Kompetensi yang keempat atau yang terakhir adalah kompetensi sosial. “Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidikan sebagai bagian dari
masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua wali peserta didik, dan
masyarakat sekitar” Payong, 2011: 28. Kemampuan dalam standar kompetensi ini mencakup empat kompetensi utama yakni: 1 bersikap inklusif, bertindak
objektif, dan tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi; 2
berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat; 3 beradaptasi di tempat tugas
di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya; dan 4 berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara
lisan dan tulisan atau bentuk lain Payong, 2011: 61. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
kinerja guru dalam pembelajaran merupakan kemampuan seorang guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan melakukan evaluasi pembelajaran baik secara
proses maupun hasil. Kinerja guru dalam pembelajaran ditunjukkan melalui empat kompetensi yaitu kompetensi pedagogis, profesional, kepribadian, dan sosial.
Menurut Supardi 2013: 51 ada tiga faktor yang memengaruhi kinerja yaitu:
a. Faktor individul, meliputi: a kemampuan dan keterampilan: mental dan fisik, b latar belakang: keluarga, tingkat sosial, penggajian, c demografis:
umur, asal-usul, jenis kelamin.
b. Faktor organisasional, meliputi: sumber daya, kepemimpinan, imbalan, dan struktur.
c. Faktor psikologis, meliputi: persepsi, sikap, kepribadian, belajar, dan motivasi.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini, antara lain adalah penelitian yang dilakukan oleh Najmulmunir 2009 dengan judul peneli
tian “Hubungan Persepsi Guru tentang Peran Supervisi Kepala Sekolah dan Disiplin Kerja dengan
Kinerja Guru Madrasah Tsanawiyah Negeri Kota Bogor ”. Jenis penelitian ini
adalah penelitian survei dengan pendekatan korelasional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan hasil analisis regresi sederhana dan korelasi
sederhana menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara persepsi guru tentang peran supervisi kepala sekolah dengan kinerja guru. Kedua variabel
tersebut sejalan, artinya semakin tinggi persepsi guru tentang peran supervisi kepala sekolah, semakin tinggi pula kinerja guru. Kekuatan hubungan antara
keduanya ditunjukkan dengan koefisien korelasi r sebesar 0,570 dan koefisien determinasi r2 sebesar 0,325. Kinerja yang baik akan dimiliki oleh seorang guru
apabila guru memahami fungsi dan tugasnya dengan baik. Dari pemikiran demikian jadi jelaslah bahwa persepsi guru tentang peran supervisi kepala sekolah
memberikan andil pada peningkatan kinerja. Jadi persepsi guru tentang peran supervisi kepala sekolah dapat meningkatkan kinerja guru.
Penelitian juga dilakukan oleh Cayono 2010 dengan judul penelitian “Hubungan Persepsi tentang Kompetensi Guru dengan Perencanaan Proses
Pembelajaran, Pelaksanaan Pembelajaran, dan Etos Kerja Guru Bersertifikat Pendidik di SMK Kabupaten Indramayu
”. Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas pelaksanaan
pembelajaran guru SMK di kabupaten Indramayu yang dikorelasikan dengan persepsi tentang kompetensi guru memiliki hubungan yang positif dan signifikan.
Besarnya hubungan ditunjukkan dengan ukuran sebesar 0,617 yang menunjukkan tingkat hubungan yang kuat. Kualitas pelaksanaan pembelajaran berhubungan
secara langsung dengan persepsi tentang kompetensi guru. Guru yang memiliki kompetensi adalah guru yang memiliki pengetahun, keterampilan, dan menguasai
ilmu pendidikan. Penelitian juga dilakukan oleh Wulan 2013 dengan judul penelitian
“Hubungan Disiplin dengan Kinerja Guru SMA Negeri di Tiga Kecamatan Kota Depok
”. Jenis penelitian adalah penelitian survei. Hasil penelitian menunjukkan bahwa disiplin merupakan variabel yang mempunyai hubungan dan memberikan
kontribusi positif terhadap kinerja. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja seseorang dapat ditingkatkan dengan mengintensifkan penerapan disiplin.
Pengujian hipotesis menyimpulkan bahwa terdapat hubungan positifsignifikan antara disiplin dengan kinerja yang ditunjukkan oleh nilai t hitung 4,84 yang
lebih besar dari t tabel 2,39. Nilai koefisien korelasi sebesar 0,467 memberikan pengertian bahwa keterkaitan antara disiplin dengan kinerja adalah signifikan atau
positif. Artinya, semakin tinggi tingkat disiplin, akan semakin tinggi pula kinerja tersebut.
Penelitian juga dilakukan ole h Saputra 2011 dengan judul “Hubungan antara
Kompetensi Profesionalisme Guru dan Kinerja Guru di SMA XXX Tangerang ”.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Hasil penelitian ini diketahui melalui perhitungan korelasi tata jenjang korelasi rho.
Dari perhitungan yang dilakukan didapat koefisien korelasi sebesar 0,411. Penentuan taraf signifikansi dari koefisien korelasi sebesar 0, 411 yang disebut r
hitung harus dibandingkan dengan koefisien korelasi r tabel. Berdasarkan koefisien korelasi r tabel diperoleh keterangan bahwa pada taraf signifikansi 5
menunjukkan angka 0, 364. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut: r tabel 5=0,364 r hitung 0, 411. Bahasa matematis ini dapat diartikan bahwa r
hitung sebesar 0, 411 adalah lebih besar dari pada r tabel pada taraf signifikansi 5 = 0, 364. Berdasarkan kenyataan ini, maka dapat dibuat interpretasi bahwa
ada hubungan positif agak rendah yang signifikan antara kompetensi profesionalisme guru dan kinerja guru di SMA XXX Tangerang pada taraf
signifikansi 5 , ini berarti bahwa H1 diterima dan H0 ditolak. Adanya hubungan antara kompetensi profesionalisme guru dan kinerja guru di SMA XXX
Tangerang ini membuktikan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja guru adalah kemampuan atau kompetensi profesionalisme guru.
Penelitian-penelitian yang pernah dilakukan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan persepsi guru tentang pelaksanaan pembelajaran tematik
dengan kinerja guru sehingga penelitian di atas relevan dengan penelitian ini.
Keterkaitan antara penelitian yang terdahulu dengan penelitian ini dapat dilihat dari Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Skema Penelitian yang relevan PENELITIAN
SEBELUM
PERSEPSI GURU KINERJA GURU
Cayono 2010 Persepsi tentang kompetensi guru
– perencanaan
proses pembelajaran,
pelaksanaan pembelajaran, dan etos kerja guru
bersertifikat pendidik Wulan 2013
Disiplin – kinerja guru
Najmulmunir 2009 Persepsi
guru tentang
peran supervisi Kepala Sekolah dan
disiplin kerja - kinerja guru
Saputra 2011 Kompetensi profesionalisme
guru – kinerja guru
Yang akan diteliti Persepsi Guru
– Kinerja Guru
Gambar 2.1 menjelaskan tentang penelitian sebelumnya yaitu penelitian tentang persepsi guru dan kinerja guru. Keempat penelitian tersebut menjadi
acuan bagi peneliti dalam melakukan penelitian dengan judul Hubungan Persepsi Guru tentang Pelaksanaan Pembelajaran Tematik dengan Kinerja Guru di
Sekolah Dasar se-Kecamatan Moyudan Kabupaten Sleman . Penelitian ini berbeda
dengan penelitian yang telah ada. Penelitian ini menghubungkan antara persepsi guru dengan kinerja guru tentang pelaksanaan pembelajaran tematik.
C. Kerangka Berpikir
Persepsi merupakan
proses yang
dialami seseorang
dalam menginterpretasikan informasi yang ada di lingkungan sekitar melalui panca
inderanya. Persepsi juga merupakan awal dari segala macam kegiatan yang dilakukan oleh seseorang, karena persepsi merupakan tahap awal sehingga
persepsi dapat mempengaruhi cara berpikir, bekerja, dan bersikap pada seseorang. Persepsi setiap orang berbeda sesuai dengan informasi yang diterima oleh guru
mengenai pelaksanaan pembelajaran tematik. Kinerja
guru merupakan
kemampuan guru
dalam merencanakan,
melaksanakan, dan menilai hasil belajar siswanya. Kualitas kinerja guru dapat dilihat dari kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru yaitu
kompetensi pedagogis, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran tematik
meliputi kegiatan pendahuluanawal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup sesuai