Penetapan Susut Pengeringan Serbuk Bunga Petai Pembuatan Ekstrak Etanol Bunga Petai

Tujuan pengeringan yaitu untuk mempermudah proses pembuatan serbuk dan mengurangi kadar air sehingga simplisia tidak mudah ditumbuhi kapang dan bakteri. Jika kadar air masih tinggi maka aktivitas enzim juga tinggi untuk mengubah kandungan kimia dalam simplisia menjadi produk lain yang yang kemungkinan memiliki efek yang berbeda dengan senyawa induknya. Beberapa enzim perusak kandungan kimia antara lain hidrolase, oksidase dan polymerase Pramono, 2005 cit., Ma’mun, 2006. Pengeringan dilakukan sampai bunga petai kering sempurna ditunjukkan dengan warna bunga petai yang lebih gelap dibandingkan sebelum dikeringkan, mudah diremukkan sehingga mudah untuk dibuat serbuk. Tujuan penyerbukan yaitu untuk memperkecil ukuran partikel dan memperbesar luas permukaan serbuk, sehingga kontak serbuk dengan pelarut juga semakin besar, maka pelarut mudah masuk ke dalam sel sehingga proses penyarian optimal. Serbuk yang diperoleh diayak dengan ayakan tepung, dan selanjutnya disimpan untuk proses ekstraksi lebih lanjut. Syarat penyimpanan serbuk menurut Menteri Kesehatan RI 1994 yaitu serbuk yang telah dibuat disimpan dalam wadah tertutup, pada suhu kamar, ditempat kering dan terlindung dari sinar matahari.

C. Penetapan Susut Pengeringan Serbuk Bunga Petai

Penetapan susut pengeringan digunakan untuk menetapkan jumlah semua jenis bahan yang mudah menguap selama kondisi tertentu proses pemanasan Departemen Kesehatan RI, 1995. Penetapan ini dilakukan karena tidak diketahui dalam serbuk hanya mengandung air atau mengandung senyawa lain yang mudah menguap. Susut pengeringan dapat digunakan sebagai salah satu parameter untuk melihat kualitas simplisia bunga petai. Menurut Menteri Kesehatan RI 2009 susut pengeringan yang dipersyaratkan yaitu tidak melebihi 10 . Jika susut pengeringan sesuai yang dipersyaratkan maka dapat meminimalisir kandungan air dalam simplisia yang dapat mencegah pertumbuhan dan aktivitas enzim mikroorganisme pada simplisia sehingga simplisia bunga petai tahan lama, terlebih lagi agar kandungan zat aktif tidak berubah. Penetapan susut pengeringan dilakukan dengan metode gravimetri dengan suhu 105 o C selama 15 menit. Suhu yang digunakan yaitu suhu diatas titik didih air supaya menjamin agar seluruh kandungan air dan bahan menguap lain yang ada pada serbuk telah menguap. Pada penetapan ini dilakukan 3 kali replikasi dan diperoleh rata-rata susut pengeringan pada 3 replikasi sebesar 9,09. Hasil yang diperoleh menujukkan bahwa simplisia yang digunakan telah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.

D. Pembuatan Ekstrak Etanol Bunga Petai

Proses ekstraksi bunga petai dilakukan dengan metode maserasi kinetik. Proses ekstraksi pada prinsipnya senyawa fitokimia yang memiliki sifat yang sama dengan pelarut akan tertarik dan terlarut ke dalam pelarutnya sehingga senyawa kimia tertentu dapat dipisahkan. Pada penelitian ini etanol 70 digunakan sebagai penyari. Etanol 70 bersifat semipolar hingga polar sehingga diharapkan senyawa antibakteri yang bersifat polar maupun semipolar dapat tertarik. Gugus OH dalam etanol membantu melarutkan molekul polar dan ion-ion dan gugus alkilnya CH 3 -CH 2 dapat mengikat bahan non polar Thoha, Sitanggang dan Hutahayan, 2009. Etanol 70 dapat melarutkan fitokimia lebih maksimal karena etanol 70 masih mengandung air yang membantu proses ekstraksi sehingga sebagian senyawa ada yang dapat tertarik oleh etanol dan ada yang tertarik dengan air Sani, Nisa, Andriani, dan Maligan, 2014. Alasan pemilihan motode maserasi karena metode ini tidak menggunakan pemanasan sehingga senyawa fitokimia yang bersifat termolabil yang akan diambil tidak terurai atau rusak, selain itu prosedur dan peralatan yang digunakan sederhana dan dapat dimodifikasi. Tujuan dilakukan pengadukan secara konstan untuk meningkatkan kontak serbuk dengan penyari sehingga proses ekstraksi lebih optimal. Proses maserasi dilakukan dengan proses pengadukan selama 2X24 jam, agar diharapkan komponen zat aktif yang terekstraksi ke dalam cairan penyari telah optimal. Setelah didapatkan hasil maserasi dilakukan remaserasi dari sisa serbuk yang telah disaring dari proses maserasi sebelumnya. Remaserasi ini dilakukan dengan mengganti pelarut baru berjenis sama untuk menarik sisa komponen aktif yang belum terekstraksi pada maserasi pertama. Hasil maserasi yang diperoleh disaring dengan menggunakan corong Buchner yang dilapisi dengan kertas saring. Corong Buchner digunakan untuk menarik filtrat, agar mendapatkan filtrat dalam jumlah banyak tanpa mengambil serbuknya. Hasil filtrat atau maserat yang diperoleh kemudian diuapkan untuk menghilangkan cairan penyari dengan menggunakan rotary evaporator. Prinsip rotary vakum evaporator yaitu destilasi pemisahan. Alat ini akan menghasilkan ekstrak yang terpisah dari penyari. Senyawa yang larut dalam penyari tidak menguap, melainkan turun ke bawah karena adanya gravitasi dan membentuk gumpalan atau endapan. Proses penguapan atau pengeringan dilanjutkan dengan menggunakan waterbath pada suhu 60 o C sampai didapatkan ekstrak kental dengan bobot tetap. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI 2009 bobot tetap diperoleh apabila perbedaan dua kali penimbangan berturut-turut setelah dikeringkan selama 1 jam tidak melebihi 0,5 mg. Penimbangan sampai bobot tetap dilakukan untuk memastikan, agar cairan penyari yang digunakan sudah tidak ada dalam ekstrak sehingga didapatkan ekstrak kental murni. Jika etanol masih terdapat dalam ekstrak akan menyebabkan bias hasil penelitian untuk pengujian aktivitas antibakteri karena etanol 70 juga dapat bersifat sebagai disinfektan. Karakteristik ekstrak yang didapat. berupa ekstrak kental, berwarna coklat kehitaman dengan bau yang menyengat dan bobot tetap ekstrak diperoleh pada pemanasan jam ke 6 dan ke 7. Pada pemanasan jam ke 6 dan 7 menunjukkan tidak ada perubahan bobot ekstrak dua kali penimbangan berturut turut setelah dikeringkan selama 1 jam. Bobot ekstrak yang diperoleh sebesar 8,34 g. Hasil rendemen ekstrak yang diperoleh dihitung menggunakan rumus : Dengan menggunakan rumus diatas, maka rendemen ekstrak kental yang diperoleh sebesar 16, 68. Hasil perolehan ekstrak bunga petai dapat dilihat pada tabel II Tabel II. Hasil Perolehan Ekstrak Bunga Petai dengan Maserasi. Wujud Kental Warna Coklat kehitaman Bau Menyengat Rendemen 16, 68

E. Identifikasi Kandungan Senyawa Kimia Ekstrak Etanol Bunga Petai dengan

Dokumen yang terkait

Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kulit Petai (Parkia speciosa Hassk.) Terhadap Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus

5 26 64

PENDAHULUAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI C EKSTRAK ASETON KULIT BATANG Shorea accuminatissima TERHADAP Staphylococcus aureus ATCC 25923 DAN Escherichia coli ATCC 25922.

0 2 15

BAB 1 Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kayu Secang (Caesalpinia sappan L.) Terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923, Shigella sonnei ATCC 9290, Dan Escherichia coli ATCC 25922.

0 2 9

DAFTAR PUSTAKA Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kayu Secang (Caesalpinia sappan L.) Terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923, Shigella sonnei ATCC 9290, Dan Escherichia coli ATCC 25922.

0 11 4

Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol kulit buah Petai (Parkia speciosa Hassk.) terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.

3 29 145

Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol kulit batang pohon Petai (Parkia speciosa Hassk.) terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.

2 16 148

Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol Daun Petai (Parkia speciosa Hassk.) terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Escherichia coli ATCC 25922.

2 18 141

Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol kulit buah buni (Antidesma bunius (L.) Spreng) terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Escherichia coli ATCC 25922.

0 1 11

Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol kulit buah buni (Antidesma bunius (L.) Spreng) terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Escherichia coli ATCC 25922

0 0 9

AKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA KOPOLI-(EUGENOL–N,N’-METILEN BIS(AKRILAMIDA)) TERHADAP Staphylococcus aureus ATCC 25923 DAN Escherichia coli ATCC 25922.

0 0 14