Pembuatan stok bakteri dan suspensi bakteri uji Uji aktivitas antibakteri ekstrak bunga petai dengan metode difusi sumuran

Uji identifikasi bakteri lainnya yaitu pewarnaan Gram, kemudian diamati dengan mikroskop. Menurut Brooks dkk., 2010 S.aureus pada pemeriksaan mikroskopik berbentuk kokus dan menghasilkan warna ungu pada pewarnaan Gram sedangkan E.coli berbentuk batang pada pemeriksaan mikroskopik dan pada pewarnaan Gram berwarna merah. Hasil penelitan yang diperoleh yaitu S.aureus berbentuk berbentuk kokus dan menghasilkan warna ungu pada pewarnaan Gram sedangkan pada E.coli berbentuk batang dan berwarna merah pada pewarnaan Gram Lampiran 6 . Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menujukkan hasil yang sesuai dengan pustaka Brooks dkk., 2010. Berdasarkan hasil uji identifikasi yang diperoleh menunjukkan bahwa bakteri uji yang digunakan merupakan S.aureus dan E.coli .

4. Pembuatan stok bakteri dan suspensi bakteri uji

Stok bakteri uji yang dibuat berasal dari kultur murni. Pembuatan stok dilakukan untuk memenuhi agar suplai nutrisi untuk bakteri dari media selalu tetap tersedia sehingga bakteri tidak mati dan tetap tumbuh subur. Tahap selanjutnya yaitu pembuatan suspensi bakteri uji. Suspensi bakteri uji yang telah dibuat disetarakan kekeruhan dengan larutan Mac Farland 0,5 menggunakan alat nephelometer. Berdasarkan Cockerill, Mathew, Alder, Dudley, Eliopoulos, Ferraro dkk., 2012 penyetaraan kekeruhan suspensi bakteri uji untuk uji kepekaan antimikroba disetarakan dengan menggunakan Mac Farland 0,5. Penyetaraan melalui kekeruhan bertujuan agar jumlah bakteri yang akan digunakan untuk perlakuan tiap konsetrasi dan replikasi yang digunakan tetap sama.

5. Uji aktivitas antibakteri ekstrak bunga petai dengan metode difusi sumuran

Uji aktivitas antibakteri ekstrak bunga petai terhadap S.aureus dan E.coli dilakukan dengan menggunakan metode difusi sumuran. Prinsip metode difusi sumuran yaitu ekstrak bunga petai akan berdifusi ke dalam media pada yang telah diinokulasikan bakteri uji, sehingga ekstrak bunga petai akan menghambat pertumbuhan bakteri atau membunuh bakteri uji yang ditunjukkan dengan paramater zona hambat disekitar lubang sumuran setelah diinkubasi selama 24 jam., pada suhu 37 o C. Pada pengujian ini dibuat 4 kontrol yaitu kontrol kontaminasi media, kontrol pertumbuhan bakteri uji, kontrol negatif DMSO dan kontrol positif Amoksisilin. Kontrol kontaminasi media bertujuan untuk melihat keaseptisan selama proses kerja, sehingga dapat diketahui ada atau tidak adanya kontaminasi pertumbuhan mikroorganisme lain selama proses pengujian. Kontrol pertumbuhan bakteri uji bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan bakteri uji pada media tanpa perlakuan, sehingga diketahui apakah bakteri dapat tumbuh baik pada media yang digunakan atau tidak. Kontrol negatif atau kontrol pelarut bertujuan untuk melihat apakah pelarut mempunyai aktivitas sebagai antibakteri yang nantinya dapat menyebabkan bias hasil penelitian. Kontrol positif digunakan sebagai kontrol metode yang bertujuan untuk memastikan metode yang dilakukan sudah benar atau belum yang ditunjukkan dengan adanya diameter zona hambat. Kontrol positif juga membantu melihat wujud adanya aktivitas penghambatan bakteri. Data diameter zona hambat yang diperoleh disajikan dalam tabel IV. Tabel IV. Diameter Zona Hambat Seri Konsentasi Ekstrak Etanol Bunga Petai, Kontrol Positif dan Negatif terhadap S.aureus dan E. coli. Perlakuan Diameter zona hambat S.aureus mm Diameter zona hambat E. coli. mm I II III Rerata .I II III Rerata Kontrol positif 36 34,33 35 35,11 28 27 33 29,33 Kontrol negatif Konsentrasi 50 11,67 14 11,33 12,33 Konsentrasi 25 9 10 10,67 9,89 Konsentrasi 12,5 7,33 8 9 8,11 Konsentrasi 6,25 6 5 3,67 Konsentrasi 3,125 4,33 1,44 Diameter zona hambat sudah dikurangi diameter sumuran 6 mm Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol bunga petai menunjukkan bahwa amoksisilin yang digunakan sebagai kontrol positif benar-benar memiliki kemampuan sebagai antibakteri yang ditunjukkan dengan adanya diameter zona jernih. Amoksisilin merupakan antibiotik golongan beta laktam yang memiliki spektrum kerja yang luas dan efektif untuk melawan infeksi yang disebabkan oleh Gram negatif dan positif. Menurut Rehm, Sekeres, dan Neuner 2012 mekanisme kerja amoksisilin yaitu dengan menghambat enzim transpeptidase sehingga menghambat struktur ikatan silang dalam biosintesis peptidoglikan pada dinding bakteri sehingga menyebabkan kematian sel bakteri. Amoksisilin cukup lipofilik untuk menembus porin membran bakteri Gram negatif, selain itu adanya rantai samping yang bersifat polar dari struktur amoksisilin dapat menembus membran bakteri gram positif Brooks dkk., 2009. Hasil yang diperoleh pada kontrol negatif DMSO 5 tidak menunjukkan zona hambat disekitar sumuran. Hal ini menujukkan bahwa DMSO 5 yang digunakan sebagai pelarut untuk melarutkan ekstrak bunga petai tidak memiliki kemampuan sebagai antibakteri. Hasil serupa ditunjukkan dalam penelitian Krishnavignesh, Mahalakshmipriya dan Ramesh 2013 menggunakan DMSO 5 sebagai kontrol negatif dengan metode difusi sumuran tidak menujukkan adanya penghambatan pertumbuhan bakteri uji. Hal ini didukung oleh penelitian Saputro 2014 yaitu “Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi Etil Asetat Kulit Buah Manggis Garcia magostana Linn terhadap E. coli ” dan Yulianingsih 2012 yang berjudul “Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Belimbing Wuluh Averrhoa bilimbi L terhadap S. aureus dan S. epidermidis menunjukkan bahwa DMSO 10 dan DMSO 100 yang digunakan sebagai pelarut dengan metode difusi sumuran tidak menujukkan adanya potensi aktivitas antibakteri. Hasil yang diperoleh pada kontrol kontaminasi media menunjukkan bahwa tidak adanya pertumbuhan bakteri pada media. Hal ini menunjukkan bahwa proses kerja yang dilakukan telah aseptis. Pada kontrol pertumbuhan bakteri diperoleh hasil bahwa bakteri S. aureus dan E. coli yang digunakan dapat tumbuh subur dan optimal pada media yang digunakan yaitu pada media MHA. Hasil perlakuan menunjukkan bahwa ekstrak etanol bunga petai hanya dapat menghambat pertumbuhan bakteri S .aureus dibandingkan E. coli tabel IV yang ditunjukkan dengan adanya zona hambat lampiran 7. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan struktur atau komposisi dinding sel bakteri Gram negatif dan Gram positif. Aktivitas antibakteri ekstrak etanol bunga petai terhadap bakteri S. aureus dimungkinkan karena adanya kandungaan senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, terpenoid yang bersifat polar. Dinding sel bakteri Gram positif mengandung peptidoglikan yang bersifat polar. Hal ini menyebabkan senyawa polar seperti alkaloid, flavonoid, saponin dan terpenoid dapat dengan mudah masuk menembus barier membran luar, sedangkan membran luar bakteri Gram negatif mengandung komposisi lipid yang bersifat non polar sehingga senyawa polar dalam ekstrak etanol bunga petai tidak dapat menembus membran sel bakteri Gram negatif. Mekanisme antibakteri senyawa alkaloid yaitu menyisip pada DNA sehingga merubah struktur ikatan DNA dan dengan menghambat sintesis DNA dengan cara menghambat kerja enzim topoisomerase Karou, 2005. Flavonoid memberikan aktivitas antibakteri dengan membentuk senyawa kompleks dengan protein ekstraseluler yang dapat merusak membran sel bakteri Ngajow, 2013, sehingga fungsi membran sel sebagai osmoregulator menjadi terganggu mengakibatkan kematian bakteri. Mekanisme saponin dan terpenoid sebagai antibakteri dengan merusak membran sitoplasma sehingga menyebabkan bakteri lisis Ngajow, 2013. Tabel V. Kriteria Kekuatan Daya Antibakteri Esktrak Etanol Bunga Petai Terhadap S. aureus. No Kriteria Davis and Stout 1971 Hasil Penelitian Diameter zona hambat mm Kriteria Konsentrasi Diameter zona hambat mm Kriteria 1 5 Lemah 3,125 1,4 Lemah 2 5 -10 Sedang 6,25 3,7 Lemah 3 10-20 Kuat 12,5 8,1 Sedang 4 20 Sangat kuat 25 9,9 Sedang 50 12,3 Kuat Diameter zona hambat terbesar terdapat pada konsentrasi 50 . Besarnya diameter zona hambat dipengaruhi oleh dua hal yaitu kemampuan ekstrak untuk berdifusi ke seluruh bagian media agar untuk menggaggu pertumbuhan bakteri uji dan kepekaan atau sensitivitas bakteri uji terhadap suatu antibakteri. Kriteria kekuatan daya antibakteri ekstrak etanol bunga petai terhadap S. aureus dapat dilihat pada tabel V. Berdasarkan kriteria tersebut diketahui bahwa konsentrasi ekstrak 50 merupakan konsentrasi efektif untuk menghambat S. aureus karena pada konsentrasi tersebut daya antibakteri dikategorikan kuat yang ditunjukkan dengan parameter zona hambatan yang dihasilkan. Analisis data dilakukan pada kelompok S. aureus karena kelompok tersebut memberikan diameter zona hambat sedangkan pada kelompok E. coli tidak memberikan data diameter zona jernih. Tabel VI. Hasil Uji Statistik Diameter Zona Hambat Variasi Konsentrasi Ekstrak Bunga Petai, Kontrol Positif dan Kontrol Negatif terhadap S. aureus. Uji Statistik Hasil Uji Makna Shapiro-Wilk W = 0,692 Distribusi tidak normal Levene F = 5.446 Variansi tidak homogen antar kelompok Kruskal Wallis X 2 = 0,00041 Ada perbedaan antar kelompok Berdasarkan hasil uji statistik yang diperoleh tabel VI diketahui bahwa data terdistribusi tidak normal dan variansi tidak homogen. Analisis data dengan uji Kruskal Wallis dengan taraf kepercayaan 95 menujukkan terdapat perbedaan yang bermakna antar kelompok. Uji statistik dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney untuk membandingkan perbedaan nilai diameter zona hambat dua kelompok antar konsentrasi. Hasil uji Mann-Whitney menujukkan berbeda bermakna antara kelompok kontrol negatif dengan kelompok konsentrasi 50, 25 dan 12,5, sedangkan pada kelompok konsentrsi 6,25 dan 3,125 bila dibandingkan dengan kontrol negatif menujukkan berbeda tidak bermakna Lampiran 8 . Berdasarkan data tersebut menujukkan bahwa kosentrasi 50, 25 dan 12,5 ekstrak etanol bunga petai memiliki daya antibakteri yang bermakna sacara statistik tetapi tidak lebih baik dibandingkan amoksisilin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol bunga petai memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri S. aureus dan tidak memiliki aktivitas antibakteri terhadap E. coli, oleh karena itu perlu dilakukan pengukuran KHM dan KBM terhadap S. aureus.

G. Penentuan KHM dan KBM dengan Metode Dilusi Cair

Dokumen yang terkait

Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kulit Petai (Parkia speciosa Hassk.) Terhadap Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus

5 26 64

PENDAHULUAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI C EKSTRAK ASETON KULIT BATANG Shorea accuminatissima TERHADAP Staphylococcus aureus ATCC 25923 DAN Escherichia coli ATCC 25922.

0 2 15

BAB 1 Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kayu Secang (Caesalpinia sappan L.) Terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923, Shigella sonnei ATCC 9290, Dan Escherichia coli ATCC 25922.

0 2 9

DAFTAR PUSTAKA Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kayu Secang (Caesalpinia sappan L.) Terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923, Shigella sonnei ATCC 9290, Dan Escherichia coli ATCC 25922.

0 11 4

Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol kulit buah Petai (Parkia speciosa Hassk.) terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.

3 29 145

Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol kulit batang pohon Petai (Parkia speciosa Hassk.) terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.

2 16 148

Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol Daun Petai (Parkia speciosa Hassk.) terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Escherichia coli ATCC 25922.

2 18 141

Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol kulit buah buni (Antidesma bunius (L.) Spreng) terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Escherichia coli ATCC 25922.

0 1 11

Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol kulit buah buni (Antidesma bunius (L.) Spreng) terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Escherichia coli ATCC 25922

0 0 9

AKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA KOPOLI-(EUGENOL–N,N’-METILEN BIS(AKRILAMIDA)) TERHADAP Staphylococcus aureus ATCC 25923 DAN Escherichia coli ATCC 25922.

0 0 14