Alkaloid Fenolik Flavonoid Senyawa Fitokimia

simplisia yang mengandung zat aktif. Komponen aktif simplisia akan larut dan akan berpindah ke pelarut. Komponen aktif yang larut bergantung pada kelarutannya dalam pelarut dan kemudian akan tejadinya transfer massa komponen aktif dari simplisia menuju ke pelarut. Transfer massa terjadi karena adanya gradien konsentrasi atau perbedaan konsentrasi antara komponen aktif didalam sel dan diluar sel. Kecepatan transfer massa komponen senyawa aktif akan berkurang jika konsentrasi senyawa aktif di dalam pelarut meningkat sampai mencapai titik keseimbangan. Titik keseimbangan diperoleh jika konsentrasi komponen aktif di dalam sel simplisia dan di dalam pelarut sama United Nations Industrial Development Organization And The International Centre For Science And High Technology , 2008.

D. Senyawa Fitokimia

1. Alkaloid

Alkaloid merupakan golongan senyawa yang banyak tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Secara umum alkaloid bersifat basa karena adanya atom N dan pada umumnya atom N merupakan bagian dari cincin heterosiklik dan tingkat kebasaanya bargantung pada jumlah atom N. Ciri khas alkaloid yaitu alkaloid tidak terlalu stabil karena alkaloid biasanya mengalami degradasi atau dekomposisi akibat terpajan oleh udara, cahaya, lembab dan panas. Alkaloid diketahui cukup larut dalam pelarut alkohol seperti etanol dan metanol. Alkaloid dalam tumbuhan berfungsi sebagai zat beracun sehingga dapat melindungi dari serangan hewan herbivora atau serangga, sebagai senyawa pelindung metabolik dari reaksi detoksifikasi, sebagai faktor pertumbuhan, dan sebagai zat yang berguna untuk menyuplai nitrogen atau unsur penting lainnya. Alkaloid yang diperoleh dari berbagai sumber tanaman selalu memberikan endapan nyata dengan pereaksi spesifik tertentu. Pereaksi pengendap alkaloid digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya alkaloid pada ekstrak kering atau bahan tumbuhan dan untuk memastikan suatu prosedur ekstraksi spesifik, telah membuang keseluruhan kandungan alkaloid Kar, 2007. Senyawa alkaloid sebagai antibakteri memiliki 2 mekanisme yaitu dengan menyisip pada DNA sehingga merubah strruktur ikatan DNA dan dengan menghambat sisntesis DNA dengan cara menghambat kerja enzim topoisomerase Karou, 2005.

2. Fenolik

Senyawa fenolik atau polifenol pada dasarnya merupakan senyawa yang mewakili sekumpulan antioksidan alam yang digunakan sebagai nutrasetika. Senyawa ini memiliki kemampuan yang beragam antara lain untuk melawan kanker dan dapat dipertimbangkan untuk mencegah penyakit jantung. Polifenol dikelompokkan menjadi polifenolik flavonoid, asam –asam fenolat dan polifenol non flavonoid Kar, 2007.

3. Flavonoid

Flavonoid dalam tanaman berperan dalam fotosensitisasi, transfer energi, hormon untuk pertumbuhan tanaman dan pengatur tumbuhan. Flavonoid berperan dalam mengontrol respirasi dan fotosintesis dan morfogenesis Senyawa ini memiliki manfaat di alam berkat warnanya yang dapat menjadi daya tarik serangga dan burung sehingga dapat membantu proses penyerbukan tanaman Cushnie and Lamb, 2005. Senyawa flavonoid juga berperan dalam memberikan warna kuning dan jingga pada mahkota bunga bahkan flavonoid tidak berwana mengabsorpsi cahaya pada spektrum UV karena memiliki banyak gugus kromofor Heinrich, 2005. Mekanisme kerja senyawa flavonoid sebagai antibakteri yaitu dengan membentuk senyawa kompleks dengan protein ekstraseluler dan terlarut sehingga dapat merusak membran sel bakteri dan diikuti dengan keluarnya senyawa intraseluler. Flavonoid juga dapat berperan dalam inhibisi sintesis DNA dan RNA bakteri melalui ikatan hidrogen yang terbentuk. Senyawa ini juga mengganggu proses metabolisme energi dengan cara menghambat sistem respirasi sel bakteri. Sistem respirasi diperlukan untuk menghasilkan energi yang cukup. Energi dibutuhkan untuk penyerapan berbagai metabolit dan biosintesis makromolekul. Jika terjadi gangguan regulasi tersebut dapat menyebabkan sel bakteri lisis Ngajow, 2013.

4. Saponin

Dokumen yang terkait

Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kulit Petai (Parkia speciosa Hassk.) Terhadap Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus

5 26 64

PENDAHULUAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI C EKSTRAK ASETON KULIT BATANG Shorea accuminatissima TERHADAP Staphylococcus aureus ATCC 25923 DAN Escherichia coli ATCC 25922.

0 2 15

BAB 1 Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kayu Secang (Caesalpinia sappan L.) Terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923, Shigella sonnei ATCC 9290, Dan Escherichia coli ATCC 25922.

0 2 9

DAFTAR PUSTAKA Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kayu Secang (Caesalpinia sappan L.) Terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923, Shigella sonnei ATCC 9290, Dan Escherichia coli ATCC 25922.

0 11 4

Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol kulit buah Petai (Parkia speciosa Hassk.) terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.

3 29 145

Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol kulit batang pohon Petai (Parkia speciosa Hassk.) terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.

2 16 148

Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol Daun Petai (Parkia speciosa Hassk.) terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Escherichia coli ATCC 25922.

2 18 141

Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol kulit buah buni (Antidesma bunius (L.) Spreng) terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Escherichia coli ATCC 25922.

0 1 11

Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol kulit buah buni (Antidesma bunius (L.) Spreng) terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Escherichia coli ATCC 25922

0 0 9

AKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA KOPOLI-(EUGENOL–N,N’-METILEN BIS(AKRILAMIDA)) TERHADAP Staphylococcus aureus ATCC 25923 DAN Escherichia coli ATCC 25922.

0 0 14