I. Landasan Teori
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri S.aureus dan E. coli merupakan penyakit yang sering diderita oleh masyarakat dan merupakan penyebab kematian di
dunia. Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan eksplorasi bahan alam yang berpotensi sebagai antibakteri yang aman dan efektif.
Biji petai mengandung senyawa alkaloid, terpenoid, fenolik dan flavonoid Kamisah dkk., 2013 sedangkan menurut Jebarus 2015 pada kulit buah
mengandung saponin, flavonoid, alkaloid, tanin, fenolik dan terpenoid. Pada kulit batang pohon petai mengandung flavonoid, alkaloid, fenolik dan terpenoid Pratama,
2015. Bunga petai memiliki bau yang khas. Menurut Junker dkk., 2010 bau atau aroma khas yang terdapat dalam bunga disebabkan karena adanya senyawa terpenoid.
Menurut Heinrich 2005 pigmen pemberi warna pada bunga berasal dari senyawa golongan fenolik yaitu flavonoid. Menurut Swaati dkk., 2014 senyawa alkaloid,
saponin dan tanin juga dapat terdistribusi dalam bunga yang termasuk ke dalam famili Fabaceae. Oleh karena itu diduga bahwa bunga petai memiliki kandungan senyawa
terpenoid, flavonoid, alkaloid, saponin dan tanin. Senyawa-senyawa tersebut diketahui memiliki aktivitas antibakteri Swaati dkk., 2014.
Untuk mendapatkan senyawa kimia yang terkandung dalam bunga petai dilakukan ekstraksi dengan metode maserasi menggunakan penyari etanol. Etanol
mampu melarutkan senyawa kimia yang bersifat semipolar sampai polar seperti alkaloid, tanin, saponin fenolik dan flavonoid. Alkaloid bersifat semipolar karena
adanya gugus amina, amida, fenol dan metoksi yang dimungkinkan dapat tertarik oleh etanol. Etanol juga dapat menarik senyawa fenolik yang cenderung larut dalam
air. Tanin juga memiliki gugus fenolik sehingga dapat larut pada pelarut polar. Saponin memiliki ikatan glikosida dan flavonoid memiliki ikatan dengan gugus gula
yang membuat kedua senyawa ini bersifat polar Siedel, 2008. Pengujian aktivitas antibakteri ekstrak etanol bunga petai dilakukan dengan
menggunakan metode difusi sumuran. Hasil yang diperoleh menggunakan metode difusi sumuran yaitu adanya daerah penghambatan zona hambat yang menujukkan
terhambatnya pertumbuhan bakteri disekitar sumuran. Pengukuran KHM dan KBM dilakukan dengan metode dilusi cair. Hasil metode dilusi cair ditunjukkan dengan
media jernih yang mengandung konsentrasi ekstrak etanol bunga petai terendah yang menujukkan bebas dari pertumbuhan mikroba.
Penelitian mengenai aktivitas antibakteri ekstrak etanol bunga petai diharapkan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan memberikan informasi
ilmiah mengenai manfaat bunga petai sebagai salah satu antibakteri alternatif untuk mengatasi penyakit infeksi yang disebabkan oleh S. aureus dan E. coli.
J. Hipotesis