mempengaruhi perilaku atau tindakan mereka terhadap sesuatu, termasuk salah satunya adalah minat.
4.2.1.2 Minat Siswa Ditinjau dari Unsur Emosi
Berdasarkan data kuantitatif yang diperoleh, minat siswa terhadap pembelajaran IPA-fisika bilingual berdasarkan unsur emosi termasuk dalam
kategori sedang. Sebanyak 82 responden atau 40.20 dari sampel mempunyai nilai pada interval 33.75 X
≥ 41.25 sehingga berada pada kategori sedang. Hasil tersebut hanya terpaut sedikit dari jumlah siswa dengan kategori tinggi, yaitu
sebanyak 73 responden atau 35.78 mempunyai nilai pada interval 41.25 X ≥
48.75. Hal ini mempunyai arti bahwa mayoritas siswa cenderung bersikap biasa saja terhadap pembelajaran IPA-fisika bilingual, tidak terlalu senang juga tidak
terlalu menampakkan ketidaksenangannya. Bisa juga diartikan bahwa jumlah siswa yang menyukai IPA-fisika bilingual hampir seimbang dengan siswa yang
kurang menyukai. Berdasarkan hasil observasi, siswa yang menyukai pembelajaran IPA-fisika
bilingual bisa ditunjukkan dengan dimilikinya ketertarikan yang lebih saat dan setelah pembelajaran berlangsung. Siswa dengan senang hati akan mempelajari
materi IPA-fisika bilingual. Siswa tidak merasa keberatan dengan penggunaan bilingual dalam pembelajaran IPA-fisika meskipun mereka menyadari adanya
perbedaan dengan IPA-fisika menggunakan bahasa Indonesia. Siswa juga tidak merasa menyia-nyiakan waktu yang dimilki ketika mengerjakan soal tambahan
dengan harapan akan lebih memahami materi yang diajarkan. Dari uraian di atas jelas bahwa siswa yang menyukai pembelajaran IPA-fisika bilingual memiliki
perasaan intelektual yang nantinya akan menyebabkan timbulnya motivasi untuk lebih mempelajari lebih dalam materi yang diajarkan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Ahmadi 2009: 196 yang menyatakan bahwa perasaan senang bisa menjadi pendorong individu dalam berbuat, dan akan merasa senang juga puas
apabila dapat menemukan atau memecahkan hal yang baru. Hasil analisis juga menunjukkan adanya siswa yang kurang senang jika
digunakan bilingual dalam pembelajaran IPA-fisika. Dari observasi yang dilakukan, kebanyakan siswa memang cenderung lebih aktif dan perhatian pada
saat digunakan bahasa Indonesia dalam pembelajaran IPA-fisika bilingual. Siswa mengaku sering susah berkonsentrasi dan cepat merasa bosan ketika pelejaran
sedang berlangsung. Karena rasa kurang senang yang dimiliki, maka mengakibatkan siswa tidak tertarik, tidak bersemangat dan merasa terbebani
dengan segala hal mengenai pembelajaran IPA-fisika bilingual. Ketidaktertarikan siswa terhadap IPA-fisika bilingual berpengaruh terhadap kemauan dan
perbuatannya sehingga proses pencapaian tujuan pembelajaran tidak maksimal. Salah satu responden mengatakan bahwa faktor guru sangat berpengaruh pada
pembelajaran dengan bilingual. Menurut responden, apabila guru sudah menguasai bahasa Inggris dengan baik, maka siswa tidak akan mengalami
kesulitan dalam menerima pelajaran. Alasan lain mengapa siswa tidak terlalu menyukai penggunaan bilingual adalah karena ulangan umum bersama yang
dilaksanakan harus mengikuti standar pemerintah setempat yang tidak menggunakan bilingual. Hal ini menyebabkan siswa merasa diperlakukan tidak
adil bahkan merasa percuma menggunakan bilingual dalam pembelajaran. Dari
uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa emosi siswa, dalam hal ini perasaan senang atau tidak senang, dapat mempengaruhi minat siswa terhadap
pembelajaran IPA-fisika bilingual. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Ahmadi 2009: 111 bahwa emosi akan mempengaruhi kejiwaan sehingga dapat
berpengaruh kemauan dan perbuatan hingga pada pembentukan pribadi siswa. Pendapat lain diungkapkan oleh Abror 1993: 112 yang menyatakan bahwa minat
akan menimbulkan kemauan yang nantinya akan menentukan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran yang nantinya juga berpengaruh terhadap
pencapaian tujuan pembelajaran.
4.2.1.3 Minat Siswa Ditinjau dari Unsur Konasi