344
- Air 200 g
- Pengental y g
______
Jumlah 1.000
g Pasta cap dicampurkan pada waktu akan proses pencapan, dengan
perbandingan kedua zat warna disesuaikan dengan perbandingan jumlah poliester dan selulosanya.
Setelah pencapan, pertama-tama dilakukan pengukusan tekanan tinggi 130 C,
30 menit atau termofiksasi 190 – 200 C, 50 – 40 detik, zat warna dispersi
terfiksasi pada serat poliesternya. Kemudian kain melalui larutan padding yang berisi zat pereduksi Na sulfoksilat formaldehid 100 gl, natrium hidroksida 38
C 120 gl dan garam glouber 100 gl atau ditambah boraks 10 gl, diikuti dengan
proses pengukusan kedua Flash age 105 C 50 detik dilanjutkan proses
pengoksidasian untuk zat warna bejana dan washingg off. Proses pencucian reduksi yang bertujuan menghilangkan zat warna dispersi pada permukaan
serat poliester dan pada serat kapas, sudah tidak perlu lagi dilakukan sehingga dapat mengurangi biaya proses.
Pencapan dengan campuran zat warna dispersi dan zat warna bejana menghasilkan ketahanan zat warna yang baik sekali terutama ketahanan
cucinya.
Campuran zat warna dispersi dan zat warna bejana larut
Kain campuran poliesterkapas dapat pulu dicap dengan campuran zat warna dispersi dan bejana larut. Ketuaan warna dan ketahanan zat warnanya hampir
sama dengan yang dicapai oleh zat warna bejana. Akan tetapi proses pengukusan dua tahap seperti halnya pada campuran zat warna dispersi
terfiksasi pada pengukusan pertama, zat warna bejana larutnya dibangkit dalam larutan asam nitritasam sulfat. Proses pencapan cara ini jarang
dilakukan, karena pertimbangan biaya yang lebih mahal.
10.6.4. Zat Warna Dispersi Khusus
Pencapan dengan zat warna dispersi khusus yang disebut proses Dybln atau proses Cellestren A, menggunakan sejenis zat warna dispersi yang dapat
mewarnai baik serat poliesternya maupun serat kapasnya. Pewarnaan pada serat poliesternya berjalan seperti halnya bila menggunakan
zat warna dispersi biasa. Pewarnaan pada serat kapasnya harus menggunakan suatu zat pelarutzat penggelembung yang dapat
menggelembungkan serat kapas, sehingga zat warna dispersi dapat masuk ke dalam pori-pori serat kapas. Zat penggelembung yang digunakan adalah zat
pelarut yang mempunyai titik didih tinggi, seperti glikol atau derivat glikol, yang tidak gampang menguap di dalam larutan.
Setelah pencapan kain dikeringkan kemudian dipanaskan pada suhu hampir 225
C. Pada saat kain dikeringkan untuk menghilangkan kandungan airnya,
Di unduh dari : Bukupaket.com
345
zat pelarutnya menggantikan tempat air dan bertindak sebagai penggelembung. Selama pemanasan pada suhu tinggi, zat warna larut dalam
zat pelarut organik tersebut dan terjadi difusi zat warna ke dalam serat selulosa. Selanjutnya selama pemanasan di atas 200
C, zat warna berdifusi ke dalam serat poliester, sehingga kedua serat terwarnai.
Pada saat kain didinginkan, setelah meninggalkan mesin Thermosol, Hot Flue atau Stenter, zat warna terendapkan yang akan larut hanya pada suhu tinggi
dan terperangkap pada gugus kristalin dan di sela-sela serat selulosa, sedang zat pelarutnya dapat dihilangkan pada proses pencucian. Pada saat itu hilang
juga zat warna yang masih larut dalam zat pelarut atau zat warna yang terendapkan pada gugus kristalin yang ukurannya terlalu kecil dan merupakan
zat warna sisa yang terperangkap. Pada suhu di bawah 125
C tidak terjadi proses pewarnaan. Bagian selulosanya terwarnai pada suhu sekitar
140 - 180 C. Pada saat itu kekuatan dari zat pelarut paling tinggi. Bagian dari
serat poliesternya mulai terwarnaiternodai pada suhu 175 C, kebanyakan
proses ini dilakukan di atas 180 C yaitu pada suhu 220
C. Derajat kelarutan dan koefisien difusi dari masing-masing zat warna adalah
sama, yang harus diperhatikan adalah suhu fiksasi yang harus tepat, karena berpengaruh kepada ketahanan luntur warna. Antara 10 – 20 zat pelarut
yang digunakan akan menguap pada saat fiksasi udara panas, 80 – 90 terbuang pada saat pencucian. Di dalam air buangan tidak menyebabkan
gangguan, karena tidak berwarna, dapat terurai lagi dan tidak beracun untuk ikan. Untuk zat pelarut disarankan menggunakan derivatifpolietilena oksida
dan polipropilena oksida, seperti trietilena glikol, dengan berat molekul antara 300 – 600, dengan susunan sebagai berikut :
1 2
R CH
CH R
M
«
1
2
n H
Cn
Dimana : n = 0
untuk derevatif polietilena oksida n = 1
untuk derevatif polipropilena oksida m = 2 – 25 untuk derevatif polietilena oksida
m = 4 – 12 untuk derevatif polipropilena oksida Dikenal juga poliglikol 600, dimana 600 merupakan berat molekul dari poliglikol.
Juga dapat digunakan ester dan eter dari poliglikol seperti : E - fenoksietanol.
Pada saat ini pencapan serat campuran poliesterselulosa dengan zat warna dispersi khusus Cellestren A dapat dilakukand dengan menggunakan zat
pelarut khusus Glyezin CD. Banyaknya Glyezin CD yang dibutuhkan tergantung pada perbandingan serat poliester dan serat selulosa yang
terkandung di dalam campuran, berat dari masing-masing campuran serat dan konstruksi kainnya.
Sifat-sifat Glyezin CD : 1. Larut dalam air
Di unduh dari : Bukupaket.com
346
2. Dapat melarutkan zat warna Cellestren dalam jumlah banyak pada suhu fiksasi
3. Mempunyai titik didih yang tinggi 4. Stabil dan tidak jreaktif pada kondisi pengerjaan
5. Tidak berwarna
6. Tidak beracun
Untuk mendapatkan hasil cap yang baik, pengerjaan pendahuluan pada bagian selulosanya harus sempurna. Kain harus mempunyai daya serap yang baik dan
rata, terutama bagian selulosanya dan harus sudah siap untuk digelembungkan. Pengerjaan merserisasi untuk erat kapas atau kostisasi untuk
rayon dapat dilakukan untuk mendapatkan hasil yang lembut. Penambahan Glyezin CD untuk proses pencapan dengan zat warna Cellestren A dapat
dikerjakan dengan 2 macam :
1 Metode satu langkah Yaitu Glyezin CD diambahkan langsung ke dalam pasta pencapan pasta cap
dan glyezin CD kemudian digunakan proses pencapan. Apabila digunakan pengental polivinil alkohol, pengental jenis ini akan bereaksi dengan Glyezin
CD. Untuk mencegah reaksi ini, dapat ditambahkan asam sitrat ke dalam pengental polivinil alkohol sampai mencapai pH 5. Jenis alat cap yang dipakai,
akan mempengaruhi banyaknya Glyezin CD yang diberikan.
Tabel berikut adalah jumlah Glyezin CD yang diperlukan sesuai dengan kapas yang ada dalam kain campuran dengan berat 80 – 120 gm
2
, yang dikerjakan pada laat cap kasa datar.
Tabel 10 – 6 Jumlah Glyezin CD Sesuai Kapas Dalam Campuran
Kapas dalam kain Glyezin CD
20 35
50 50 – 70 gkg pasta
70 – 90 gkg pasta 90 – 110 gkg pasta
Serat rayon viskosa karena mempunyai kapasitas penggelembungan yang tinggi, jumlah Glyezin CD ditambah 10 – 15 untuk camputan poliesterrayon
viskosa. Pada pencapan rol, karena memerlukan pasta yang sedikit, diperlukan Glyezin CD yang lebih banyak. Selain itu kedalaman dari ukiran
juga mempengaruhi jumlah Glyezine CD yang diperlukan.
2 Metode dua langkah Pada cara ini kain dibenam peras dulu dalam larutan Glyezine CD kemudian
dikeringkan. Proses benam peras ini dapat dilakukan secara basah di atas basah Wet – on – wet, misalnya kombinasi dengan kerja pendahuluan.
Kemudian dilakukan proses pencapan. Untuk warna dasar muda zat warna
Di unduh dari : Bukupaket.com
347
disatukan dengan Glyezine CD-dipadd-dikeringkan-dicap-fiksasi-pencucian. Tabel berikut menunjukkan jumlah Glyezine CD sesuai dengan jumlah kapas
atau rayon viskosa dalam campuran.
Tabel 10 – 7 Jumlah Glyezin CD Sesuai dengan Jumlah Kapas atau Rayon
Poliesterkapas PoliesterRayon
Viskosa Glyezin CD
20 23
Berikut suatu rumus untuk menghitung jumlah Glyezine CD, pada larutan benam peras bila diketahui perbandingan serat campuran poliesterselulosa
dan efek peras WPU
b c
a 10
u u
= gl Glyezine CD pada larutan benam peras Keterangan :
a = Jumlah serat selulosa dalam campuran b = Efek peras
c = Banyaknya Glyezine CD yang diperlukan sesuai dengan tabel 9 – 7
Keuntungan dari metoda dua langkah adalah kompsisi dari pasta cap tidak tergantung dari proporsi serat poliester dan serat selulosa di dalam campuran,
dan tidak tergantung dari berat kain. Selain itu akan terjadi kemampuan campur dengan baik antara pengental dan Glyezine CD, dan sedikit resiko penodaan
zat warna yang tidak terfiksasi.
3 Pemilihan zat pengental Pemilihan zat pengental berdasarkan :
- Kemampuan campur zat pengental dengan Glyezine CD - Kemudahan lepas oleh pencucian setelah fiksasi pada suhu yang agak tinggi
Zat pengental yang digunakan termasuk pengental alginat atau eter guar guar ethers bisa juga dikombinasikan dengan pengental eter kanji Starch ethers
dengan perbandingan 2 : 1. Apabila digunakan pengental alginat, harus ditambahkan zat penurun kesadahan air, untuk mengatur pH ditambahkan
natrium fosfat. Pengental eter guar dapat menggunakan asam organik yang tidak mudah menguap sampai pH 5 – 6.
Contoh resep pasta pengental induk : - Air
x g - Calgon T
3 – 5 g - Na fosfat
5 g - Zat anti reduksi
10 g - Pengental alginat 10
400 g - Pengental eter kanji
200 g - Luprintan HDF penetrasi
5 – 10 g
Di unduh dari : Bukupaket.com
348
________
Jumlah 1.000
g Luprintan HDF dimasukkan setelah campuran di atas homogen.
Resep pasta cap untuk metoda satu langkah : - Pasta pengental induk
700 g - Zat warna Cellestien A
x g - Glyezine CD
y g - Air
z g
________
Jumlah 1.000
g
Resep pasta cap untuk metoda dua langkah : - Pasta pengental induk
750 g - Zat warna Cellestren A
x g - Air
y g
______
Jumlah 1.000
g 4 Fiksasi zat warna
Fiksasi zat warna Cellestren A dapat dikerjakan dengan pengukusan suhu tinggi
high temperature steaming , dengan udara panas
hot air dan silinder
panas contact heat
. Pengukusan suhu tinggi
Waktu Suhu rata-rata
Rentang suhu menit
C C
7 – 8 185
182 – 188 5 – 6
190 188 – 193
4 – 5 195
193 – 199 Udara panas
- Stenter selama 60 detik, pada suhu 216 – 224 C
- Hot flue selama 90 detik, pada suhu 210 – 216 C atau selama 120 detik,
pada suhu 204 – 210 C
Silinder panas Selama 60 detik, pada suhu 210 – 216
C Setelah zat warna terfiksasi, selanjutnya diikuti dengan proses pencucian
washing – off
10.6.5. Campuran Zat Warna Reaktif dan Zat Warna Dispersi