untuk perbaikan.

3.3.7. Revisi Produk I

Hal yang terlebih dulu dilakukan dalam merevisi produk yaitu menganalisis kekurangan, kelemahan, kesalahan dan penyimpangan yang dilakukan pada tahap sebelumnya, yaitu uji coba. Tanggapan serta saran dari siswa juga dipertimbangkan demi terciptanya strategi pembelajaran yang sesuai dan dapat diterapkan pada skala luas.

3.3.8. Uji Coba Pemakaian

Produk diujicobakan pada siswa dengan jumlah kelas yang lebih besar. Kelas yang digunakan adalah VIII C dan VIII D. Pengujian dilakukan dengan Pre-test and Posst-testOne Group Design. Siswa diberi pre-test (O1), kemudian diberi perlakuan, yaitu pembelajaran dengan strategi berdasarkan teori kecerdasan


(54)

38

majemuk, selanjutnya siswa diberi post-test (O2). Hal ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa. Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut:

O1 = nilai pre-test (sebelum diberi perlakuan)

O2 = nilai post-test (setelah diberi perlakuan) (Sugiyono, 2009: 111) Setelah data didapatkan, hasil uji coba dianalisis untuk mengetahui keefektifan produk.

3.3.9. Revisi Produk II

Revisi produk yang kedua merupakan perbaikan produk berdasarkan hasil analisis uji coba pemakaian. Hal ini dilakukan apabila hasil analisis menyatakan produk belum efektif atau belum memenuhi target yang ditentukan.

3.3.10.Produk Final

Produk final adalah produk yang dinyatakan layak dalam tahap uji validasi dan efektif dalam uji coba pemakaian. Produk ini siap dimanfaatkan untuk umum.

3.4

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode angket dan metode tes.


(55)

3.4.1 Metode Angket

3.4.1.1Angket Uji Kelayakan

Angket uji kelayakan digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan perangkat pembelajaran sehingga didapatkan informasi bahwa perangkat ini layak atau tidak digunakan.

3.4.1.2Angket Tanggapan Siswa

Angket tanggapan siswa digunakan pada uji coba skala terbatas untuk mengetahui tanggapan siswa mengenai strategi pembelajaran yang diterapkan. Dalam angket ini, siswa memberikan tanggapan serta saran untuk perbaikan.

3.4.1.3Angket Motivasi

Angket motivasi digunakan untuk memperoleh data mengenai motivasi belajar siswa sebelum dan setelah pembelajaran dengan menggunakan strategi kecerdasan majemuk.

3.4.2 Metode Tes

3.4.2.1Tes Kecerdasan Majemuk

Tes kecerdasan majemuk dilakukan untuk mengetahui kecerdasan dominan yang dimiliki siswa sebagai pedoman dalam menyusun strategi yang akan digunakan. Tes ini dibuat berdasarkan indikator kecerdasan majemuk oleh Rogers.

3.4.2.2Tes Hasil belajar

Tes hasil belajar berupa soal pilihan ganda yang digunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar pada kawasan kognitif. Tes diberikan sebelum dan sesudah diberikan perlakuan.


(56)

40

3.5

Metode Analisis Data

3.5.1 Analisis Hasil Uji Coba Instrumen Angket

3.5.1.1Analisis Validitas Angket

Validitas butir soal dapat dihitung dengan menggunakan rumus korelasi product moment. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:

 

 

  2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N

rxy ... (3.1)

Keterangan :

rxy : validitas yang akan dicari

ΣXY : jumlah perkalian skor item X dan skor total Y X : jumlah skor item X

Y : jumlah skor total Y N : jumlah responden

ΣX2 : jumlah kuadrat skor item X ΣY2 : jumlah kuadrat skor total Y

Nilai rxy yang diperoleh disesuaikan dengan rtabel. Jika rxy > rtabel, maka butir soal dinyatakan valid. Berdasarkan tes uji coba soal, dari 40 soal yang diujicobakan terdapat 31 soal dinyatakan valid. Data dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Data Analisis Validitas Angket

Kriteria Nomor soal

Valid

2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 18, 19, 21, 22, 23, 24, 26, 27, 28, 29, 30, 32, 33, 34, 35, 39


(57)

3.5.1.2Analisis Reliabilitas Angket

Reliabilitas angket dihitung dengan rumus alpha. Berikut adalah rumus alpha:              

2

2 11 1 1 t b k k r … (3.2) dengan:

σ

=

∑ –

(∑ )

… (3.3) dan

σ

=

∑ –

(∑ )

… (3.4) Keterangan:

r11 : reliabilitas instrumen

k : banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal Σσb2 : jumlah varian butir

σ2

t : varians total

Xb : jumlah skor tiap nomor butir soal Xt : jumlah skor total

N : jumlah subjek (Arikunto, 2010: 239)

Harga r11 yang diperoleh dibandingkan dengan rtabel product moment dengan taraf signifikan 5%. Jika harga r11 > rtabel product moment, maka instrumen yang diuji bersifat reliabel.

Berdasarkan analisis soal uji coba, diperoleh r11 sebesar 0,915. Dengan jumlah peserta sebanyak 28 siswa dan taraf kesalahan 5 %, diperoleh rtabel sebesar 0,374. Oleh karena r11 > rtabel, maka angket dinyatakan bersifat reliabel.


(58)

42

3.5.2 Analisis Hasil Uji Instrumen Tes

3.5.2.1Analisis Validitas Tes

Validitas soal bentuk pilihan ganda dapat dihitung dengan menggunakan rumus product moment sebagai berikut:

 

 

  2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N

rxy ... (3.5)

Keterangan :

rxy : validitas yang akan dicari

ΣXY : jumlah perkalian skor item X dan skor total Y X : jumlah skor item X

Y : jumlah skor total Y N : jumlah responden

ΣX2 : jumlah kuadrat skor item X ΣY2 : jumlah kuadrat skor total Y

Nilai rxy yang diperoleh disesuaikan dengan rtabel. Jika rxy > rtabel, butir soal valid. Berdasarkan tes uji coba soal, dari 40 soal yang diuji cobakan terdapat 20 soal dinyatakan valid. Data dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.2 Data Analisis Validitas Soal

Kriteria Nomor soal

Valid 1, 4, 5, 7, 10, 12, 13, 16, 19, 22, 23, 24, 25, 27, 30, 32, 33, 34, 37, 39

Tidak Valid 2, 3, 6, 8, 9, 11, 14, 15, 17, 18, 20, 21, 26, 28, 29, 31, 35, 36, 38, 40


(59)

3.5.2.2Analisis Reliabilitas Tes

Uji Reliabilitas ini dilakukan untuk menentukan soal tes yang diujikan bersifat reliabel. Reliabilitas soal pilihan ganda dapat dihitung dengan rumus K-R 21 sebagai berikut:

r11 =

1

( )

... (3.6)

Keterangan:

r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan

k = jumlah item dalam instrumen M = mean skor total

Vt2 = varians total

Setelah r11 diketahui, kemudian dibandingkan dengan harga rtabel. r11 yang diperoleh adalah 0,69. Sedangkan rtabel untuk responden 28 orang dengan taraf signifikansi 5% adalah 0,37 . Karena r11> rtabel, maka instrumen tersebut reliabel.

3.5.2.3Analisis Tingkat Kesukaran Tes

Taraf kesukaran soal objektif menurut Arikunto (2009: 208) dapat ditentukan menggunakan rumus:

P = ... (3.7)

Keterangan :

P = indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS = jumlah seluruh siswa peserta tes


(60)

44

Tabel. 3.3 Klasifikasi Tingkat Kesukaran

Tingkat Kesukaran Kategori

0,00 < P ≤ 0,30 Soal Sukar 0,30 < P ≤ 0,70 Soal Sedang 0,70 < P ≤ 1,00 Soal Mudah

Arikunto( 2009 : 210) Dari tingkatan kesukaran tes uji coba soal, terdapat 11 soal dengan kategori mudah, 18 soal dengan kategori sedang, dan 11 soal dengan kategori sukar. Data analisis tingkat kesukaran disajikan pada Tabel 3.5.

Tabel 3.4 Data Analisis Tingkat Kesukaran Soal

Kategori Nomor soal

Mudah 2, 3, 4, 6, 12, 14, 20, 21, 31, 33, 40

Sedang 1, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 16, 17, 18, 19, 22, 23, 24, 25, 27, 32, 34 Sukar 13, 15, 26, 28, 29, 30, 35, 36, 37, 38, 39

3.5.2.4Analisis Daya Pembeda Tes

Menurut Arikunto (2009: 213) untuk menghitung daya beda soal digunakan rumus berikut:

D =

= PA-PB ... (3.8)

Keterangan:

D = daya pembeda

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar JA = banyaknya peserta kelompok atas

JB = banyaknya peserta kelompok bawah

PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar


(61)

Tabel 3.5 Klasifikasi Daya Pembeda

Daya Pembeda Klasifikasi

0,00 < D ≤ 0,20 Jelek (poor)

0,20 < D ≤ 0,40 Cukup (satisfactory) 0,40 < D ≤ 0,70 Baik (good)

0,70 < D ≤ 1,00 Baik Sekali (excellent) D = negatif Tidak Baik

Arikunto (2009 : 218) Berdasarkan analisis daya pembeda soal, diperoleh 16 soal dengan kategori jelek, 19 soal dengan kategori cukup, 5 soal dengan kategori baik, dan tidak ada soal dengan kategori baik sekali. Hasil secara lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6 Data Analisis Daya Pembeda

Kategori Nomor Soal

Jelek 2, 6, 8, 9, 14, 15, 17, 18, 20, 21, 26, 28, 29, 31, 35, 36

Cukup 1, 3, 4, 5, 10, 11, 16, 19, 22, 24, 27, 30, 32, 33, 34, 37, 38, 39, 40 Baik 7, 12, 13, 23, 25

Baik Sekali -

3.5.2.5Penentuan Instrumen

Penentuan instrumen angket dilakukan setelah analisis uji coba soal dengan validitas dan reliabilitas.. Di antara 40 soal uji coba kemudian dipakai 31 soal untuk pretest dan posttest, yaitu soal nomor 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 18, 19, 21, 22, 23, 24, 26, 27, 28, 29, 30, 32, 33, 34, 35, dan 39.

Penentuan instrumen tes tertulis dilakukan setelah analisis uji coba soal dengan validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda. Di antara 40 soal uji coba, dipakai 20 soal untuk pretest dan posttest, yaitu soal nomor 1, 4, 5, 7, 10, 12, 13, 16, 19, 22, 23, 24, 25, 27, 30, 32, 33, 34, 37, dan 39.


(62)

46

3.5.3 Analisis Hasil Penelitian

3.5.2.1Analisis Tes Kecerdasan Majemuk

Kecerdasan majemuk setiap siswa dapat diketahui dari hasil tes kecerdasan majemuk dengan langkah-langkah perhitungan sebagai berikut:

(1) Mengubah data kualitatif menjadi data kuantitatif berdasarkan Tabel 3.7. Tabel 3.7 Skor Pilihan Jawaban Tes Kecerdasan Majemuk

Pilihan Jawaban Skor

TP (Tidak pernah) 1

J (Jarang) 2

KD (Kadang-kadang) 3

SR (Sering) 4

SL (Selalu) 5

(2) Menjumlahkan skor untuk setiap kecerdasan, yaitu linguistik, musikal, logis-matematis, spasial, kinestik, intrapersonal, interpersonal, dan natural pada setiap siswa.

(3) Mengelompokkan tingkat kecerdasan majemuk siswa berdasarkan kategori berikut:

Skor ≤ 15 : Tinggi 15 < Skor < 27 : Sedang

Skor ≥27 : Rendah (Rogers Indicator of Multiple Intelligences) (4) Menentukan kecerdasan dominan berdasarkan urutan tiga atau empat skor

tertinggi yang diperoleh siswa.


(63)

3.5.2.2Analisis Uji Kelayakan

Uji kelayakan dilakukan validator dengan mengisi angket yang telah disediakan. Berikut adalah langkah-langkah penilaian:

(1) Menghitung jumlah skor penilaian dari masing-masing validator. Skor maksimal adalah 3 dan skor minimal adalah 1.

(2) Menjumlahkan skor yang diberikan oleh masing-masing validator.

(3) Menentukan kriteria kevalidan dengan menggunakan penilaian tiga kategori, “Kurang Layak”, “Cukup Layak”, dan “Layak” sesuai dengan pengelompokan skor. Karena jumlah soal yang digunakan sejumlah 15 butir, maka skor minimum adalah 15 dan skor maksimum adalah 45. Rentangan skor dibagi menjadi tiga sama besar, yaitu seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.8.

Tabel 3.8 Kriteria Kelayakan Produk

Kriteria Skor

Layak 36 – 45 Cukup Layak 26 – 35 Kurang Layak 15 – 25

(Arikunto, 2005: 271) 3.5.2.3Analisis Angket Motivasi Belajar

Untuk mengetahui motivasi belajar siswa, digunakan angket. Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan untuk menganalisis angket:


(64)

48

Tabel 3.9 Skor Pilihan Jawaban Angket Motivasi Belajar

Pilihan Jawaban Pernyataan Positif Skor Pernyataan Negatif

STS (Sangat Tidak Setuju) 1 4

TS (Tidak Setuju) 2 3

S (Setuju) 3 2

SS (Sangat Setuju) 4 1

(2) Menjumlahkan jumlah skor yang diperoleh masing-masing siswa

(3) Menentukan kriteria motivasi siswa menggunakan penilaian tiga kategori, “Tinggi”, “Cukup”. dan “Rendah” sesuai dengan pengelompokan skor. Karena jumlah soal yang digunakan sejumlah 31 butir, maka skor minimum adalah 31 dan skor maksimum adalah 155. Rentangan skor dibagi menjadi tiga sama besar, yaitu:

Tabel 3.10 Kriteria Motivasi Belajar

Kriteria Skor

Tinggi 93 – 124

Cukup 62 – 92

Rendah 31 – 61

(Arikunto, 2005: 271) 3.5.2.4Analisis Hasil Belajar

Hasil belajar siswa dapat dihitung dengan rumus berikut:

% = 100% …. (3.9)

Keterangan:

Np% = persentase skor

p = jumlah benar


(65)

3.5.2.5Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui data yang akan dianalisis berdistribusi normal atau tidak. Uji ini digunakan pada data motivasi dan hasil belajar. Berikut adalah rumus yang digunakan:

   k i h h f f f 1 2 0 2

... (3.10)

Keterangan :

2

= chi kuadrat

fh = frekuensi yang diharapkan fo = frekuensi pengamatan k = jumlah kelas interval

Hasil chi kuadrat data kemudian dibandingkan dengan tabel chi kuadrat dengan signifikan 5%, kemudian ditarik kesimpulan. Jika < maka data berdistribusi normal. Hasil analisis uji normalitas data disajikan pada Lampiran 38 dan 39 untuk data motivasi belajar dan Lampiran 33 dan 34 untuk data hasil belajar.

3.5.2.6Uji Hipotesis

Uji hipotesis digunakan untuk mengetahui adanya peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa setelah mengalami pembelajaran dengan strategi KM. Hipotesis pertama mengenai peningkatan motivasi, yaitu:

H0 : Motivasi belajar siswa setelah penerapan strategi pembelajaran Fisika berdasarkan teori kecerdasan majemuk lebih rendah atau sama dengan motivasi belajar sebelumnya (µ1 ≤ µ2).


(66)

50

Ha : Motivasi belajar siswa setelah penerapan strategi pembelajaran Fisika berdasarkan teori kecerdasan majemuk lebih tinggi daripada motivasi belajar sebelumnya (µ1> µ2).

Hipotesis selanjutnya mengenai peningkatan hasil belajar, yaitu:

H0 : Hasil belajar siswa setelah penerapan strategi pembelajaran Fisika berdasarkan teori kecerdasan majemuk lebih rendah atau sama dengan motivasi belajar sebelumnya (µ1 ≤ µ2).

Ha : Hasil belajar siswa setelah penerapan strategi pembelajaran Fisika berdasarkan teori kecerdasan majemuk lebih tinggi daripada hasil belajar sebelumnya (µ1 > µ2).

Data yang digunakan dalam uji ini adalah nilai pre-test dan post-test. Untuk menganalisis hasil eksperimen pre-test dan post-test one group design, rumus yang digunakan adalah:

t = ∑

( )

….(3.11)

dengan keterangan:

Md : mean dari perbedaan pre-test dengan post-test (post-testpre-test) xd : deviasi masing-masing subjek (d – Md)

∑x2d : jumlah kuadrat deviasi N : subjek pada sampel


(67)

3.5.2.7Uji Gain

Untuk melihat besarnya peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa, dilakukan uji gain. Persamaan uji gain menurut Scott adalah sebagai berikut:

<g> =

% …. (3.12)

Keterangan:

<g> = faktor gain

<Spre> = skor rata-rata tes awal (%) <Spost> = skor rata-rata tes akhir (%) Kriteria faktor gain <g>:

g > 0,7 = tinggi 0,3 < g < 0,7 = sedang


(68)

52

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1

Hasil Penelitian

4.1.1 Strategi Pembelajaran Fisika Berdasarkan Teori Kecerdasan Majemuk Materi Lensa

Strategi pembelajaran berdasarkan teori kecerdasan majemuk adalah perencanaan tentang rangkaian kegiatan pembelajaran yang didesain dengan menyesuaikan dengan kecerdasan majemuk yang dimiliki siswa. Dari 5 komponen strategi pembelajaran yang dicetuskan oleh Dick dan Carey, demi efisiensi waktu hanya dikembangkan 3 komponen, yaitu kegiatan pendahuluan, penyampaian informasi, serta partisipasi peserta didik. Strategi pembelajaran fisika yang dikembangkan kali ini mencakup materi lensa yang diajarkan pada siswa SMP kelas VIII.

Dalam proses pembuatan strategi pembelajaran kecerdasan majemuk, langkah awal yang ditempuh adalah melakukan tes kecerdasan majemuk siswa. Analisis hasil tes dijadikan acuan dalam mendesain strategi pembelajaran. Pada analisis untuk mengetahui kecerdasan majemuk per siswa, dipilih tiga jenis kecerdasan dengan skor tertinggi. Ketiga jenis kecerdasan ini dikenal dengan istilah three code (Musrofi, 2010). Dalam proses pengolahan data ditemukan beberapa siswa yang memiliki skor yang sama pada beberapa jenis kecerdasan. Khusus untuk keadaan ini, penulis menentukan empat kecerdasan yang dominan.


(69)

Kecerdasan dominan per siswa dijumlah sehingga didapatkan urutan kecerdasan yang paling mendominasi dalam kelas. Berikut adalah hasil tes kecerdasan majemuk kelas VIII C dan VIII D yang disajikan pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Kecerdasan Majemuk Kelas VIII C dan VIII D

Berdasarkan hasil tes tersebut, tujuh kecerdasan dilibatkan dalam rencana pembelajaran, yaitu kecerdasan intrapersonal, interpersonal, kinestik, spasial, linguistik, musikal, dan logis matematis. Kecerdasan naturalis tidak dilibatkan karena jumlah skornya relatif rendah dibandingkan dengan kecerdasan yang lain. Kecerdasan logis-matematis juga relatif rendah, namun karena kecerdasan ini memiliki keterkaitan yang erat dengan pelajaran IPA, maka tetap dilibatkan.

Setelah menentukan kecerdasan yang dilibatkan, langkah selanjutnya adalah menjawab pertanyaan kunci KM yang disesuaikan dengan materi dan tujuan pembelajaran. Jawaban pertanyaan kunci KM tersebut diuraikan pada Gambar 4.2. Jawaban pertanyaan kunci KM tersebut dijadikan acuan dalam membuat strategi dan menetapkan metode pembelajaran.

0 5 10 15 20 25 30 35 40


(70)

54

Gambar 4.2 Jawaban Pertanyaan Kunci KM

Komponen pertama dalam strategi pembelajaran adalah kegiatan pra pengajaran. Kegiatan ini dibagi menjadi empat, yaitu zona alfa, warm up, pre-teach, dan scene setting yang disajikan secara ringkas dalam Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Desain Strategi Komponen Kegiatan Prapengajaran

Sub

Prapenga-jaran

Perte-muan Ranah

Kecerdasan Kegiatan

Alat dan Bahan

Alokasi Waktu

Zona Alfa

1 Visual

Guru menayangkan video mengenai proses pembuatan lensa Laptop, video, perangkat LCD 6 menit

2 Visual

Guru menayangkan cuplikan film boneka yang terbakar oleh kaca pembesar Laptop, video, perangkat LCD 6 menit

3 Visual

Guru menyajikan gambar berbagai macam lensa dengan kekuatan berbeda.

Slide powerpoint , laptop, seperangka t LCD. 6 menit

Warm up 1 Linguistik Siswa menjawab

pertanyaan berantai -


(1)

Sinar ist imewa lensa c ekung (3) Sinar ist imewa lensa c ekung (2)

Simpu lan:


(2)

Lagu Zona Musik

Lensa Cembung Lensa Cekung

Melodi lagu: Lir-ilir

Lensa cembung… lensa cembung…. Disebut lensa konvergen

Sifatnya kumpulkan sinar Menuju ke titik fokus

Lensa cekung…. Lensa cekung… Selalu sebarkan sinar

Yang seolah dari fokus Disebut lensa divergen

Lensa cembung konveks konvergen Lensa cekung konkaf divergen Yo diingat yo horeeeee….

Amatilah sifatnya

Melodi lagu: What makes you beautifull oleh 1D

Lensa cekung lensa cembung

Seperti apakah bayangan yang engkau bentuk?

Ayo coba melukisnya

Langkah pertama buatlah sumbu utama Tentukan fokus 1 dan 2

Juga dua kali fokusnya Reff:

Letakkan benda sesuai dengan jaraknya Pilih dua dari tiga sinar utama

Lukis dan temukan titik perpotonganya You now know oo…

Amatilah sifatnya Lampiran 49


(3)

LEM BAR K EGI AT AN SI SWA

K elompok

:

A nggot a

:

Set elah melaku kan kegiat an ini, dihar apkan kalian dapat :

 menemukan per samaan lensa melalui pr akt ikum

 mener apkan per samaan lensa

Pet unjuk prakt ikum

Sif at bayangan yang t er bent uk ket ika bend a d an lensa ber ada pada jar ak t er dekat ad alah _____________ , _____________, dan ___________

K emudian geser lensa dan c at at lah jar aknya t er hadap bend a.

C ar ilah bayangan yang t er lihat paling jelas dengan menggeser -geser layar mendekat at au menjauhi lensa.


(4)

K alian bisa menc at at dat a yang diper oleh di sini:

A yo D iskusi!

a. A ngka yang t er t er a pad a lensa yait u______________ . A ngka t er sebut ad alah f okus lensa (f )

1

= 1 =

b. Per hat ikan nilai + , bandingkan dengan !

c . Bandingkan pula hasil per hit ungan d an N o.

J ar ak lilin d ar i lensa (So)

J ar ak bayangan d ar i lensa

(Si)

1 1 1

+ 1 T inggi benda (H o) T inggi bayangan (H i)


(5)

A pakah ar t i dar i angka-angka t er sebut ?

A ngka t er sebut menunjukkan kekuat an lensa. K ekuat an lensa ber banding t er balik dengan jar ak t it ik f okus.

=

Ber apakah keku at an lensa yang kalian gunakan pada pr akt ikum ini?


(6)

Foto Penelitian

St rat egi The Pow er of Tw o St rat egi We’re The Light

St rat egi Choose The Area Diskusi sisw a saat st rat egi Choose The Area

St rat egi We Can Find It Ourself Sisw a m engerjakan LKS