Peningkatan sikap gotong royong melalui pelaksanaan pembelajaran PKn dengan model cooperative learning tipe jigsaw untuk siswa kelas II DI SD Kanisius Kadirojo tahun 2015/2016.

(1)

PENINGKATAN SIKAP GOTONG ROYONG MELALUI PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PKn DENGAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE

JIGSAW UNTUK SISWA KELAS II DI SD KANISIUS KADIROJO

Nugroho Ragil Sutoto Universitas Sanata Dharma

2016

Kurangnya penanaman dan pemahaman sikap gotong royong positif untuk generasi muda diduga menjadi salah satu penyebab sering terjadinya tawuran, bekerjasama dalam mencontek, dan mencuri sebagai respon negatif terhadap sikap gotong royong dalam kehidupan. Penelitian ini memiliki tujuan untuk 1) Menggambarkan dan mengetahui gambaran pelaksanaan pembelajaran PKn menggunakan model Cooperative Learning tipe Jigsaw dalam rangka meningkatkan sikap gotong-royong bagi siswa kelas II di SD K Kadirojo. 2) Meningkatkan dan mengetahui peningkatan sikap gotong-royong siswa kelas II melalui pelaksanaan pembelajaran PKn dengan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Jigsaw di SD K Kadirojo.

Untuk meningkatkan sikap gotong royong siswa peneliti menggunakan Penelitian Tindakan Kelas, yang dilaksanakan selama 2 siklus. Setiap siklus terdiri atas perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas II SD Kanisius Kadirojo. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu penyebaran kuesioner dan dibantu observasi serta wawancara. Data dianalisis dengan cara mendeskripsikan setiap aspek mulai dari kondisi awal, siklus 1, dan siklus 2.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan model pembelajaran pembelajaran kooperatif tipe jigsaw mampu meningkatkan sikap gotong royong melalui pembelajaran PKn untuk siswa kelas II di SD Kanisius Kadirojo. Peningkatan sikap gotong royong siswa dapat diketahui dari hasil penelitian yaitu nilai rata-rata sikap gotong royong siswa pada kondisi awal sebesar 64,75 (Rendah), setelah siklus 1 menjadi 77,53 (Cukup), dilanjutkan siklus 2 menjadi 82,05 (Tinggi). Persentase jumlah siswa yang memiliki sikap gotong royong minimal cukup juga meningkat bermula dari kondisi awal sebesar 46,07% setelah siklus 1 menjadi 89,6% dilanjutkan siklus 2 menjadi 97,4%.


(2)

IMPROVED ATTITUDE OF THE MUTUAL COOPERATION CIVICS LEARNING THROUGH THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE

LEARNING MODEL WITH TYPE OF JIGSAW FOR CLASS II IN SD KANISIUS KADIROJO

Nugroho Ragil Sutoto Sanata Dharma University

2016

Lack of planting and an understanding of mutual cooperation a positive attitude to the younger generation thought to be one cause of the frequent occurrence of brawls, cooperate in cheating, and stealing a negative reaction to the attitude of mutual cooperation in life. The purpose of this study was to 1) describe and know the description of civics learning implementation model Jigsaw Cooperative Learning in order to enhance the solidarity of the people for the second grade in elementary K Kadirojo. 2) Improving and determine the increase of mutual solidarity of the second grade students through the implementation of learning civics learning model Jigsaw Cooperative Learning in Elementary K Kadirojo.

To improve students' attitudes of mutual cooperation of researchers using classroom action research, carried out for 2 cycles. Each cycle consists of planning, action, observation, and reflection. The subjects were students of class II Elementary School Canisius Kadirojo. Data collection techniques used were questionnaires and assisted observation and interviews. Data were analyzed by describing every aspect ranging from the initial conditions, cycle 1 and cycle 2.

Based on the results of this study concluded that the implementation of the teaching model of cooperative learning jigsaw can improve the attitude of mutual cooperation through civics lesson for students of class II, SD Canisius Kadirojo. Increasing students 'attitude of mutual cooperation can be seen from the results of research that the average value of students' attitude of mutual cooperation in the initial conditions of 64.75 (Low), after the first cycle into 77.53 (Enough), followed by 2 cycles into 82.05 (High ). Percentage of students who have an attitude of mutual cooperation is also fairly minimal increase stems from the initial condition of 46.07% after cycle 1 to cycle 2 89.6% followed be 97.4%.


(3)

i

PENINGKATAN SIKAP GOTONG ROYONG MELALUI PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PKn DENGAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW UNTUK SISWA KELAS II

DI SD KANISIUS KADIROJO TAHUN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun Oleh: Nugroho Ragil Sutoto

121134079

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(4)

(5)

(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini Saya persembahkan kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa menjaga, membimbing, memberikan rahmat dan kasih sayang yang begitu besar serta menyertaiku dalam segala hal.

2. Orang tuaku Bapak Sugito dan Ibu Sri Sunarti yang telah memberikan perhatian, kasih sayang, dukungan serta doa.

3. Kartika Ega Zerlina yang selalu memberikan dukungan, perhatian dan kasih sayang dan doa.

4. Drs. Paulus Wahana, M.Hum. selaku dosen pembimbing 1 yang selalu memberikan masukan.

5. Elisabeth Desiana Mayasari, S.Psi., M.A selaku dosen pembimbing 2 yang selalu memberikan masukan.


(7)

v

HALAMAN MOTTO

"Selesai Itu Lebih Baik Daripada Sempurna."

-Sheryl

Sandberg-"Segera bangun mimpimu atau orang lain akan mempekerjakan kamu untuk membangun mimpi mereka".


(8)

Gray-vi

PER

Saya menyata tidak memuat bagian dan daftar referensi se

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

atakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi y an karya orang lain, kecuali yang telah disebutka nsi sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 2 Penulis,

Nugroho Ragi

vi

A

psi yang saya tulis ini butkan dalam kutipan

, 29 Januari 2016


(9)

vii LEMBAR PERNYA

U Yang bertanda tangan di Nama

Nomer Mahasiswa Demi pengem Perpustakaan Universi PENINGKATAN SIK PEMBELAJARAN TIPE JIGSAW UNT TAHUN 2015/2016

Dengan demiki Dharma hak untuk mengolahnya dalam b mempublikasikan di perlu meminta ijin da mencantumkan nama sa Demikian pernyataan i Dibuat di Yogyakarta pada tanggal: 29 Janua Yang menyatakan

Nugroho Ragil Sutoto

vii

YATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KA UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS an dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sa

: Nugroho Ragil Sutoto : 121134079

ngembangan ilmu pengetahuan, saya mem ersitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang be SIKAP GOTONG ROYONG MELALUI P

N PKn DENGAN MODEL COOPERATIV NTUK SISWA KELAS II DI SD KANISIU 2016

ikian saya memberikan kepada perpustakaan U untuk menyimpan, mengalihkan dalam bent

bentuk pangkalan data, mendistribusikan se di internet atau media lain untuk kepentinga n dari saya maupun memberikan royalti kepada

a saya sebagai penulis.

an ini yang saya buat dengan sebenarnya. rta

nuari 2016

oto

vii

I KARYA ILMIAH

s Sanata Dharma:

emberikan kepada g berjudul:

I PELAKSANAAN TIVE LEARNING ISIUS KADIROJO n Universitas Sanata bentuk media lain, n secara terbatas, dan ngan akademis tanpa da saya selama tetap


(10)

viii ABSTRAK

PENINGKATAN SIKAP GOTONG ROYONG MELALUI PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PKn DENGAN MODEL COOPERATIVE LEARNING

TIPE JIGSAW UNTUK SISWA KELAS II DI SD KANISIUS KADIROJO

Nugroho Ragil Sutoto Universitas Sanata Dharma

2016

Kurangnya penanaman dan pemahaman sikap gotong royong positif untuk generasi muda diduga menjadi salah satu penyebab sering terjadinya tawuran, bekerjasama dalam mencontek, dan mencuri sebagai respon negatif terhadap sikap gotong royong dalam kehidupan. Penelitian ini memiliki tujuan untuk 1) Menggambarkan dan mengetahui gambaran pelaksanaan pembelajaran PKn menggunakan modelCooperative LearningtipeJigsawdalam rangka meningkatkan sikap gotong-royong bagi siswa kelas II di SD K Kadirojo. 2) Meningkatkan dan mengetahui peningkatan sikap gotong-royong siswa kelas II melalui pelaksanaan pembelajaran PKn dengan model pembelajaranCooperative LearningtipeJigsawdi SD K Kadirojo.

Untuk meningkatkan sikap gotong royong siswa peneliti menggunakan Penelitian Tindakan Kelas, yang dilaksanakan selama 2 siklus. Setiap siklus terdiri atas perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas II SD Kanisius Kadirojo. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu penyebaran kuesioner dan dibantu observasi serta wawancara. Data dianalisis dengan cara mendeskripsikan setiap aspek mulai dari kondisi awal, siklus 1, dan siklus 2.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan model pembelajaran pembelajaran kooperatif tipe jigsaw mampu meningkatkan sikap gotong royong melalui pembelajaran PKn untuk siswa kelas II di SD Kanisius Kadirojo. Peningkatan sikap gotong royong siswa dapat diketahui dari hasil penelitian yaitu nilai rata-rata sikap gotong royong siswa pada kondisi awal sebesar 64,75 (Rendah), setelah siklus 1 menjadi 77,53 (Cukup), dilanjutkan siklus 2 menjadi 82,05 (Tinggi). Persentase jumlah siswa yang memiliki sikap gotong royong minimal cukup juga meningkat bermula dari kondisi awal sebesar 46,07% setelah siklus 1 menjadi 89,6% dilanjutkan siklus 2 menjadi 97,4%.


(11)

ix ABSTRACT

IMPROVED ATTITUDE OF THE MUTUAL COOPERATION CIVICS LEARNING THROUGH THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE

LEARNING MODEL WITH TYPE OF JIGSAW FOR CLASS II IN SD KANISIUS KADIROJO

Nugroho Ragil Sutoto Sanata Dharma University

2016

Lack of planting and an understanding of mutual cooperation a positive attitude to the younger generation thought to be one cause of the frequent occurrence of brawls, cooperate in cheating, and stealing a negative reaction to the attitude of mutual cooperation in life. The purpose of this study was to 1) describe and know the description of civics learning implementation model Jigsaw Cooperative Learning in order to enhance the solidarity of the people for the second grade in elementary K Kadirojo. 2) Improving and determine the increase of mutual solidarity of the second grade students through the implementation of learning civics learning model Jigsaw Cooperative Learning in Elementary K Kadirojo.

To improve students' attitudes of mutual cooperation of researchers using classroom action research, carried out for 2 cycles. Each cycle consists of planning, action, observation, and reflection. The subjects were students of class II Elementary School Canisius Kadirojo. Data collection techniques used were questionnaires and assisted observation and interviews. Data were analyzed by describing every aspect ranging from the initial conditions, cycle 1 and cycle 2.

Based on the results of this study concluded that the implementation of the teaching model of cooperative learning jigsaw can improve the attitude of mutual cooperation through civics lesson for students of class II, SD Canisius Kadirojo. Increasing students 'attitude of mutual cooperation can be seen from the results of research that the average value of students' attitude of mutual cooperation in the initial conditions of 64.75 (Low), after the first cycle into 77.53 (Enough), followed by 2 cycles into 82.05 (High ). Percentage of students who have an attitude of mutual cooperation is also fairly minimal increase stems from the initial condition of 46.07% after cycle 1 to cycle 2 89.6% followed be 97.4%.


(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Peningkatan Sikap Gotong Royong Melalui Pelaksanaan Pembelajaran Pkn Dengan Model Cooperative Learning tipe Jigsaw Untuk Siswa Kelas II di SD Kanisius Kadirojo.” Skripsi ini disusun untuk melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari bahwa selama proses pelaksanaan penelitian yang telah penulis lakukan tidak lepas dari kesalahan. Untuk itu izinkalah penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Rohandi, Ph.D., selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. G.Ari Nugrahanta, S.J.,S.S.,BST.,M.A., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

3. Christiyanti Aprinastuti S.Si., M.Pd., selaku Wakil Ketua Program Guru Sekolah Dasar.

4. Drs. Paulus Wahana, M.Hum., selaku dosen pembimbing 1 yang selalu memberikan masukan dan semangat kepada peneliti.

5. Elisabeth Desiana Mayasari, S.Psi.,M.A., selaku dosen pembimbing 2 yang selalu memberikan masukan dan dukungan kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi.

6. Th. Tin Supartinah, sebagai Kepala SD Kanisius Kadirojo yang telah berkenan memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian. 7. Lestari Puji Utami selaku guru wali kelas II yang telah berkenan untuk

berkaloborasi dengan peneliti.

8. Bapak dan Ibu guru serta staf karyawan SD Kanisius Kadirojo yang telah banyak membantu dan memberikan bimbingan serta informasi yang bermanfaat bagi penelitian.


(13)

xi 9. Kedua orangtua

doa dukungan se 10. Kartika Ega Z

sayang dan do 11. Seluruh anggot

menyelesaikan t 12. Semua pihak

sebutkan satu pe

Penulis karena keterba mengharapkan penulis berhar

xi

gtuaku, Bapak Sugito dan Ibu Sri Sunarti yang dukungan serta cinta kasihnya.

Zerlina yang selalu memberikan dukungan, p n doa.

nggota payung skripsi yang telah berjuang dan be kan tugas skripsi.

k yang telah membantu praktikan, yang tida tu per satu sehingga praktikan dapat menyelesai

nulis juga menyadari bahwa laporan ini masih ja erbatasan yang dimiliki penulis. Oleh kar an kritik dan saran yang membangun dari pem harap semoga skripsi ini bermanfaat dan berguna

Yogyakarta, 2 Penulis,

Nugroho Ragi

xi

ng telah memberikan

n, perhatian dan kasih

n bekerja sama untuk

idak dapat praktikan saikan penelitian.

h jauh dari sempurna karena itu, penulis pembaca. Akhir kata,

una bagi pembaca.

, 29 Januari 2016


(14)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Definisi Operasional ... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

2.1 Kajian Teori ... 8

2.1.1 Model PembelajaranCooperative Learning ... 8

2.1.1.1 PengertianCooperative Learning... 8

2.1.1.2 Unsur-UnsurCooperative Learning ... 9

2.1.1.3 TujuanCooperative Learning ...12


(15)

xiii

2.1.1.5 KarakteristikCooperative Learning ... 13

2.1.1.6 Prinsip-PrinsipCooperative Learning ... 15

2.1.2 Model PembelajaranCooperative LearningtipeJigsaw ... 15

2.1.3 Pembelajaran PKn ... 19

2.1.3.1 Pengetian PKn ... 19

2.1.3.2 Tujuan PKn ... 20

2.1.4 Sikap ... 20

2.1.4.1 Pengertian Sikap ... 20

2.1.4.2 Komponen Sikap ... 21

2.1.5 Nilai gotong-royong ... 22

2.2 Penelitian-Penelitian Terdahulu ... 23

2.2.1 Hasil Penelitian yang Relevan tentang pembelajaran PKn ... 24

2.2.2 Hasil Penelitian yang Relevan tentang modelCooperative LearningtipeJigsaw ... 23

2.3 Kerangka Berfikir ... 26

2.4 Hipotesis Tindakan ... 27

BAB III METODE PENELITIAN ... 28

3.1 Jenis Penelitian ... 28

3.2 Setting Penelitian ... 29

3.2.1 Tempat Penelitian ... 29

3.2.2 Subjek Penelitian ... 29

3.2.3 Objek Penelitian ... 29

3.3. Desain Penelitian ... 30

3.3.1 Persiapan ... 30

3.3.2 Rencana Setiap Siklus ... 30

3.3.2.1 Siklus I ... 31

3.3.2.2 Siklus II ... 36

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 40

3.4.1 Observasi ... 40


(16)

xiv

3.4.3 Kuesioner ... 41

3.5 Instrumen Penelitian ... 42

3.5.1 Lembar Kuesioner ... 42

3.5.2 Lembar Observasi ... 45

3.5.3 Pedoman Wawancara ... 46

3.6 Teknik Pengujian Instrumen ... 47

3.6.1 Validitas ... 47

3.6.2 Reliabilitas ... 51

3.7 Teknik Analisis Data ... 52

3.8 Indikator Keberhasilan ... 57

3.9 Jadwal Penelitian ... 58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 59

4.1 Hasil Penelitian ... 59

4.1.1 Siklus 1 ... 59

4.1.1.1 Perencanaan ... 59

4.1.1.2 Tindakan ... 60

4.1.1.3 Pengamatan ... 60

4.1.1.4 Refleksi ... 66

4.1.2 Siklus 2 ... 68

4.1.2.1 Perencanaan ... 68

4.1.2.2 Tindakan ... 68

4.1.2.3 Pengamatan ... 69

4.1.2.4 Refleksi ... 75

4.2 Pembahasan ... 76

BAB V PENUTUP ... 83

5.1 Kesimpulan ... 83

5.2 Keterbatasan Masalah ... 84


(17)

xv

DAFTAR PUSTAKA ... 86 LAMPIRAN ... 88


(18)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Skala Likert ... 42

Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner ... 43

Tabel 3.3 Tabel Item Pernyataan Kognitif ... 43

Tabel 3.4 Tabel Item Pernyataan Afektif ... 44

Tabel 3.5 Tabel Item Pernyataan Konatif ... 44

Tabel 3.6 Kisi-kisi lembar observasi ... 45

Tabel 3.7 Pedoman Wawancara pada Guru ... 46

Tabel 3.8 Hasil uji kuesioner ... 49

Tabel 3.9 Hasil Skala Sikap yang dipilih ... 50

Tabel 3.10 Koefisien Reliabilitas ... 51

Tabel 3.11 Hasil Reliabilitas Item ... 52

Tabel 3.12 Kriteria PAP tipe 1 (Masidjo, 1995) ... 53

Tabel 3.13 Batas Skor Aspek Kognitif ... 54

Tabel 3.14 Batas Skor Aspek Afektif ... 55

Tabel 3.15 Batas Skor aspek Konatif... 55

Tabel 3.16 Kriteria skor secara keseluruhan ... 56

Tabel 3.17 Tabel perhitungan batas nilai rata-rata siswa ... 56

Tabel 3.18 Indikator keberhasilan ... 57

Tabel 3.19 Jadwal Penelitian ... 58

Tabel 4.1 Hasil Kuesioner Siklus 1 Aspek Kognitif ... 61


(19)

xvii

Tabel 4.3 Hasil Kuesioner Siklus 1 Aspek Konatif ... 63

Tabel 4.4 Rangkuman Hasil Siklus 1 per aspek ... 64

Tabel 4.5 Rangkuman hasil siklus 1 secara keseluruhan ... 65

Tabel 4.6 Hasil Kuesioner Siklus 2 Aspek Kognitif ... 69

Tabel 4.7 Hasil Kuesioner Siklus 2 Aspek Afektif ... 70

Tabel 4.8 Hasil Kuesioner Siklus 2 Aspek Konatif ... 72

Tabel 4.9 Rangkuman Hasil Siklus 2 ... 73

Tabel 4.10 Rangkuman hasil siklus 2 secara keseluruhan ... 74

Tabel 4.11 Presentase sikap gotong royong siswa secara keseluruhan ... 76

Tabel 4.12 Hasil Presentase jumlah siswa yang memiliki sikap gotong royong per aspek ... 78


(20)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1Literature mappenelitian-penelitian terdahulu... 25 Gambar 3.1 Bagan siklus PTK menurut (Kemmis dan McTaggart

dalam Arikunto, 2014) ... 29 Gambar 4.1 Grafik persentase sikap gotong royong siswa secara

keseluruhan ... 77 Gambar 4.2 Grafik hasil persentase jumlah siswa yang memiliki sikap

gotong royong ... 79 Gambar 4.3 Grafik nilai rata-rata sikap gotong royong siswa ... 80


(21)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Silabus Pembelajaran ... 88

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 92

Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa dan Soal Evaluasi ... 119

Lampiran 4 Contoh Kuesioner sebelum disebar ... 122

Lampiran 5 Validasi Kuesioner ... 128

Lampiran 6 Contoh Kuesioner Siklus 1 ... 135

Lampiran 7 Contoh Kuesioner Siklus 2 ... 137

Lampiran 8 Hasil Perhitungan Kuesioner Kondisi Awal ... 139

Lampiran 9 Hasil Wawancara ... 144

Lampiran 10 Hasil Observasi ... 148

Lampiran 11 Foto Siklus 1 dan Siklus 2 ... 152

Lampiran 12 Surat Izin Penelitian ... 156

Lampiran 13 Surat Keterangan telah melakukan Penelitian ... 158


(22)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bagian pendahuluan terdapat lima hal yang akan diuraikan oleh penulis. Lima hal tersebut adalah latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan definisi operasional.

1.1 Latar Belakang

Pendidikan adalah kegiatan yang dilakukan secara sengaja dan sudah terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan aspek spiritualitas, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU RI Nomor 20 Tahun 2001). Salah satu mata pelajaran untuk mengembangkan aspek-aspek tersebut yaitu melalui pembelajaran PKn.

Pendidikan kewarganegaraan adalah salah satu mata pelajaran penting yang harus diajarkan di sekolah dasar. PKn harus dikuasai karena bahasan pada pembelajarannya berhubungan langsung dengan sikap yang harus diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu sikap yang di ajarkan dalam pembelajaran PKn adalah gotong-royong. Pembelajaran PKn diharapkan tidak hanya sekedar menjelaskan secara verbal tentang gotong royong, tetapi juga dapat menumbuhkan sikap gotong royong siswa yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan konatif.


(23)

Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, diharapkan dalam pembelajaran anak dapat mengalami tentang kegiatan bergotong royong, sehingga bisa merasakan dan menghargai makna gotong royong dan lebih lanjut terdorong untuk membiasakan kegiatan gotong royong. Gotong royong memiliki pengertian sebagai bentuk kerja sama untuk mencapai tujuan tertentu dengan azas timbal balik yang mewujudkan adanya ketentuan sosial dalam masyarakat. Gotong royong dapat terwujud secara spontan, tanpa pamrih atau untuk memenuhi kewajiban sosial. Dengan bergotong-royong maka suatu permasalahan ataupun kebutuhan dapat di selesaikan dengan lebih mudah dan cepat (Purna, 1996).

Masyarakat generasi muda pada zaman modern ini kebanyakan sudah melupakan nilai gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat. Seperti berita dari (Merdeka.com pada Jumat, 20 April 2012) tentang Anak SD tawuran memakai potongan kayu dan bambu. Walaupun masih kecil, tingkah anak-anak sekolah dasar ini sudah kelewat batas. Berdasarkan berita tersebut, terjadi penurunan sikap gotong royong positif antar sesama pelajar. Salah satu aspek dari gotong royong yaitu hidup rukun antar sesama manusia sudah luntur. Maka dari itu pembentukkan karakter yang baik harus dilakukan sejak dini.

Peneliti ahkirnya tergerak untuk melakukan penelitian. Pada Senin, 3 Agustus 2015 peneliti telah melakukan observasi. Observasi dilakukan di kelas II SD K Kadirojo yang berjumlah 31 siswa. Dari observasi yang peneliti lakukan, terlihat ketika guru meminta siswa untuk berkelompok, sebagian


(24)

siswa tidak mau karena tidak suka dengan salah satu anak. Selain itu ada salah satu dari siswa yang ejek-ejekan dan akhirnya mereka berkelahi. Sejalan dengan hasil wawancara yang peneliti lakukan pada wali kelas yang sebelumnya mengampu siswa sewaktu masih kelas I, yaitu Ibu Tri. Beliau mengatakan jika ada anak yang kurang dalam hal gotong-royong, ada anak yang kurang sopan terhadap guru, malas-malasan ketika diminta piket, dan suka mengejek siswa yang lain.

Selain observasi dan wawancara, peneliti tertarik untuk melihat sikap yang ada pada diri siswa di SD Kanisius Kadirojo. Dari hasil kondisi awal yang didapatkan melalui kuesioner, didapatkan bahwa rata-rata nilai sikap gotong royong siswa sebesar 64,75 (Rendah), dan persentase siswa yang memiliki sikap gotong royong kriteria minimal cukup hanya sebesar 46,07%. Hasil tersebut masih dinilai rendah dan perlu ditingkatkan lagi. Pembelajaran PKn tentang gotong royong tidak hanya sekedar memahami, tetapi juga memiliki sikap positif terhadap nilai gotong royong. Maka dalam penelitian ini, peneliti melakukan pembelajaran PKn menggunakan model pembelajaran

Cooperative Learning untuk membantu meningkatkan sikap positif siswa terhadap gotong royong.

Model pembelajaran Cooperative Learning akan cocok untuk memaksimalkan pembelajaran tersebut. Model tersebut bisa membuat siswa untuk memahami nilai gotong-royong karena siswa bisa melakukannya secara langsung ketika pembelajaran. Model pembelajaran Cooperative Learning


(25)

kontekstual. Sistem pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai sistem kerja atau belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok (Johnson & Johnson, 1993), yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok. Pembelajaran tersebut diharapkan dapat mendidik dan meningkatkan nilai gotong-royong siswa baik di sekolah maupun di masyarakat.

Penelitian ini dibatasi pada peningkatan sikap gotong royong melalui pelaksanaan pembelajaran PKn untuk siswa kelas II SD K Kadirojo yang berlokasi di Purwomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta pada semester ganjil tahun ajaran 2015/2016 dengan SK “1. Membiasakan hidup bergotong royong” dan KD “1.1 Mengenal pentingnya hidup rukun, saling berbagi dan tolong menolong dan 1.2 Melaksanakan hidup rukun, saling berbagi dan tolong menolong di rumah dan di sekolah.” Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalahCooperative LearningtipeJigsaw.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran PKn menggunakan model

Cooperative Learning tipe Jigsaw dalam rangka meningkatkan sikap gotong-royong pada bagi siswa kelas II di SD K Kadirojo ?

1.2.2 Apakah pelaksanaan pembelajaran PKn dengan model Cooperative LearningtipeJigsaw dapat meningkatkan sikap gotong-royong siswa kelas II di SD K Kadirojo semester ganjil tahun ajaran 2015/2016?


(26)

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Menggambarkan dan mengetahui gambaran pelaksanaan pembelajaran PKn menggunakan model Cooperative Learning tipe

Jigsaw dalam rangka meningkatkan sikap gotong-royong bagi siswa kelas II di SD K Kadirojo.

1.3.2 Meningkatkan dan mengetahui peningkatan sikap gotong-royong siswa kelas II melalui pelaksanaan pembelajaran PKn dengan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Jigsaw di SD K Kadirojo semester ganjil tahun ajaran 2015/2016.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Siswa

1.4.1.1 Dengan pembelajaran model Cooperative Learning tipe

Jigsaw, sikap gotong royong siswa dapat meningkat dengan lebih mudah.

1.4.2 Bagi Guru

1.4.2.1 Guru dapat membantu siswa dalam meningkatkan sikap gotong royong siswa.

1.4.3 Bagi Sekolah

1.4.3.1 Meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan di sekolah. 1.4.3.2 Sekolah memiliki tambahan referensi pengetahuan baru

tentang bagaimana meningkatkan sikap gotong royong melalui model Cooperative LearningtipeJigsaw.


(27)

1.4.4 Bagi Peneliti

1.4.4.1 Peneliti memperoleh pengalaman langsung tentang penelitian tindakan kelas.

1.4.4.2 Peneliti dapat menambah wawasan tentang pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran yang cocok sehingga mampu meningkatkan sikap gotong royong pada siswa.

1.5 Definisi Operasional

1.5.1 Cooperative Learning

Cooperative Learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih.

1.5.2 Cooperative LearningtipeJigsaw

Cooperative Learning tipe Jigsaw adalah suatu teknik pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalams kelompoknya.

1.5.3 Pembelajaran PKn

PKn adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara yang cerdas


(28)

1.5.4 Sikap

Reaksi atau respon seseorang terhadap rangsangan dari objek sikap yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan konatif.

1.5.5 Gotong-royong

Gotong royong adalah bekerja bersama-sama dalam menyelesaikan pekerjaan dan secara bersama-sama menikmati hasil pekerjaan tersebut secara adil.


(29)

8

BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bagian landasan teori terdapat empat hal penting yang akan diuraikan oleh peneliti. Empat hal tersebut adalah kajian teori, penelitian yang relevan, kerangka berpikir dan hipotesis tindakan

2.1 Kajian Teori

2.4.1 Model Pembelajaran Cooperative Learning 2.4.1.1 Pengertian Cooperative Learning

Menurut Eggen dan Kauchak (dalam Hosnan, 2014), model pembelajaran adalah pedoman berupa program atau petunjuk strategi mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu pembelajaran. Pedoman itu memuat tanggung jawab guru dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran. salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan guru adalah model pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning).

Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen (Slavin, dalam Rusman, 2013). Pendapat lain sebagaimana dikemukakan oleh Suprijono (dalam Hosnan, 2014),

Cooperative Learning adalah pembelajaran dengan konsep yang lebih luas, meliputi semua jenis kerja kelompok, termasuk


(30)

bentuk-bentuk yang dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru.

Cooperative Learning adalah solusi ideal terhadap masalah menyediakan kesempatan berinteraksi secara kooperatif dan tidak dangkal kepada siswa dari latar belakang etnik yang berbeda (Slavin, dalam Hosnan, 2014).

Berdasarkan beberapa pengertian cooperative learning di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa cooperative learning adalah pembelajaran yang melatih siswa untuk bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 6 siswa dan bersifat heterogen. Cooperative Learning menekankan kerjasama dalam kelompok, keberhasilan kerja kelompok sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.

2.4.1.2 Unsur-Unsur Cooperative Learning

Roger dan Johnson (dalam Hosnan, 2014) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok dapat dianggap cooperative learning.

Untuk mencapai hasilyang maksimal, 6 unsur model pembelajaran gotong royong hatus diterapkan dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:

1. Saling ketergantungan positif

Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya. Dalam cooperative learning, guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling


(31)

ketergantungan satu sama lain. Saling ketergantungan tersebut dapat dicapai melalui: (1) saling ketergantungan pencapaian tujuan, (2) saling ketergantungan dalam menyelesaikan pekerjaan, (3) ketergantungan bahan atau sumber untuk menyelesaikan pekerjaan, (4) saling ketergantungan peran. 2. Interaksi tatap muka

Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan membuat para siswa untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing. Para anggota kelompok perlu diberi kesempatan untuk saling mengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka dan interaksi pribadi.

Interaksi tatap muka menuntut para siswa dalam kelompok dapat bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog, tidak hanya dengan guru, tetapi juga dengans esama siswa yang memungkinkan para siswa dapat menjadi sumber belajar.

3. Akuntabilitas individual

Meskipun cooperative learning diwujudkan dalam kerja kelompok, tetapi penilaian dalam rangka mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap suatu materi pelajaran dilakukan


(32)

secara individual. Nilai kelompok didasarkan atas rata-rata hasil belajar semua anggotanya, oleh karena itu tiap anggota harus memberikan kontribusi yang maksimal demi keberhasilan kelompok. Penilaian kelompok yang didasarkan atas rata-rata penguasaan semua anggota kelompok secara individu inilah yang dimaksud dengan akuntabilitas individual.

4. Keterampilan menjalin hubungan antarpribadi

Melalui cooperative learning dapat menimbulkan keterampilan menjalin antarpribadi. Hal ini dikarenakan dalam

cooperative learning menekankan aspek tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri dan berbagai sifat lainya. 5. Komunikasi antaranggota

Unsur ini menghendaki agar para siswa dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Keberhasilan suatu kelompok juga dipengaruhi kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan mengutarakan pendapat mereka.

6. Evaluasi proses kelompok

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka agar selanjutnya bisa bekerjasama dengan


(33)

lebih efektif. Waktu evaluasi tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, melainkan bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajar terlibat dalam kegiatan pembelajarancooperative learning.

2.4.1.3 Tujuan Cooperative Learning

Strategi pembelajaran cooperative learning dikembangkan setidaknya tiga tujuan pembelajaran (Ibrahim dalam Hosnan, 2014).

1. Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.

2. Pembelajarancooperative learningmemberikan peluang kepada siswa yang berbeda dari latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama.

3. Mengajarkan kepada sisa tetntang ketrampilan kerjasama dan kolaborasi.keterampilan ini penting karena anak muda dan orang dewasa saat ini masih kurang dalam keterampilan sosial.

2.4.1.4 Manfaat Cooperative Learning

Pembelajarancooperative learning memiliki banyak manfaat bagi siswa. Menurut Johnson dan Johnson (dalam Hosnan, 2014), ada beberapa keunggulan atau manfaat dari cooperative learning, di antaranya sebagai berikut :

1. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial. 2. Mengembangkan kegembiraan belajar.


(34)

3. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan, informasi, perilaku sosial dan pandangan.

4. Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen.

5. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois 6. Meningkatkan motivasi belajar

2.4.1.5 Karakteristik Cooperative Learning

Pembelajaran cooperative learning memiliki beberapa cirri atau karakteristik tersendiri. Rusman (2013) menjelaskan karakteristik atau ciri-ciri pembelajaran cooperative learning

diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Pembelajaran secara tim

Cooperative learning adalah pembelajaran yang dilakukan secara tim atau berkelompok. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat setiap siswa belajar. Setiap anggota harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2. Didasarkan pada manajemen kooperatif

Manajemen dalam hal ini memiliki tiga fungsi, yaitu: (a) Fungsi manajemen sebagai perencanaan pelaksanaan, menunjukkan bahwa pembelajaran cooperative learning

dilaksanakan sesuai dengan perencanaan dan langkah-langkah pembelajaran yang telah ditentukan. (b) Fungsi manajemen


(35)

sebagai organisasi, menunjukkan bahwa pembelajaran

cooperative learning perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif. (c) Fungsi manajemen sebagai kontrol, menunjukkan bahwa dalam pembelajaran

cooperative learning. Perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui tes maupun nontes.

3. Kemauan untuk bekerja sama

Keberhasilan pembelajaran cooperative learning

ditentukan oleh keberhasilan kerja sama secara kelompok. Oleh karena itu, prinsip kebersamaan atau kerja sama perlu ditekankan dalam pembelajaran cooperative learning. Tanpa kerja sama yang baik, maka pembelajaran tidak akan mencapai hasil yang optimal.

4. Keterampilan bekerja sama

Kemampuan bekerja sama dipraktikkan melalui aktivitas dalam kegiatan pembelajaran secara berkelompok. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk meningkatan kemampuan bekerja sama secara berkelompok.


(36)

2.4.1.6 Prinsip-Prinsip Cooperative Learning

Menurut Hosnan (2014), ada beberapa prinsip-prinsip dalam

cooperative learning,yaitu : 1. Belajar aktif

Siswa diberi kesempatan untuk berdiskusi, mengemukakan pendapat dan idenya, melakukan eksplorasi terhadap materi yang sedang dipelajari, serta menafsirkan hasilnya secara bersama-sama di dalam kelompok.

2. Pendekatan kontruktivistik

Strategi pembelajaran kooperatif dapat mendorong siswa untuk mampu membangun pengetahuan secara bersama-sama di dalam kelompok. Mereka didorong untuk menemukan dan mengkontruksi materi yang sedang dipelajari melalui diskusi, observasi atau percobaan.

3. Pendekatan kooperatif

Pendekatan ini mendorong dan member kesempatan kepada siswa untuk terampil berkomunikasi. Siswa didorong untuk mampu menyatakan pendapat atau idenya dengan jelas, mendengarkan orang lain dan menanggapinya dengan tepat.

2.4.2 Model Pembelajaran Cooperative Learning tipe Jigsaw

Jigsaw dalam bahasa Inggris adalah gergaji ukir dan ada jua yang menyebutnya dengan istilah puzzle yaitu sebuah teka-teki menyusun potongan gambar. Cooperative learning model Jigsaw ini


(37)

mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji, yaitu siswa melakukan suatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.

Johnson (dalam Hosnan, 2014) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ialah kegiatan belajar secara kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja sama sampai kepada pengalaman belajar yang maksimal, baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok.

Menurut (Hosnan, 2014), pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pembelajaran. Tujuanya tidak lain adalah mencapai prestasi yang maksimal, baik individu maupun kelompok.

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah sebagai berikut (Rusman, 2013) :

1. Siswa dikelompokkan dengan anggota kurang lebih empat orang;

2. Setiap anggota kelompok diberi materi dan tugas yang berbeda; 3. Anggota dari kelompok yang berbeda dengan penugasan yang

sama membentuk kelompok baru (kelompok ahli);

4. Setelah kelompok ahli berdiskusi, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan menjelaskan kepada anggota kelompok asal tentang materi yang telah mereka pelajari;


(38)

5. Setiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi; 6. Guru memberikan evaluasi

Slavin (dalam Hosnan, 2014) mengemukakan beberapa aktivitasJigsaw,meliputi :

1. Membaca

Siswa memperoleh topik-topik permasalahan untuk dibaca sehingga mendapatkan informasi dari permasalahan tersebut. 2. Diskusi kelompok ahli

Siswa yang telah mendapatkan topik permasalahan yang sama bertemu dalam satu kelompok (kelompok ahli) untuk mendiskusikan topik permasalahan tersebut.

3. Laporan kelompok

Kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan menjelaskan hasil yang didapat dari diskusi tim ahli.

4. Kuis

Siswa memperoleh kuis individu yang mencakup semua topik permasalahan.

Johnson dan Johnson (dalam Rusman, 2013) melakukan penelitian tentang pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang hasilnya menunjukkan bahwa interaksi kooperatif memiliki berbagai pengaruh positif bagi perkembangan anak. Pengaruh positif terdebut diantaranya adalah :


(39)

1. Meningkatkan hasil belajar; 2. Meningkatkan daya ingat;

3. Dapat digunakan untuk mencapai tahap penalaran tingkat tinggi;

4. Meningkatkan keterampilan hidup bergotong royong 5. Meningkatkan hubungan antar manusia yang heterogen; 6. Meningkatkan perilaku penyesuaian sosial yang positif

Jadi dapat disimpulkan bahwa Cooperative Learning tipe

Jigsaw adalah suatu teknik pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar (kelompok ahli) dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (kelompok asal).

Dalam pembelajaran Cooperative Learning tipe Jigsaw ini siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan mengolah informasi yang didapat. Selain itu siswa dapat meningkatkan kemampuan gotong royong, berkomunikasi, dan melatih tanggung jawab antar anggota kelompok.

Langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Siswa dikelompokkan dengan anggota kurang lebih empat orang;


(40)

2. Setiap anggota kelompok diberi materi dan tugas yang berbeda; 3. Anggota dari kelompok yang berbeda dengan penugasan yang

sama membentuk kelompok baru (kelompok ahli);

4. Setelah kelompok ahli berdiskusi, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan menjelaskan kepada anggota kelompok asal tentang materi yang telah mereka pelajari;

5. Setiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi; 6. Guru memberikan evaluasi

2.4.3 Pembelajaran PKn 2.4.3.1 Pengetian PKn

Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil dan berkarakter seperti yang diamanatkan oleh pancasila dan UUD 1945 (Permendiknas No. 22 Tahun 2006).

Pendidikan Kewarganegaraan menurut buku kurikulum KTSP adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.


(41)

Pendidikan di SD adalah masa yang tepat untuk mendidik siswa tentang nilai-nilai kebaikan dan membentuk karakter siswa. Mata pelajaran PPKn membahas materi mengenai nilai yang menjadi tolok ukur manusia dalam betingkah laku di kehidupan sehari-hari.

2.4.3.2 Tujuan PKn

Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan menurut buku kurikulum KTSP adalah sebagai berikut :

1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.

2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi.

3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsabangsa lainnya.

4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

2.4.4 Sikap

2.4.4.1 Pengertian Sikap

Sikap manusia, atau untuk singkatnya kita sebut sikap, telah didefinisikan dalam berbagai versi oleh para ahli. Menurut LaPierre


(42)

(dalam Azwar, 1995), mendefinisikan sikap sebagai respons terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan.

Secord & Blackman (dalam Azwar, 1995), sikap adalah keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya.

Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut (Berkowitz, dalam Azwar, 1995).

Dari beberapa pendapat di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa sikap adalah respons terhadap stimuli sosial dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi). 2.4.4.2 Komponen Sikap

1. Kognitif

Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap (Azwar, 1995). Mann (dalam Azwar, 1995) menjelaskan bahwa komponen kognitif berisi persepsi, kepercayaan, dan stereotype yang dimiliki individu mengenai sesuatu.

2. Afektif

Komponen afektif merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi. Aspek emosional


(43)

inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin akan mengubah sikap seseorang (Azwar, 1995).

3. Konatif

Komponen konatif atau komponen perilaku dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya (Azwar, 1995).

2.4.5 Nilai gotong-royong

Nilai menurut Scheler (dalam Wahana, 2004) merupakan suatu kualitas yang tidak tergantung pada pembawanya, merupakan kualitas apriori (yang telah dapat dirasakan oleh manusia tanpa melalui pengalaman indrawi terlebih dahulu).

Gotong royong memiliki pengertian sebagai bentuk kerja sama untuk mencapai tujuan tertentu dengan azas timbal balik yang mewujudkan adanya ketentuan sosial dalam masyarakat. Gotong royong dapat terwujud secara spontan, tanpa pamrih atau untuk memenuhi kewajiban sosial. Dengan bergotong-royong maka suatu permasalahan ataupun kebutuhan dapat di selesaikan dengan lebih mudah dan cepat (Purna, 1996).

Gotong royong memiliki pengertian sebagai bentuk partisipasi aktif setiap individu untuk ikut terlibat dalam memberi nilai tambah


(44)

atau positif kepada setiap obyek, permasalahan atau kebutuhan orang banyak di sekelilingnya (Kartodirjo, 1987). Partisipasi aktif tersebut bisa berupa bantuan yang berwujud materi, keuangan, tenaga fisik, mental spiritual, ketrampilan, sumbangan pikiran atau nasihat yang konstruktif, sampai hanya berdoa kepada Tuhan.

2.2 Penelitian-Penelitian Terdahulu

2.2.1 Hasil Penelitian yang Relevan tentang pembelajaran PKn

Supriono (2006) melakukan penelitian yang berjudul “Penerapan Metode Pembelajaran Cooperative Model Jigsaw dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan”. Penelitian ini tergolong penelitian tindakan kelas. Guru berperan sebagai peneliti sekaligus observer di dalam kelas berkolaborasi dengan pusat sumber belajar yang membantu mempersiapkan fasilitas pembelajaran. Tujuan dari penelitian ini adalah penerapan metode pembelajaran kooperatif jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar pada kompetensi dasar tentang kemampuan mengkaji fungsi hukum dan pengadilan nasional. Hasil dari penelitian ini, dari dua kali tes yang dilakukan diperoleh rata-rata kelas 85,08 dari jumlah siswa sebanyak 31 orang dengan nilai terendah 77,44 dan tertinggi 92,28 sehingga kelulusan mencapai 100%. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan nilai rata-rata kelas setelah melakukan pembelajaran dengan Cooperative LearningtipeJigsaw.


(45)

2.2.2 Hasil Penelitian yang Relevan tentang model Cooperative Learning tipe Jigsaw

Mulyanto (2007) melakukan penelitian yang berjudul “Pendekatan Cooperative Learning Teknik Jigsaw untuk Meningkatkan Penguasaan Operasi Pecahan di SDN Paseh I Kabupaten Sumedang.” Dalam penelitian ini Mulyanto menggunakan metode penelitian kualitatif. Tujuan dari penelitian ini adalah memecahkan persoalan konsep menyamakan penyebut dalam pembelajaran matematika untuk pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan pecahan tak senama, dan juga untuk menghasilkan suatu kajian ilmiah dalam bidang pembelajaran tentang penerapan pendekatan cooperative learning tehnik jigsaw di SDN Paseh I Kabupaten Sumedang.

Hasil dari penelitian ini, dari siklus I sampai dengan siklus IV semua kelompok domonan menggunakan cara ke empat, kecuali pada soal yang penyebutnya bilangan prima. Semua kelompok dapat menyelesaikan semua soal dengan baik dan cepat tanpa mengalami kesulitan yang berarti dari sepuluh soal yang diajukan, tidak satu kelompokpun yang salah.


(46)

Gambar 2.1Literature mappenelitian-penelitian terdahulu.

Dari penelitian yang relevan di atas, peneliti melakukan penelitian yang berjudul berjudul “Peningkatan Sikap Gotong Royong Melalui Pelaksanaan Pembelajaran PKn dengan Model Coopertive Learning tipe Jigsawuntuk Siswa Kelas II di SD Kanisius Kadirojo”. Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, karena mempunyai kekhususan untuk meningkatkan sikap gotong royong peserta didik. Penelitian ini menggabungkan model Cooperative Learning tipe Jigsaw dalam melakukan pembelajaran PKn. Sehingga melalui pembelajaran Cooperative Learning tipe Jigsaw yang menekankan kerjasama kelompok dapat membuat siswa mampu meningkatkan sikap positif dalam bergotong royong.

MetodeCooperative Learningtipe Jigsaw

Pembelajaran PPkn

Mulyanto (2007)

Meningkatkan Penguasaan Operasi Pecahan

Supriono (2006)

Meningkatkan prestasi belajar pada kompetensi dasar tentang kemampuan mengkaji fungsi hukum

dan pengadilan nasional

Yang perlu diteliti :

Meningkatan sikap gotong royong melalui pelaksanaan pembelajaran PKn dengan model


(47)

2.3 Kerangka Berpikir

Nilai kerja sama atau gotong-royong antar manusia harus ditanamkan sejak dini, agar manusia dapat berinteraksi dengan nyaman dan tercipta suasana hidup yang rukun antar masyarakat. Peningkatan nilai gotong-royong antar masyarakat saat ini, dapat ditanamkan sejak dini melalui pembelajaran PKn di SD. Pembelajaran PKn dirancang pemerintah untuk mendidik siswa untuk memahami nilai-nilai kehidupan. Salah satu nilai yang diajarkan dalam pembelajaran PKn adalah nilai gotong royong. Pembelajaran PKn tentang gotong royong tidak hanya sekedar memahami, tetapi juga diharap memiliki sikap positif terhadap nilai gotong royong. Dalam pelaksanaan pembelajaran, siswa diharapkan mengalami kegiatan-kegiatan gotong royong, sehingga mampu merasakan makna atau manfaat kegiatan gotong royong, dengan demikian terdorong membiasakan hidup bergotong royong dengan yang lain.

Model pembelajaran Cooperative Learning merupakan salah satu model pembelajaran yang mendukung pembelajaran kontekstual. Sistem pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai sistem kerja atau belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok. Pembelajaran tersebut dapat mendidik dan meningkatkan nilai gotong-royong siswa baik di sekolah maupun di masyarakat.

Salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kemampuan bekerja sama atau gotong-royong adalah model


(48)

Cooperative LearningtipeJigsaw. Dalam pembelajaranCooperative Learning

tipe Jigsaw ini, siswa siswa dapat meningkatkan kemampuan gotong royong, berkomunikasi, dan melatih tanggung jawab antar anggota kelompok.

Jika guru menerapkan model Cooperative Learning tipeJigsawdalam pembelajaran PKn , siswa dapat terbantu dalam meningkatkan sikap gotong-royong.

2.4 Hipotesis Tindakan

2.4.1 Pelaksanaan pembelajaran PKn menggunakan model Cooperative Learning tipe Jigsaw dalam rangka meningkatkan sikap gotong-royong bagi siswa kelas II di SD K Kadirojo dilaksanakan melalui tahap penjelasan materi oleh guru, pembentukan kelompok asal, pembentukan kelompok ahli, kembali ke dalam kelompok asal, presentasi dan evaluasi.

2.4.2 Pelaksanaan pembelajaran PKn dengan model pembelajaran

Cooperative Learning tipe Jigsaw dapat meningkatan sikap gotong-royong siswa kelas II di SD K Kadirojo semester ganjil tahun ajaran 2015/2016.


(49)

28

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab metode penelitian akan diuraikan penjelasan tentang jenis penelitian, setting penelitian, persiapan, rencana tindakan, teknik pengumpulan data, instrument penelitian, teknik analisis data, jadwal penelitian.

3.1 Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Kusnandar (2008) mengungkapkan bahwa PTK merupakan suatu penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru yang sekaligus berlaku sebagaai peneliti di kelasnya bersama-sama dengan orang lain (kolaborasi) dengan langkah-langkah meraancang, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif.

Model penelitian yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah model Kemmis dan McTaggart. Model penelitian ini terdiri dari empat tahapan pada tiap siklusnya yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian ini akan dilangsungkan dalam dua siklus, setiap siklus terdiri dari empat tahapan tersebut.


(50)

Gambar 3.1 Bagan siklus PTK menurut (Kemmis dan McTaggart dalam Arikunto, 2014)

3.2 Setting Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian

Peneliti akan melaksanakan penelitian di SD K Kadirojo yang berlokasi di Purwomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta.

3.2.2 Subjek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas II di SD K Kadirojo sebanyak 31 anak yang terdiri atas 18 siswa putra dan 13 siswi putri. Siswa kelas II di SD K Kadirojo sangat beragam dan berasal dari keluarga menengah ke bawah sampai menengah ke atas.

3.2.3 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah peningkatan sikap gotong royong melalui pelaksanaan pembelajaran PKn untuk siswa kelas II SD K Kadirojo pada semester ganjil tahun ajaran 2015/2016.

Pelaksanaan

Observasi

Perencanaan Refleksi

Refleksi Pelaksanaan

Hasil Observasi

Siklus I

Siklus I Perencanaan


(51)

3.3 Desain Penelitian 3.3.1 Persiapan

Pada tahap persiapan ini peneliti melakukan beberapa hal yang berkaitan dengan penelitian, yaitu:

1. Permintaan ijin kepada Kepala Sekolah SD K Kadirojo untuk melakukan penelitian di SD tersebut.

2. Melakukan observasi pada siswa kelas II di SD K Kadirojo untuk mengetahui bagaimana kondisi dan karakteristik siswa.

3. Melakukan wawancara kepada guru kelas II dan beberapa siswa di SD K Kadirojo untuk mengetahui kondisi awal siswa dan permasalahan yang dialami ketika di kelas.

4. Mengkaji materi sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasarnya.

5. Merumuskan masalah

6. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Lembar Kerja Siswa, dan Instrumen penelitian.

3.3.2 Rencana Setiap Siklus

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Alokasi waktu untuk setiap siklus adalah 2 kali jam pelajaran (2x35 menit).


(52)

3.3.2.1 SIKLUS I 1. Perencanaan

Perencanaan yang dilakukan meliputi: penyusunan RPP, LKS, mempersiapkan instrumen penelitian, dan membuat soal evaluasi untuk siklus I.

2. Pelaksanaan Pertemuan 1 a. Kegiatan Awal

1) Doa dan salam pembuka

2) Guru memberikan apersepsi pelajaran kepada siswa.

3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu tentang gotong royong di lingkungan sekolah.

4) Guru membagikan kuesioner untuk mengetahui kondisi awal

b. Kegiatan Inti :

1) Guru bertanya kepada siswa tentang apa saja yang mereka ketahui tentang hidup rukun, saling berbagi, dan tolong menolong dalam kehidupan.

2) Guru menyampaikan materi pembelajaran dengan menggunakan video pembelajaran tentang tolong menolong, hidup rukun, dan saling berbagi.

3) Guru menjelaskan pengertian tolong menolong, hidup rukun, dan saling berbagi.


(53)

4) Guru mengajak siswa mendalami materi tersebut lewat teks bacaan ataupun PPT.

5) Guru membagi siswa ke dalam 5 kelompok (kelompok asal), setiap kelompok terdiri dari 6 siswa yang heterogen.

6) Setiap 2 siswa dalam 1 kelompok diberikan materi yang sama. - Siswa 1 dan 2 mendapatkan materi pengertian hidup rukun - Siswa 3 dan 4 mendapatkan materi pengertian saling berbagi - Siswa 5 dan 6 mendapatkan materi pengertian tolong menolong 7) Setiap 2 siswa yang memperoleh materi sama pada setiap tim

berkumpul ke dalam kelompok baru (kelompok ahli) yang sesuai dengan bidang/materi yang didapat untuk mendiskusikan subbab mereka.

8) Siswa secara berkelompok mengerjakan soal yang diberikan guru. 9) Setelah selesai berdiskusi dengan kelompok ahli, setiap anggota

kembali ke kelompok asal untuk bergantian mengajar teman satu kelompok mereka tentang subbab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh.

10) Setelah kelompok siswa ahli selesai saling mengajar di kelompok asal, setiap kelompok ahli mempresentasikan hasil diskusinya. 11) Setelah sesuai dengan harapan selanjutnya guru memberikan

evaluasi hasil diskusi kelompok secara bersama-sama.

12) Guru memberikan apresiasi atas hasil kerja para siswa dengan tepuk tangan.


(54)

13) Siswa kembali ke tempat duduk masing-masing.

14) Siswa mengerjakan soal akhir yang diberikan oleh guru. 15) Guru mengumpulkan jawaban siswa untuk dievaluasi. c. Penutup

1) Guru bersama siswa membuat kesimpulan tentang materi yang telah mereka pelajari

2) Guru meminta siswa membuat refleksi tentang pembelajaran yang telah mereka laksanakan

3) Guru menutup pembelajaran dengan salam 4) Guru mempersilahkan siswa untuk beristirahat

Pertemuan 2 a. Kegiatan awal

1) Doa dan salam pembuka

2) Guru memberikan apersepsi pelajaran kepada siswa. 3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

b. Kegiatan Inti

1) Guru bertanya kepada siswa tentang apa saja yang merupakan kegiatan yang mencerminkan hidup rukun, saling berbagi, dan tolong menolong dalam kehidupan.

2) Guru memberikan contoh kegiatan hidup rukun, saling berbagi, dan tolong menolong di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat lewat video dan contoh yang bukan (hal negatif) hidup rukun, saling berbagi, dan tolong menolong dalam kehidupan.


(55)

3) Guru mengajak siswa mendalami materi tersebut lewat teks bacaan ataupun PPT.

4) Guru membagi siswa ke dalam 5 kelompok (kelompok asal), setiap kelompok terdiri dari 6 siswa yang heterogen dan kelompok ini berbeda dengan kelompok pada pertemuan pertama (diacak lagi). 5) Setiap 2 siswa dalam 1 kelompok diberikan materi yang sama. 6) Siswa 1 dan 2 mendapatkan materi contoh kegiatan yang

mencerminkan hidup rukun dan yang tidak mencerminkan (di keluarga, sekolah dan masyarakat).

7) Siswa 3 dan 4 mendapatkan materi contoh kegiatan yang mencerminkan saling berbagi dan yang tidak mencerminkan mencerminkan (di keluarga, sekolah dan masyarakat).

8) Siswa 5 dan 6 mendapatkan materi contoh kegiatan yang mencerminkan tolong menolong dan yang tidak mencerminkan mencerminkan (di keluarga, sekolah dan masyarakat).

9) Setiap siswa memakainame tagsesuai dengan kelompoknya. 10) Setiap 2 siswa yang memperoleh materi sama pada setiap tim

berkumpul ke dalam kelompok baru (kelompok ahli) yang sesuai dengan bidang/materi yang didapat untuk mendiskusikan subbab mereka.

11) Di dalam kelompok ahli, siswa mengerjakan masalah dengan membedakan mana kegiatan yang mencerminkan hidup rukun,


(56)

tolong menolong, dan saling berbagi di kehidupan dan mana yang tidak mencerminkan dengan media gambar kegiatan.

12) Selanjutnya siswa memasukkan gambar dengan berdiskusi terlebih dahulu dalam satu kelompok ahli ke kotak yang bertuliskan kegiatan mencerminkan dan tidak mencerminkan.

13) Setelah selesai berdiskusi dengan kelompok ahli, setiap anggota kembali ke kelompok asal untuk bergantian mengajar teman satu kelompok mereka tentang subbab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh.

14) Setelah kelompok siswa ahli selesai saling mengajar di kelompok asal, setiap kelompok ahli mempresentasikan hasil diskusinya. 15) Setelah sesuai dengan harapan selanjutnya guru memberikan

evaluasi hasil diskusi kelompok secara bersama-sama.

16) Guru memberikan apresiasi atas hasil kerja para siswa dengan tepuk tangan.

17) Guru menjelaskan akibat dari kegiatan yang tidak mencerminkan hidup rukun, tolong menolong, dan saling berbagi.

18) Siswa kembali ke tempat duduk masing-masing.

19) Siswa mengerjakan soal akhir yang diberikan oleh guru. 20) Guru mengumpulkan jawaban siswa untuk dievaluasi. c. Penutup

1) Guru bersama siswa membuat kesimpulan tentang materi yang telah mereka pelajari


(57)

2) Guru meminta siswa membuat refleksi tentang pembelajaran yang telah mereka laksanakan

3) Guru membagikan kuesioner kepada siswa 4) Guru menutup pembelajaran dengan salam 5) Guru mempersilahkan siswa untuk beristirahat

3. Observasi

Peneliti akan dibantu oleh satu orang guru yang bertindak sebagai pengamat pembelajaran dengan cara mengobservasi kegiatan siswa selama pembelajaran berlangsung dan mencatat kejadian–kejadian yang terjadi selama proses belajar mengajar berlangsung. Pengambilan data dilakukan dengan melaksanakan tes tertulis dengan soal evaluasi siklus I.

4. Refleksi

Peneliti bersama dengan guru kelas mengidentifikasi kesulitan atau hambatan dan kejadian khusus yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung di kelas. Refleksi ini akan dijadikan acuan untuk perbaikan pembelajaran pada siklus II agar siswa dapat mengikuti pelajaran dengan baik dan memperoleh kompetensi yang diinginkan nantinya.

3.3.2.2 SIKLUS II 1. Perencanaan

Peneliti mempersiapkan : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Lembar Kerja Siswa mempersiapkan instrumen penelitian, dan membuat soal evaluasi untuk siklus II.


(58)

2. Pelaksanaan a. Kegiatan Awal

1) Doa dan salam pembuka

2) Guru memberikan apersepsi pelajaran kepada siswa

3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu gotong royong di lingkungan keluarga.

b. Kegiatan Inti

1) Guru bertanya kepada siswa tentang apa saja yang mereka ketahui tentang hidup rukun, saling berbagi, dan tolong menolong dalam kehidupan

2) Guru mengajak siswa mendalami materi tersebut lewat teks bacaan ataupun PPT.

3) Guru membagi siswa ke dalam 5 kelompok (kelompok asal), setiap kelompok terdiri dari 6 siswa yang heterogen dan kelompok ini berbeda dengan kelompok pada pertemuan pertama (diacak lagi). 4) Setiap 2 siswa dalam 1 kelompok diberikan materi yang sama. - Siswa 1 dan 2 mendapatkan materi pelaksanaan hidup rukun (di

rumah, sekolah dan masyarakat)

- Siswa 3 dan 4 mendapatkan materi pelaksanaan saling berbagi (di rumah, sekolah dan masyarakat)

- Siswa 5 dan 6 mendapatkan materi pelaksanaan saling tolong menolong (di rumah, sekolah dan masyarakat)


(59)

6) Setiap 2 siswa yang memperoleh materi sama pada setiap tim berkumpul ke dalam kelompok baru (kelompok ahli) yang sesuai dengan bidang/materi yang didapat untuk mendiskusikan subbab mereka.

7) Kelompok ahli diminta untuk berdiskusi dan memberikan contoh pelaksanaanya sesuai subbab masing-masing.

8) Setelah selesai berdiskusi dengan kelompok ahli, setiap anggota kembali ke kelompok asal untuk bergantian mengajar teman satu kelompok mereka tentang subbab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh.

9) Setelah kelompok siswa ahli selesai saling mengajar di kelompok asal, setiap kelompok ahli mempresentasikan hasil diskusinya. 10) Setelah sesuai dengan harapan selanjutnya guru memberikan

evaluasi hasil diskusi kelompok secara bersama-sama.

11) Guru memberikan apresiasi atas hasil kerja para siswa dengan tepuk tangan.

12) Setelah itu siswa diajak untuk bermain gotong royong mengumpulkan karet gelang

13) Dalam permainan tersebut, siswa dalam kelompok yang dibentuk pada awal pembelajaran ( 3 kelompok) diminta untuk berbaris 14) Kemudian masing-masing anggota kelompok dibagikan sedotan

plastik, kemudian dimasukkan kedalam mulut dan ujungnya digigit sedikit


(60)

15) Setelah itu siswa diminta untuk memindahkan karet gelang yang sudah disiapkan menggunakan sedotan yang ditaruh dalam mulut ke sedotan peserta lain dari barisan paling depan sampai belakang. 16) Kelompok yang mengumpulkan karet gelang paling banyak adalah

kelompok yang menjadi pemenang

17) Setelah itu guru memberikan evaluasi dan penjelasan tujuan dari permainan tersebut dan memberikan hadiah untuk kelompok yang menjadi pemenang.

c. Penutup

Guru merangkum dan memberikan ringkasan atas materi yang baru saja dipelajari dan melaksanakan post-test di akhir siklus II. Selain itu guru juga memberikan kuesioner dan skala sikap untuk di kerjakan siswa.

3. Observasi

Peneliti akan dibantu oleh satu orang guru yang bertindak sebagai pengamat pembelajaran. Mengobservasi kegiatan siswa selama pembelajaran berlangsung dan mengamati kesulitan dan kejadian-kejadian selama proses pembelajaran kemudian melaksanakan evaluasi siklus II.

4. Refleksi

a. Peneliti bersama guru kelas mengidentifikasi kesulitan atau hambatan dan kejadian khusus yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung di kelas.


(61)

b. Membandingkan analisis siklus I dan siklus II serta mengambil kesimpulan tentang ada atau tidaknya peningkatan sikap gotong royong siswa setelah melaksanakan pembelajaran PKn dengan model

Cooperative LearningtipeJigsaw.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data (Sugiyono, 2010). Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data tentang sikap melalui kuesioner, observasi dan wawancara.

3.4.1 Obesrvasi

Observasi adalah suatu teknik pengamatan yang dilaksanakan secara langsung atau tidak langsung dan secara teliti terhadap suatu gejala dalam suatu situasi di suatu tempat (Masidjo, 1995). Menurut Sugiyono (2010) mengungkapkan bahwa dari segi instrumentasi yang digunakan, observasi dibedakan menjadi observasi terstruktur dan tidak terstruktur. Dalam penelitian ini menggunakan observasi tidak terstruktur dan terstruktur, dimana hasil observasi adalah apa yang akan diamati ketika observasi. Peneliti melakukan pengamatan untuk mengetahui sikap gotong royong siswa. Pengamatan siswa dilakukan dengan cara masuk ke dalam kelas ketika pembelajaran berlangsung dan mencatat kegiatan siswa dalam proses pembelajaran.


(62)

3.4.2 Wawancara

Wawancara adalah suatu proses Tanya jawab sepihak antara pewawancara (interview) dan yang diwawancara (interviewee), yang dilaksanakan sambil bertatap muka, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan maksud memperoleh jawaban dari interviewee

(Masidjo, 1995). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan wawancara tidak terstruktur. Pertanyaan-pertanyaan yang disediakan member kebebasan interviewee untuk menjawabnya ataupun mengemukakan pendapatnya.

3.4.3 Kuesioner

Kuesioner adalah suatu daftar pernyataan atau pertanyaan tertulis yang terinci dan lengkap, yang harus dijawab oleh responden tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahuinya (Masidjo, 1995). Melalui kuesioner, hal-hal tentang diri responden dapat diketahui. Pernyataan-pernyataan tersebut dirumuskan sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh jawaban yang objektif. Kerja sama juga perlu dijalin antara pemberi angket dan responden, sehingga responden bersedia mengisi secara jujur.

Penelitian ini menggunakan kuesioner berupa skala Likert yang dibuat untuk mengukur tingkat sikap gotong royong yang dimiliki oleh siswa kelas II dengan membuat 16 item soal berisi pernyataan yang dijabarkan dari tiga indikator sikap gotong royong yaitu hidup rukun, saling berbagi, dan tolong menolong untuk responden dan kemudian terdapat pilihan jawaban yaitu sangat setuju (SS), setuju


(63)

(S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS) disamping pernyataan untuk dipilih responden sebagai bentuk sikap mereka.

Tabel 3.1 Skala Likert

Alternatif Jawaban

Skor

Favorabel Unfavorabel

Sangat Setuju (SS) 5 1

Setuju (S) 4 2

Cukup Sadar 3 3

Tidak Setuju (TS) 2 4

Sangat Tudak Setuju (STS) 1 5

3.5 Instrumen Penelitian 3.5.1 Lembar Kuesioner

Instrumen kuesioner dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur sikap gotong royong siswa. Kuesioner yang diberikan kepada siswa berupa peryataan-pernyataan, kemudian siswa diminta untuk memilih jawaban sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju dari pertanyaan tersebut. Pernyataan-pernyataan dalam kuesioer ini ada dua macam pernyataan, yaitu pernyataan favourable

(pernyataan yang diharapkan disetujui), dan pernyataan unfavourable

(pernyataan yang diharapkan tidak disetujui). Berikut adalah kisi-kisi dari kuesioner yang dibuat :


(64)

Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner Sikap Gotong royong

No. Indikator Favourable Unfavourable Total

Kog Afk Kon Kog Afk Kon

1. Hidup rukun 47,46, 17,21,

25

15,19, 24

13,20 18,26 16,27 14 15

2. Saling berbagi

5 7,8,29 41 31 6,30,

40 28 10 3. Tolong menolong 10,36, 38

1,2,42,

44,12, 23,33 4,48, 50,22 ,34, 37

9,43,3 2

49,11 3,35,

39,45

25

Tabel 3.3 Tabel Item Pernyataan Kognitif Aspek Kognitif Pernyataan No Soal Favourable No Soal Unfavourable 5. Saya berpikir jika membagi bekal makanan pada

teman adalah hal yang baik dilakukan

9. Saya menyadari bahwa membantu membersihkan rumah itu merepotkan

10. Saya tahu bahwa membantu mencuci piring dapat meringankan pekerjaan

18. Saya menganggap jika kerja bakti itu membuang waktu dan tenaga

17. Saya tahu bahwa mengambil buah milik tetangga tanpa izin itu tidak baik

26. Saya berniat hidup rukun dengan teman-teman yang saya sukai saja

21. Saya menganggap semua teman-temanku baik 31. Saya berpikir bahwa memberikan baju bekas kepada korban bencana adalah perbuatan merugikan

25. Saya tahu bahwa keluargaku sayang pada anak-anaknya

32. Saya tahu jika menolong tetangga yang terkena musibah itu merepotkan

36. Saya tahu jika menolong tetangga yang mengalami musibah itu baik

43. Saya tahu jika menolong teman yang kesulitan belajar itu merepotkan

38. Saya tahu jika menolong teman yang kesulitan dalam belajar itu baik

46. Saya menganggap semua anggota keluarga saya adalah orang yang baik


(65)

Tabel 3.4 Tabel Item Pernyataan Afektif Aspek Afektif Pernyataan No Soal Favourable No Soal Unfavourable

1. Saya senang meminjamkan alat tulis pada teman 6. Saya akan menghabiskan permen kesukaan yang saya miliki sendirian

2. Saya harus menolong anggota keluarga yang membutuhkan bantuan.

11. Saya ingin menolong teman yang kesulitan mencontek saat ulangan

7. Saya ingin meminjamkan pompa sepeda kepada tetangga yang membutuhkan

16. Saya hanya memilih teman yang agamanya sama dengan saya

8. Saya ingin memberikan baju bekas kepada korban bencana alam

27. Saya ingin mengajak tetangga bermain di luar rumah supaya tidak mengotori rumah

12. Saya ingin untuk menolong guru menghapuskan papan tulis

30. Saya suka menghabiskan kue sendiri, tanpa membaginya dengan keluarga

15. Saya senang memiliki banyak teman 40. Saya merasa rugi ketika meminjamkan alat tulis pada teman

19. Saya senang berbagi makanan dengan tetangga saya

49. Saya senang jika bisa ikut membantu warga tawuran

23. Saya harus menolong teman yang sedang sakit. 24. Saya selalu bahagia jika berkumpul bersama

seluruh keluarga

29. Saya merasa senang ketika menonton televisi bersama-sama dengan keluarga

33. Saya senang jika bisa mengikuti kerja bakti di masyarakat

42. Saya merasa senang jika bisa menolong keluarga mencuci piring saat kerepotan

44. Saya tertarik mengikuti kerja bakti di masyarakat dengan sukarela

Tabel 3.5 Tabel Item Pernyataan Konatif Aspek Konatif Pernyataan No Soal Favourable No Soal Unfavourable 4. Saya selalu ikut membantu kerja bakti di

masyarakat

3. Saya mau membantu tetangga jika diberi imbalan

13. Saya mau membantu keluargaku memberi makan hewan

14. Saya selalu marah kepada orang tua jika tidak diberi uang jajan

20. Saya bersedia berteman dengan siapapun di kelas

28. Saya mau menghabiskan bekal sendiri dan tidak membaginya dengan teman


(66)

22. Saya mau menolong warga yang terkena musibah

35. Saya selalu menolong teman yang saya sukai saja

34. Saya bersedia untuk membantu guru yang kesulitan membawa banyak buku

39. Saya berniat menolong keluarga menyapu rumah jika diberi imbalan

37. Saya mau membantu keluarga membersihkan halaman rumah yang kotor

45. Saya lebih memilih menolong teman yang seagama dari pada yang beda agama

41. Saya mau membagi permen yang saya miliki dengan keluarga

48. Saya lebih memilih membantu warga kerja bakti daripada bermain sendiri

50. Saya mau menolong teman yang terjatuh

3.5.2 Lembar Observasi

Peneliti melakukan pengamatan terhadap siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung di kelas. Pengamatan siswa dilakukan dengan cara masuk ke dalam kelas ketika pembelajaran berlangsung dan mencatat kegiatan siswa dalam proses pembelajaran.

Tabel 3.6 Kisi-kisi lembar observasi

No. Aspek yang diamati Deskripsi Hasil Pengamatan

1.

Siswa bekerjasama dan saling tolong menolong di dalam kelompok saat mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.

2.

Siswa saling berbagi pengetahuan yang didapatkan saat berada di dalam kelompok.

3.

Siswa terlihat rukun dengan teman satu


(67)

mengerjakan tugas dari guru.

4.

Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah metode pembelajaran

Cooperative Learning.

3.5.3 Pedoman wawancara

Wawancara dilakukan terhadap guru. Pedoman wawancara kesadaran digunakan untuk mendapatkan data tentang keadaan siswa. Adapun pedoman wawancara:

Tabel 3.7 Pedoman Wawancara pada Guru

Indikator Diskriptor Jawaban

Hidup rukun

Apakah ada siswa yang tidak rukun dengan teman sekelasnya ?

Saling berbagi

Apakah ada siswa yang tidak suka berbagi makanan, minuman, alat tulis, atau lain-lain kepada teman sekelasnya ?

Tolong menolong

Apakah ada siswa yang tidak suka menolong teman sekelasnya ?


(68)

3.6 Teknik Pengujian Instrumen 3.6.1 Validitas

Validitas adalah taraf dimana suatu tes mampu mengukur apa yang seharusnya diukur (Masidjo, 1995). Validitas ada tiga jenis, yaitu validitas isi, validitas konstruk validitas kriteria

1. Validitas Isi

Validitas isi adalah suatu validitas yang menunjukkan sampai di mana isi suatu tes atau alat pengukur mencerminkan hal-hal yang mau diukur atau diteskan (Masidjo, 1995). Untuk itu diperlukan pemeriksaan kembali terhadap hal-hal atau bahan yang akan diteskan atau telah diajarkan.

2. Validitas Konstruksi atau Konsep

Validitas Konstruksi adalah suatu validitas yang menunjukkan sampai di mana isi suatu tes atau alat pengukur sesuai dengan suatu konsep yang seharusnya menjadi isi tes atau alat pengukur tersebut atau konstruksi teoritis yang mendasari disusunya tes atau alat pengukur tersebut (Masidjo, 1995). 3. Validitas Kriteria

Validitas Kriteria adalah suatu validitas yang memperhatikan hubungan yang ada antara tes atau alat pengukur dengan pengukur lain yang berfungsi sebagai kriteria atau bahan pembanding (Masidjo, 1995).


(69)

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan validitas isi dan validitas konstruk. Validitas isi peneliti gunakan dengan menyebar kuesioner untuk mengukur sikap gotong royong siswa kelas 2. Validasi konstruk dilakukan dengan cara berkonsultasi kepada yang lebih ahli (expert judgement) yaitu dosen evaluasi pembelajaran dengan menanyakan pendapat dosen terkait instrument yang telah dibuat. Hal ini bertujuan agar instrument yang dibuat peneliti, sesuai dengan indikator.

Peneliti akan menggunakan program SPSS 16 dengan uji

Pearson Correlation, dengan kriteria suatu instrumen dikatakan valid jika harga probabilitas yang terungkapkan dalamSig. (2-tailed)di bawah 0,05 (p < 0,05).


(70)

Tabel 3.8 Hasil uji kuesioner

Indikator No Soal Pearson Sig 2 Tailed Keterangan

Kognitif

5 .654** .000 Valid 9 .226 .198 Tidak Valid 10 .167 .345 Tidak Valid 17 .229 .194 Tidak Valid 18 .747** .000 Valid 21 -.094 .598 Tidak Valid 25 .488** .003 Valid 31 .683** .000 Valid 32. .373* .030 Valid

36 .303 .082 Tidak Valid 38 .060 .743 Tidak Valid 43. .741** .000 Valid

46 .248 .157 Tidak Valid 47 .669** .000 Valid

Afektif

1. .626** .000 Valid 2. .316 .069 Tidak Valid

6 .411* .016 Valid 7 .725** .000 Valid 8 .502** .003 Valid 11. .469** .005 Valid 12 .610** .000 Valid 15 .412* .015 Valid 16 .575** .000 Valid 19 .626** .000 Valid 23 .741** .000 Valid 24 .322 .063 Tidak Valid 27 .011 .952 Tidak Valid 29 .461** .006 Valid 30 .668** .000 Valid 33 .709** .000 Valid 40 .626** .000 Valid 42 .379* .027 Valid 44 .578** .000 Valid 49 .195 .270 Tidak Valid

Konatif

3 .352* .041 Valid 4 .553** .001 Valid 13 .173 .328 Tidak Valid 14 .365* .034 Valid 20 .568** .000 Valid 22 .730** .000 Valid 26 .574** .006 Valid 28 .574** .006 Valid 34 .786** .000 Valid 35 .739** .000 Valid 37 -.072 .684 Tidak Valid 39 .446** .008 Valid 41 .360* .036 Valid 45 .500** .003 Valid 48 .604** .000 Valid 50 .266 .129 Tidak Valid


(71)

Dari perhiungan validitas item pernyataan dengan menggunakan SPSS 19 diketahui dari 50 item yang disebarkan terdapat 36 item yang dinyatakan valid dengan taraf significant 5%. Peneliti mengetahui kevalidan item soal tersebut dari melihat hasil pearson correlation pada tabel di atas. Jika pada nomor item soal hasil perhitunganpearson correlationterdapat tandaasterik(*) yang disebut sebagai correlation at significant at the 0.05 level (2-tailed) atau tanda asterix

(**) yang disebut sebagai correlation is significant at the 0.01 (2-tailed) berarti nomor item soal tersebut valid.Correlation significant at the 0.05 level (2-tailed)

berarti tingkat signifikannya adalah 5% dan suatu item soal dinyatakan valid jika hasil pearson correlation lebih kecil dari 0.05 begitu juga dengan correlation is significant at the 0.01 (2-tailed)yang berarti tingkat signifikannya adalah 1% dan suatu soal dikatakan valid jika pearson correlation lebih kecil dari 0.01.

Dalam proses validasi item soal, peneliti hanya mengambil sebanyak 16 soal yang valid dan memenuhi seluruh aspek untuk diujikan. Karena siswa kelas 2 masih terlalu bingung dan kesulitan jika harus mengisi soal yang terlalu banyak.

Tabel 3.9 Hasil Skala Sikap yang dipilih

Indikator Sikap

Gotong Royong No soal

Pearson Correlation

Sig

(2-tailed) Keterangan

Kognitif

5 .654** .000 Valid 18 .747** .000 Valid 25 .488** .003 Valid 31 .683** .000 Valid 43 .741** .000 Valid

Afektif

1 .626** .000 Valid 8 .502** .003 Valid 16 .575** .000 Valid 40 .626** .000 Valid


(72)

42 .379** .027 Valid 44 .578** .000 Valid

Konatif

20 .568** .000 Valid 22 .730** .000 Valid 26 .574** .006 Valid 28 .394** .021 Valid 39 .446** .008 Valid

3.6.2 Reliabilitas

Reliabilitas adalah taraf sampai di mana suatu tes mampu menunjukkan konsistensi hasil pengukurannya yang diperlihatkan dalam taraf ketepatan dan ketelitian hasil (Masidjo, 1995). Suatu tes yang reliabel akan menunjukkan ketepatan dan ketelitian hasil dalam satu atau berbagai pengukuran.

Tabel 3.10 Koefisien Reliabilitas

Tingkat sikap gotong royong Kategori sikap gotong royong

0,91–1,00 Sangat Tinggi

0,71–0,90 Tinggi

0,41–0,70 Cukup

0,21–0,40 Rendah

Negatif–0,20 Sangat Rendah

Sumber : Masidjo (1995)

Setelah mengetahui dari 50 item soal yang diujicobakan terdapat 16 item soal yang dipilih oleh peneliti. Peneliti melakukan perhitungan koefisien reliabilitas dengan menggunakan program SPSS 19. Hasil reliabilitas dari 16 item skala sikap dapat dilihat pada tabel di bawah ini :


(73)

Tabel 3.11 Hasil Reliabilitas Item

3.7 Teknik Analisis Data

Untuk mendapatkan suatu kesimpulan yang dapat dipertanggung jawabkan maka data yang terkumpul diolah menggunakan analisis data kuantitatif. Jenis statistik yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah statistik inferential. Statistik inferential adalah perhitungan yang dapat menghubungkan (relate) variabel-variabel atau kelompok-kelompok dalam variabel agar kesimpulan sementara (inferensiasi) dari skala sampel sampai populasi dapat diketahui.

Langkah-langkah pengolahan data yang dilakukan adalah dengan melakukan teknik penskoran. Adapun rumus-rumus yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan hasil penelitian yaitu:

a. Menghitung jumlah skor yang diperoleh setiap siswa

b. Menghitung jumlah skor seluruh siswa

c. Menghitung skor rata-rata kelas Cronbach’s

Alpha Kategori N of Items .759 Tinggi 16

Jumlah skor setiap siswa = jumlah skor setiap item

Jumlah skor seluruh siswa = jumlah skor item seluruh siswa


(1)

156

LAMPIRAN 12

Surat Izin Penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

157

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

158

LAMPIRAN 13

Surat Keterangan Telah Melakukan

Penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

159

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

160

LAMPIRAN 14

Daftar Riwayat Hidup

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

161

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nugroho Ragil Sutoto merupakan anak keempat dari pasangan Sugito dan Sri Sunarti. Lahir di Klaten, 11 Maret 1994. Pendidikan awal adalah SD N 1 Kepurun selesai pada tahun 2006. Kemudian melanjutkan ke jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama Manisrenggo 1 tahun 2006-2009. Tahun 2009-2012 melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 2 Ngaglik. Pada tahun 2012 masuk ke Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Fakultas Keguruan dn Ilmu Pendidikan, Program Studi Guru Sekolah Dasar (PGSD). Selama menempuh pendidikan sudah banyak kegiatan yang diikuti penulis, antara lain saat SD mengikuti kegiatan pramuka dan lomba cerdas cermat tingkat kecamatan. Saat SMP dan SMA penulis aktif dalam kegiatan Tonti, Pramuka dan Ekstra Voli. Pada saat masuk perguruan tinggi penulis juga pernah mengikuti kegiatan Parade Gamelan Anak 2014 sebagai anggota dekorasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


Dokumen yang terkait

Peningkatkan kepercayaan diri siswa melalui pendekatan cooperative learning tipe numbered head together (NHT) dalam pembelajaran matematika

0 9 262

Pengaruh model cooperative learning tipe snowball throwing terhadap hasil belajar matematika siswa

0 34 169

Perbandingan antara model pembelajaran cooperative learning tipe stad dengan pembelajaran konvensional dalam rangka meningkatkan hasil belajar PAI (eksperimen kelas XI SMA Negeri 3 Tangerang)

2 14 159

Peningkatan hasil belajar PKn melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe card sort di kelas III MI Al – Furqon Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor

1 3 108

Upaya meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) kelas II dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di Mi Al-Amanah Joglo Kembangan

0 6 103

Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis melalui model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation siswa kelas IV SD Negeri Sukamaju 3 Depok

0 6 189

Upaya peningkatan kreativitas belajar biologi siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

0 7 116

Perbandingan peningkatan hasil belajar fisika antara siswa yang menggunakan model pembelajaran problem based learning dengan cooperative learning

1 12 190

Peningkatan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball 0hrowing pada siswa kelas III MI Hidayatul Athfal Depok

0 10 0

Peningkatan hasil belajar ips siswa melalui penerapan model pembelajaran problem based learning (PBL) (penelitian tindakan kelas dikelas VIII-2 SMP PGRI 1 Ciputat)

1 6 0