bisa hidup aman dan nyaman di Indonesia. Di akhir pembelajaran guru melakukan tanya jawab dengan siswa terkait apa saja yang sudah siswa lakukan untuk
menjaga keutuhan NKRI baik di rumah maupun di sekolah. Siswa-siswa ada yang menjawab menghormati agama lain yang sedang beribadah, menggunakan bahasa
Indonesia, mencintai produk-produk buatan Indonesia, dan lain-lain. Peneliti kemudian membagikan skala sikap untuk diisi siswa setelah melalui siklus dua
selam dua pertemuan. Siklus dua berjalan dengan baik, siklus dua dapat dihentikan karen materi yang di ajarkan sudah selesai dan indikator keberhasilan
telah tercapai, dalam artian sikap nasionalisme pada pembelajaran PKn kelas V telah mengalami peningkatan.
4.2 Pembahasan
Pelaksanaan penelitian ini telah berjalan dengan lancar, sesuai dengan apa yang direncanakan dan disusun oleh peneliti. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui dan meningkatkan sikap nasionalisme siswa kelas V SD Kanisius Kadirojo semester genap tahun ajaran 20152016 melalui metode
Problem Based Learning. Berdasarkan diskusi dan kesepakatan antara peneliti dengan guru dan dosen, peneliti menggunakan Standar Kompetensi 1. Memahami
pentingnya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI .Sedangkan Kompetensi Dasar yang digunakan adalah 1.1 mendiskripsikan Negara Kesatuan
Republik Indonessia dan 1.2 Menjelaskan pentingnya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Guru dan dosen menyarankan untuk peneliti menggunakan 2
siklus dalam penelitiannya, karena materi yang diajarkan cukup banyak. Siklus PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kedua digunakan untuk melihat apakah ada peningkatan sikap nasionalisme seiring semakin dalamnya materi yang diajarkan kepada siswa.
Kompetensi Dasar
tentang nasionalisme
dipilih karena
ketika melaksanakan observasi peneliti melihat siswa belum bisa menerapkan sikap
nasionalisme dengan baik. Peneliti mengamati hubungan siswa dengan siswa lain, terutama yang berasal dari lain daerah, salah satu siswa yang berasal dari luar
pulau jawa dari Nias terlihat kurang nyaman berkomunikasi dengan teman- temannya. Setiap pagi secara rutin di SD Kanisius kadirojo para siswa wajib
menyanyikan lagu Nasional, dengan terlebih dahulu memberi hormat kepada sang Merah Putih. Penliti mengamati masih ada sekitar 12 siswa yang terdiri dari siswa
putra dan putri masih belum serius dalam menyanyikan lagu nasional. Siswa putra sejumlah 5 orang pun masih sesekali menurunkan tangannya ketika penghormatan
kepada bendera merah putih, padahal waktu itu belum ada aba- aba “tegak gerak”.
Alasan peneliti memilih melakukan di kelas V adalah karena materi tentang nasionalisme ada di kelas V dan diajarkan di semester ganjil. Oleh sebab
itu peneliti melakukan penelitian tentang nasionalisme pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di materi menjaga keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia dengan menggunkan metode Problem Based Learning. Peneliti menggunakan skala sikap untuk mengetahui sikap nasionalisme siswa
yang diberikan pada akhir siklus 1 dan siklus 2. Pencapaian pada siklus 1 dan siklus 2 secara keseluruhan maupun setiap aspek disajikan pada tabel 4.13 dan
4.14. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 4.13 Nilai Rata-rata skala sikap nasionalisme siswa secara keseluruhan
Indikator Deskriptor
Kondisi Awal
Target Nilai
Siklus 1
Siklus 2
Jumlah perolehan
skor siswa di skala sikap
nasionalisme 62,7
85 76,3
88,8
Peningkatan terjadi dari kondisi awal ke siklus 1. Nilai rata-rata sikap nasionalisme siswa secara keseluruhan pada kondisi awal adalah 62,7, apabila kita
melihat tabel acuan PAP 1 kondisi awal ini termasuk rendah atau sikap nasionalisme masih rendah karena berada di bawah 65. Peneliti memulai
penelitian pada siklus pertama, nilai rata-rata siswa setelah siklus pertama adalah 76,3. Nilai rata-rata skala sikap yang diperoleh siswa naik sebesar 13.6 Peneliti
melanjutkan ke siklus 2, hasil yang diperoleh pada siklus 2 mengalami perkembangan dari siklus 1 yaitu sebesar 88,86, naik sebesar 12,56 dari siklus 1
dan naik sebesar 26,16 dari kondisi awal. Hasil ini menunjukkan semakin dalam materi yang diajarkan peningkatan sikap nasionalisme siswa semakin tinggi.
Peningkatan sikap nasionalisme siswa dapat dilihat pada grafik 4.1. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 4.1 Nilai rata-rata skala sikap nasionalisme secara keseluruhan
Berdasarkan grafik di atas maka dapat dilihat bahwa dari kondisi awal 62,7, peneliti menetapkan indikator keberhasilan 85. Hasil penelitian yang peneliti
peroleh pada siklus 1 adalah 76,3, naik dengan selisih 13,6 dari kondisi awal. Peneliti kemudian melanjutkan ke siklus 2, hasil penelitian siklus 2 adalah 88,8,
naik dengan selisih 12,5 dari siklus 1 dan naik dengan selisih 26, 16 dari kondisi awal. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sikap nasionalisme siswa
mengalami peningkatan dan indikator keberhasilan sudah tercapai sehingga siklus dapat dihentikan.
Tabel 4.14 Presentase jumlah siswa yang memiliki sikap nasionalisme minimal cukup secara keseluruhan
Indikator Deskriptor
Kondisi Awal
Target Siklus
1 Siklus
2
Persentase Jumlah
perolehan skor siswa di
skala sikap nasionalisme
x100 26,47
100 97,06 100
Peningkatan terjadi dari kondisi awal ke siklus 1. Persentase jumlah siswa yang mempunyai sikap nasionalisme minimal cukup secara keseluruhan pada
kondisi awal adalah 26,47. Peneliti memulai penelitian pada siklus pertama, persentase jumlah siswa setelah yang mempunyai sikap nasionalisme siklus
pertama adalah 97,06. Persentase ini naik sebesar 70,59 dari kondisi awal. Peneliti melanjutkan ke siklus 2, hasil yang diperoleh pada siklus 2 mengalami
peningkatan dari siklus 2 yaitu sebesar 100, naik sebesar 2,94 dari siklus 1. Hasil ini menunjukkan semakin dalam materi yang diajarkan peningkatan jumlah
siswa yang memiliki sikap nasionalisme siswa semakin tinggi. Peningkatan presentase jumlah siswa yang memiliki sikap nasionalisme siswa dapat dilihat
pada grafik 4.2. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 4.2 Grafik peningkatan persentase jumlah siswa yang memiliki sikap nasionalisme minimal cukup secara keseluruhan
Berdasarkan grafik di atas maka dapat dilihat bahwa dari kondisi awal persentase jumlah siswa yang memiliki sikap nasionalisme adalah 26,47,
peneliti menetapkan indikator keberhasilan 100. Persentase jumlah siswa yang memiliki sikap nasionalisme dari hasil penelitian yang peneliti peroleh pada siklus
1 adalah 97,06, naik dengan selisih 70,59 dari kondisi awal. Peneliti kemudian melanjutkan ke siklus 2, persentase jumlah siswa yang memiliki sikap
nasionalisme dari hasil penelitian siklus 2 adalah 100, naik dengan selisih 2,94 dari siklus 1 dan naik dengan selisih 73,53 dari kondisi awal. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa presentase jumlah siswa yang memiliki sikap nasionalisme mengalami peningkatan dan indikator keberhasilan sudah tercapai
sehingga siklus dapat dihentikan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Peneliti juga menghitung peningkatan per-aspek, peningkatan nilai skor sikap nasionalisme siswa dapat dilihat pada tabel 4.15 di bawah ini.
Tabel 4.15 Nilai rata-rata pada skala sikap nasionalisme siswa
Aspek Kondisi Awal
Target Siklus 1 Siklus 2
Kognitif 77,06
90 83,59
92,29 Afektif
52,81 85
73,36 88,91
Konatif 62,76
85 74,74
87,17
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa pada siklus 1 dan siklus 2 sudah mengalami peningkatan terbukti dari target apek kognitif adalah 90 hasil
pencapaian siklus 1 adalah 83,59, siklus 2 adalah 92,29 dari hasil nilai skor rata- rata kondisi awal 77,06. Apabila dilihat pada PAP 1 maka nilai rata-rata skala
sikap nasionalisme siswa dari kriteria “cukup memiliki sikap nasionalisme” menjadi “memiliki sikap nasionalisme tinggi” pada siklus 1 dan memiliki “sikap
nasionalisme sangat tinggi” pada siklus 2. Target nilai aspek afektif adalah 85 hasil pencapaian siklus 1 adalah 73,36, siklus 2 adalah 88,91 dari nilai skor rata-
rata sikap nasionalisme siswa pada kondisi awal sebesar 52,81. Apabila dilihat pada PAP 1 maka siswa dari kriteria “memiliki sikap nasionalisme sangat rendah”
menjadi “memiliki sikap nasionalisme cukup” pada siklus 1 dan “Memiliki sikap nas
ionalisme tinggi” pada siklus 2. Target nilai aspek konatif adalah 85 hasil pencapaian siklus 1 adalah 74,73, siklus 2 adalah 87,176 dari nilai rata-rata skor
kondisi awal siswa sebesar 62,76. Apabila dilihat pada PAP 1 maka siswa dari kriteria “memiliki sikap nasionalisme rendah” menjadi “memiliki sikap
nasionalisme cukup” pada siklus 1 dan “memiliki sikap nasionalisme tinggi” pada PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
siklus 2. Dengan demikian sikap nasionalisme siswa meningkat untuk setiap aspek pada kondisi awal, siklus 1 dan siklus 2.
Grafik peningkatan sikap nasionalisme siswa pada kondisi awal, siklus 1 dan siklus 2 untuk setiap aspek dapat dilihat pada grafik 4.3
Gambar 4.3 Grafik peningkatan sikap nasionalisme siswa untuk setiap aspek
Grafik di atas menunjukkan peningkatan nilai skor rata-rata seluruh siswa pada skala sikap untuk sikap nasionalisme siswa per-aspek, dari grafik di atas
dapat diketahui bahwa hasil penelitian aspek kognitif yang terdiri dari 10 aitem pernyataan pada kondisi awal adalah 77,06, pada siklus 1 adalah 83,59 dan siklus
2 sebesar 92,29. Peningkatan dari kondisi awal ke siklus 1 adalah 6,53 dan peningkatan dari kondisi awal ke siklus 2 sebesar 15,26. Hasil penelitian aspek
afektif yang terdiri dari 14 aitem, nilai skor pernyataan pada kondisi awal adalah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52,81, pada siklus 1 adalah 73,36 dan siklus 2 sebesar 88,91. Peningkatan nilai dari kondisi awal ke siklus 1 adalah 20,55 dan peningkatan dari kondisi awal ke
siklus 2 sebesar 36,10. Hasil penelitian aspek konatif yang terdiri dari 20 aitem nilai siswa untuk pernyataan pada kondisi awal adalah 62,76, pada siklus 1 adalah
74,73 dan siklus 2 sebesar 87,17. Peningkatan dari kondisi awal ke siklus 1 adalah 11,97 dan peningkatan dari kondisi awal ke siklus 2 sebesar 24,41.
Selain menghitung nila rata-rata skor, peneliti juga menghitung persentase jumlah siswa yang memiliki sikap nasionalisme pada masing masing aspek. Hasil
perhitungan persentase jumalah siswa dapat dilihat pada tabel 4.16 dibawah ini. Tabel 4.16 Persentase jumlah siswa yang memiliki sikap nasionalisme minimal
cukup
Aspek Kondisi Awal
Target Siklus 1 Siklus 2
Kognitif 82, 35
90 88, 2
100 Afektif
8,87 75
58, 8 97
Konatif 50
85 74
94
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa pada siklus 1 dan siklus 2 sudah mengalami peningkatan terbukti dari target apek kognitif adalah 90 hasil
pencapaian siklus 1 adalah 88,2 , siklus 2 adalah 100 dari persentase jumlah siswa yang memiliki sikap nasionalisme pada kondisi awal 82,35 dari 34 siswa.
Target aspek afektif adalah 75 hasil pencapaian siklus 1 adalah 58,8 , siklus 2 adalah 97 dari persentase jumlah siswa yang memiliki sikap nasionalisme
pada kondisi awal 8,87 dari 34 siswa. Target aspek konatif adalah 85 hasil pencapaian siklus 1 adalah 74 , siklus 2 adalah 94 dari persentase jumlah
siswa yang memiliki sikap nasionalisme pada kondisi awal siswa 50 dari 34 siswa. Dengan demikian jumlah siswa yang memiliki sikap nasionalisme siswa
meningkat untuk setiap aspek pada kondisi awal, siklus 1 dan siklus 2. Grafik peningkatan persentase jumlah siswa yang memiliki sikap
nasionalisme siswa siklus 1 dan siklus 2 untuk setiap aspek dapat dilihat pada grafik 4.4
Gambar 4.4 Grafik peningkatan persentase jumlah siswa yang memiliki sikap nasionalisme minimal cukup untuk setiap aspek
Grafik di atas menunjukkan peningkatan persentase jumlah siswa yang memiliki sikap nasionalisme per-aspek, dari grafik di atas dapat diketahui bahwa
presentase jumlah siswa yang memiliki sikap nasionalisme untuk aspek kognitif pada kondisi awal adalah 82,35, pada siklus 1 adalah 88,2 dan siklus 2 sebesar
100. Peningkatan dari kondisi awal ke siklus 1 adalah 35,85 dan peningkatan dari kondisi awal ke siklus 2 sebesar 17,65. Persentase jumlah siswa yang
memiliki sikap nasionalisme untuk aspek afektif pada kondisi awal adalah 8,82 , PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pada siklus 1 adalah 58,8 dan siklus 2 sebesar 97. Peningkatan dari kondisi awal ke siklus 1 adalah 42,53 dan peningkatan dari kondisi awal ke siklus 2
sebesar 88, 18. Persentase jumlah siswa yang memiliki sikap nasionalisme untuk aspek konatif pada kondisi awal adalah 50, pada siklus 1 adalah 74 dan
siklus 2 sebesar 94. Peningkatan dari kondisi awal ke siklus 1 adalah 24 dan peningkatan dari kondisi awal ke siklus 2 sebesar 44 .
Berdasarkan hasil yang sudah diperoleh, sikap nasionalisme siswa dan persentase jumlah siswa yang memiliki sikap nasionalsime secara keseluruhan
sudah mengalami peningkata dari kondisi awal, siklus 1 dan siklus 2. Indikator keberhasilan pun sudah tercapai. Penelitian yang dilakukan dengan metode
Problem Based Learning pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan khususnya materi tentang nasionalisme yang menggunakan media dan diskusi
pemecahan masalah serta guru yang berani mengubah cara mengajar yang konvensional dapat meningkatkan sikap nasionalisme siswa. Dengan demikian
penelitian ini dapat diakhiri dan tidak perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
BAB V
PENUTUP
Dalam bab penutup ini tiga hal yang akan diuraikan peneliti. Tiga hal tersebut adalah kesimpulan, keterbatasan penelitian dan saran.
5.1 Kesimpulan