Hasil Prestasi Belajar Siswa

71

F. Analisis Data dan Pembahasan

1. Hasil Prestasi Belajar Siswa

a. S1 1 Profil Siswa S1 adalah salah satu siswa di kelas X MIA 2 yang dipilih untuk menjadi subyek penelitian. Ia anak kedua dari dua bersaudara. Ibunya meninggal saat ia naik ke kelas 2 SD. Kemudian ayahnya menikah lagi. Kini ayahnya pun telah tiada. Ayahnya meninggal ketika ia hendak melanjutkan sekolah ke SMP. Kini, ia tinggal bersama kakak laki-laki dan ibu tirinya. Menurut cerita yang peneliti dapat darinya, ia merasa mengalami perubahan di dalam keluarganya setelah ayahnya meninggal. Perubahan itulah yang membuat prestasinya menurun. S1 hidup di lingkungan yang baik. Menurutnya, warga di sekitar rumahnya baik dan sopan. Kebanyakan dari mereka bekerja sebagai pegawai negeri sipil. Banyak kegiatan yang diadakan oleh lingkungan tempat tinggalnya, seperti mengadakan gotong royong membersihkan lingkungan dan liburan bersama. Adapula kegiatan bagi remaja yang ia ikuti, yaitu irmah. Irmah merupakan kegiatan kerohanian islam yang turun tangan saat bulan Ramadhan tiba. Salah satu kegiatannya yaitu mengajar mengaji bagi anak-anak kecil di lingkungannya. 72 2 Tes Penelaahan Status Pada tes penelaahan status siswa, S1 memperoleh nilai terendah di kelas, yaitu 30. Karenanya, peneliti memilih S1 untuk menjadi subyek penelitian. Setelah peneliti tanyakan kepada Pak Joko sebagai guru mata pelajaran matematika yang mengampu S1 dan sekaligus menjadi wali kelasnya, beliau berpendapat bahwa pada beberapa bulan terakhir ini S1 memang tampak lemah pada mata pelajaran matematika. Oleh karena itu, beliau juga menyarankan agar S1 mendapat pembimbingan belajar oleh peneliti. Dari hasil pengerjaan S1 pada tes penelaahan status ini, peneliti mendapati beberapa kesalahan atau kekurangpahaman pada S1. Berikut disajikan beberapa kesalahan atau kekurangpahaman pada pengerjaan S1: a Penggunan Teorema Pythagoras dalam menyelesaikan soal 73 Pada ketiga gambar di atas, tampak bahwa S1 kurang paham mengenai maksud dari soal tersebut. Ia langsung menggunakan rumus nilai perbandingan trigonometri tanpa ia sadari bahwa soal diselesaikan dengan menggunakan teorema Pythagoras. b Menentukan nilai perbandingan trigonometri 74 Pada Gambar 7, Gambar 8, dan Gambar 9 terlihat bahwa S1 tidak mengerjakan nomor 6, 9, dan 16. Namun pada soal dengan tipe yang sama; yaitu nomor 5, 7, dan 11; ia mampu mengerjakan dengan baik dan benar. Berikut disajikan pada Gambar 10 , Gambar 11 dan Gambar 12. Terlihat bahwa sebenarnya S1 dapat memahami materi tersebut. Peneliti melontarkan beberapa pertanyaan pada S1 mengenai permasalahan tersebut. Menurutnya, ia mengerjakan soal loncat-loncat, maksudnya tidak runtut dari nomor 1 sampai 20. Waktu pengerjaan 90 menit baginya juga sangat singkat. Menurutnya, ia kekurangan waktu untuk 75 mengerjakannya sehingga ada beberapa soal yang tidak sempat ia kerjakan. c Menyederhanakan bentuk identitas trigonometri 76 Pada dasarnya, S1 memahami bentuk identitas trigonometri. Hal ini terlihat pada pengerjaan S1 nomor 12 Gambar 14. Ia dapat mengubah ke dalam bentuk yang sama yaitu a . Begitu pula pada nomor 18 Gambar 17 , ia dapat mengubah bentuk ke dalam bentuk yang sama yaitu i 2 c 2 , walaupun ada kesalahan dalam mengubah bentuk � ke dalam bentuk yang sama. Kesalahannya terletak pada penyederhanaan bentuk di nomor 12 Gambar 14 dan menyamakan penyebut di nomor 13 Gambar 15. d Mencari panjang sisi yang ditanyakan pada segitiga sebangun 77 e Mengaplikasikan perbandingan trigonometri untuk menyelesaikan permasalahan pada soal Pada gambar di atas terlihat bahwa S1 tidak mengerjakan nomor 8 dan nomor 17. Setelah ditanya, ternyata ia bingung cara mengerjakannya. 3 Tes Diagnostik Hasil tes diagnostik yang diperoleh S1 jauh di atas hasil tes penelaahan status yang peneliti lakukan di tahap awal penelitian. S1 memperoleh nilai 86 pada tes diagnostik. Sedangkan pada tes penelaahan status, S1 hanya mendapatkan nilai 30. Setelah peneliti 78 teliti lebih lanjut melalui wawancara, S1 mengaku bahwa ia grogi saat mengerjakan tes penelaahan status, sehingga konsentrasinya terganggu. Menurut S1, kondisi dirinya saat mengerjakan tes diagnostik lebih tenang dibandingkan saat mengerjakan tes penelaahan status, sehingga ia lebih bisa berkonsentrasi dengan baik saat mengerjakan tes diagnostik. Walaupun nilai pada tes diagnostik mendapat nilai yang tinggi, S1 tetap dijadikan sebagai subyek penelitian karena ia mengalami kesulitan dalam hal konsentrasi. Kesalahan S1 pada pengerjaan soal tes diagnostik terjadi dalam menentukan nilai perbandingan trigonometri di kuadran tertentu dan menentukan tanda dari suku-suku yang ada ketika tanda kurung dihilangkan. Kesalahan tersebut masing-masing disajikan pada Gambar 21 dan Gambar 22 berikut ini: 79 4 Kuis Setelah dilaksanakannya bimbingan belajar dengan metode latihan, peneliti mengadakan kuis untuk melihat perubahan yang terjadi pada keempat subyek penelitian. Hasil kuis yang diperoleh S1 meningkat dari hasil tes diagnostik. S1 memperoleh nilai 88 pada kuis. Sedangkan pada tes sebelumnya, yaitu tes diagnostik, S1 mendapatkan nilai 86. Kesalahan pengerjaan soal pada tes diagnostik tidak kembali nampak pada pengerjaan soal kuis, seperti terlihat pada Gambar 23. Kesalahan S1 pada pengerjaan soal kuis sebagian besar disebabkan karena kurang teliti, seperti disajikan pada Gambar 24 dan Gambar 25. Pada saat soal kuis dibahas kembali, ia dapat mengerjakannya dengan benar. Kesalahan lain disebabkan karena lupa akan rumus, yaitu dalam menentukan periode, nilai maksimum, dan nilai minimum dari suatu fungsi trigonometri disajikan pada Gambar 23. Pada Gambar 23 terlihat bahwa S1 sudah dapat menentukan tanda dari suku-suku yang ada bila tanda kurung dihilangkan. 80 Pada Gambar 24 dan Gambar 25 terlihat bahwa S1 tidak teliti dalam langkah-langkah pengerjaan soal. 81 Pada hasil pengerjaan S1 yang disajikan pada Gambar 26, ia mengaku bahwa ia lupa cara menentukan periode, nilai maksimum, dan nilai minimum dari fungsi tangen. 5 Tes Hasil Belajar Pada tes hasil belajar, S1 mendapatkan nilai 90. Pada tes penelaahan status yang dilaksanakan di awal penelitian, S1 mendapatkan nilai terendah di kelas, yaitu nilai 30. Kemudian pada tes diagnostic, ia memperoleh nilai yang jauh lebih meningkat, yaitu 86. Sedangkan pada kuis, S1 memperoleh nilai 88. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa bimbingan belajar dengan menggunakan metode latihan dapat membantu S1 dalam memahami materi pada materi trigonometri dan mampu meningkatkan nilainya. Kesalahan S1 pada pengerjaan soal tes hasil belajar ini terdapat pada nomor 9 soal pilihan ganda, nomor 1 soal essay, dan nomor 2 poin b dan c yang masing-masing disajikan pada Gambar 27, Gambar 28 , dan Gambar 29berikut ini: Pada Gambar 27 terlihat bahwa S1 mencoret hasil pengerjaannya. Sebenarnya langkah-langkah pengerjaan S1 sudah benar, namun 82 karena tidak percaya diri ia mencoretnya. Berikut peneliti sajikan langkah-langkah pengerjaan S1 tersebut: sin − sin . cos + sin + sin cos − cos + cos − cos Pada Gambar 28 terlihat bahwa S1 tidak teliti dalam mengerjakan soal. Di langkah awal pengerjaan, ia benar dalam menentukan tanda untuk nilai cos � dan � � di kuadran III. Namun pada langkah selanjutnya, ia tidak menuliskan tanda yang sama. Pada Gambar 29 terlihat bahwa kesalahannya yaitu dalam menentukan periode dari fungsi cosinus dan sinus. Ia mengaku bahwa ia lupa cara mengerjakannya. 83 b. S2 1 Profil Siswa S2 adalah salah satu siswa kelas X MIA 2 yang dipilih untuk menjadi subyek penelitian. S2 anak kedua dari dua bersaudara. Ayahnya bekerja sebagai karyawan swasta dan ibunya bekerja sebagai guru PAUD di dekat rumahnya. Kakaknya masih kuliah di STIE Muhammadiyah Cilacap. Neneknya tinggal bersamanya di rumah. Ia pernah mengatakan bahwa ia belajar apabila ada tugas rumah dan apabila esoknya ada ulangan saja. Saat belajar di rumah, anggota keluarganya ada yang mendampingi. Saat belajar matematika, ia didampingi oleh ayahnya. Saat belajar bahasa Inggris, ia didampingi oleh ibunya. Sedangkan saat belajar bahasa Jawa, ia didampingi oleh kakaknya. Namun kerap kali ia putus asa apabila mengalami kesulitan dalam belajar. Meskipun anggota keluarganya sudah menyemangatinya, namun apabila ia sudah tidak ada keniatan untuk belajar, ia akan menghentikan proses belajarnya. S2 memiliki kebiasaan yang kurang baik. Ia sering bermain handphone di rumah sehingga waktu untuk belajar menjadi berkurang. Begitu penuturan ibu S2 ketika peneliti berkunjung ke rumahnya. Menurut beliau, S2 memperoleh prestasi yang selalu memuaskan dari SD hingga SMP. S2 selalu berada dalam ranking 84 10 besar di kelasnya. Namun di SMA, prestasinya menurun. Beliau mengira bahwa kurangnya waktu belajar itulah yang membuat prestasi S2 menurun. Hal serupa peneliti alami ketika proses bimbingan belajar. S2 kerap kali asik dengan handphone-nya sehingga peneliti kerap kali menasihati dan mengambil handphone -nya selama proses bimbingan berlangsung. Namun S2 menyadari akan kesalahannya itu dan bisa menerima tindakan peneliti bagi dirinya. S2 hidup di lingkungan yang nyaman. Menurut S2, tidak ada hal buruk yang ia dapatkan dari lingkungan tempat tinggalnya. Warga di sekitar rumahnya memiliki kepribadian yang baik dan tidak menularkan hal negatif untuk dirinya. Ia juga kerap turun tangan dalam kegiatan lingkungan, seperti ikut gotong royong membersihkan lingkungan dan menjadi panitia untuk mempersiapkan acara 17 Agustus. 2 Tes Penelaahan Status Pada tes penelaahan status, S2 memperoleh nilai 55. Ada beberapa siswa yang memperoleh nilai 55 di kelas. Namun setelah peneliti tanyakan kepada Pak Joko sebagai guru mata pelajaran matematika yang mengampu S2 dan sekaligus menjadi wali kelasnya, beliau berpendapat bahwa pada beberapa bulan terakhir ini S2 memang tampak lemah pada mata pelajaran matematika. 85 Oleh karena itu, beliau menyarankan agar S2 mendapat pembimbingan belajar oleh peneliti. Dari hasil pengerjaan S2 pada tes penelaahan status ini, peneliti mendapati beberapa kesalahan atau kekurangpahaman pada S2. Berikut disajikan beberapa kesalahan atau kekurangpahaman pada pengerjaan S2. a Teorema Pythagoras Pada Gambar 30 terlihat bahwa pada dasarnya S2 paham akan teorema Pythagoras. Pada langkah awal pengerjaan, S2 menuliskan langkah yang benar, namun ia kurang teliti dalam mengerjakan langkah-langkah selanjutnya. b Menyederhanakan bentuk identitas trigonometri 86 Pada Gambar 31 terlihat bahwa sebenarnya S2 mengerti cara mengerjakannya. Ia mengerti bahwa sin − cos = sin − cos sin − cos , namun ia tidak melanjutkan langkah-langkah pengerjaannya. Pada Gambar 32, S2 tidak menuliskan langkah-langkah pengerjaannya. 87 Pada Gambar 33 dan Gambar 34 terlihat bahwa kesalahan S2 terletak dalam mengubah bentuk sec ke dalam bentuk yang sama. sec = c 2 � , namun ia menuliskan sec = c � i � . c Mencari panjang sisi yang ditanyakan pada segitiga sebangun Pada Gambar 35, S2 tidak menuliskan langkah-langkah pengerjaannya. d Perkalian pecahan Pada Gambar 36 terlihat bahwa kesalahan S2 terletak pada perkalian dua pecahan, yaitu pada perkalian penyebutnya. 88 e Menentukan nilai perbandingan trigonometri di kuadran tertentu Pada Gambar 37 terlihat bahwa S2 sudah dapat menentukan nilai perbandingan trigonometri. Kesalahannya yaitu dalam menentukan tanda positif atau negatif dari nilai perbandingan trigonometri pada kuadran tertentu, dalam soal ini yaitu kuadran II. f Mengaplikasikan perbandingan trigonometri untuk menyelesaikan permasalahan pada soal 89 Pada Gambar 38 terlihat bahwa S2 kurang tepat dalam menentukan cara untuk menyelesaikan soal tersebut. 3 Tes Diagnostik Hasil tes diagnostik yang diperoleh S2 lebih tinggi dari hasil tes penelaahan status yang peneliti lakukan di tahap awal penelitian. S2 memperoleh nilai 89 pada tes diagnostik. Sedangkan pada tes penelaahan status, S2 mendapatkan nilai 55. Setelah peneliti teliti lebih lanjut melalui wawancara, S2 mengaku bahwa ia sedang tidak enak badan saat mengikuti tes penelaahan status. Sedangkan pada saat mengikuti tes diagnostik, kondisi badannya sehat dan segar. Tidak berbeda dengan S1, kesalahan pengerjaan soal tes diagnostik pada S2 pun terletak dalam menentukan tanda dari suku- suku yang ada ketika tanda kurung dihilangkan. Kesalahan S2 tersebut disajikan pada Gambar 39 berikut ini: 4 Kuis Setelah dilaksanakannya bimbingan belajar dengan metode latihan sebanyak dua kali, peneliti mengadakan kuis untuk melihat 90 perubahan yang terjadi pada keempat subyek penelitian. Hasil kuis yang diperoleh S2 meningkat dari hasil tes diagnostik. S2 memperoleh nilai 91 pada kuis. Sedangkan pada tes sebelumnya, yaitu tes diagnostik, S2 mendapatkan nilai 89. Kesalahan pengerjaan soal pada tes diagnostik tidak kembali nampak pada pengerjaan soal kuis, seperti terlihat pada Gambar 40. Tidak berbeda dengan S1, kesalahan S2 pada pengerjaan soal kuis pun disebabkan karena lupa akan rumus, yaitu dalam menentukan periode, nilai maksimum, dan nilai minimum dari suatu fungsi trigonometri yang disajikan pada Gambar 41. Kesalahan lain yaitu karena S2 tidak tuntas dalam mengerjakan poin-poin pada soal nomor 3 lihat Gambar 42. Pada Gambar 40 terlihat bahwa S2 sudah dapat menentukan tanda dari suku-suku yang ada bila tanda kurung dihilangkan. 91 Pada hasil pengerjaan S2 yang disajikan pada Gambar 41, ia mengaku bahwa ia lupa cara menentukan periode, nilai maksimum, dan nilai minimum pada fungsi tangen. Pada Gambar 42 terlihat bahwa S2 tidak tuntas dalam mengerjakan poin-poin soal nomor 3. Ketika peneliti teliti melalui wawancara, S2 tidak menyadari akan kesalahannya itu. Ia mengira bahwa ia sudah mengerjakan semua soal yang diberikan. 5 Tes Hasil Belajar Pada tes hasil belajar, S2 mendapat nilai tertinggi di kelasnya, yaitu 94. Dengan kata lain, ia mendapat nilai tertinggi diantara ketiga subyek penelitian lainnya. Ini merupakan prestasi yang sangat membanggakan karena nilai tertinggi di kelas diperoleh oleh subyek penelitian. Pada tes penelaahan status yang dilaksanakan di awal penelitian, S2 mendapatkan nilai 55, lebih tinggi dari ketiga teman subyek penelitian yang lain. Kemudian pada tes diagnostik, ia memperoleh nilai yang meningkat, yaitu 89. Sedangkan pada kuis, S2 memperoleh nilai 91. Dari hasil tersebut dapat 92 disimpulkan bahwa bimbingan belajar dengan menggunakan metode latihan dapat membantu S2 dalam memahami materi pada materi trigonometri dan mampu meningkatkan nilainya. Kesalahan S2 pada pengerjaan soal tes hasil beelajar terdapat pada nomor 1 poin c soal essay dan nomor 2 poin a yang masing- masing disajikan pada Gambar 43 dan Gambar 44 berikut ini: Pada Gambar 43 terlihat bahwa kesalahan S2 terletak pada pembagian dua bilangan yang diakar. 93 Pada Gambar 44 terlihat bahwa S2 melakukan kesalahan yang sama, yaitu dalam menentukan nilai maksimum dan minimum dari fungsi tangen. c. S3 1 Profil Siswa S3 adalah salah satu siswa kelas X MIA 2 yang dipilih sebagai subyek penelitian. Dia anak kedua dari 3 bersaudara. Ayahnya bekerja sebagai pegawai swasta, ibunya bekerja sebagai guru bahasa Inggris di salah satu SMP di Cilacap, kakaknya sekolah di SMA N 1 Cilacap, dan adiknya kembarannya sekolah di SMA 2 Cilacap. Ia pernah mengatakan bahwa ia belajar apabila ada tugas rumah atau apabila esok hari ada ulangan saja. Saat belajar, ia lebih pada belajar mandiri. Apabila menemukan kesulitan, ia baru meminta bantuan pada orang tua atau saudaranya. Saat tidak belajar, orang tuanya menegurnya dan ia segera belajar walaupun hanya sebentar. S3 hidup di lingkungan yang aman dan tentram. Menurutnya, warga di sekitar rumahnya saling rukun satu sama lain. Lingkungan tempat tinggalnya juga sering mengadakan kegiatan lingkungan. S3 pun aktif dalam mengikuti kegiatan lingkungan, seperti menjadi panitia 17 Agustus dan panitia Idul Adha. 94 2 Tes Penelaahan status Pada tes penelaahan status, S3 memperoleh nilai 50. Ada beberapa siswa yang memperoleh nilai 50 di kelas. Namun setelah peneliti tanyakan kepada Pak Joko sebagai guru mata pelajaran matematika yang mengampu S3 dan sekaligus menjadi wali kelasnya, beliau berpendapat bahwa pada beberapa bulan terakhir ini S3 memang tampak lemah pada mata pelajaran matematika. Oleh karena itu, beliau menyarankan agar S3 mendapat pembimbingan belajar oleh peneliti. Dari hasil pengerjaan S3 pada tes penelaahan status ini, peneliti mendapati beberapa kesalahan atau kekurangpahaman pada S3. Berikut disajikan beberapa kesalahan atau kekurangpahaman pada pengerjaan S3: a Menyederhanakan bentuk identitas trigonometri Pada Gambar 45 terlihat bahwa S3 mengalami kesalahan pada langkah pengerjaan ke-1. 95 Pada Gambar 46 terlihat bahwa S3 mengalami kesalahan pada langkah ke-2. cos + sin = , maka cos = − sin . Namun pada langkah ke-2, S3menuliskan cos = sin . Pada Gambar 47 terlihat bahwa S3 tidak menuliskan langkah- langkah pengerjaannya. Setelah ditanya, ternyata ia bingung cara menyelesaikan soal tersebut. 96 Pada Gambar 48 terlihat bahwa S3 mengalami kesalahan dalam mengubah bentuk tan dan sec ke dalam bentuk yang sama. b Menentukan nilai perbandingan trigonometri di kuadran tertentu Pada Gambar 49 terlihat bahwa S3 mampu menentukan nilai perbandingan trigonometri. Namun ia kurang teliti dalam menentukan nilai perbandingan di suatu kuadran tertentu. 97 c Mencari panjang sisi yang ditanyakan pada dua segitiga sebangun Pada Gambar 50 terlihat bahwa S3 menjawab benar namun langkah-langkahnya tidak jelas. Dari hasil pengerjaannya peneliti menyimpulkan bahwa S3 belum memahami cara mencari panjang sisi yang ditanyakan pada segitiga sebangun. d Mengaplikasikan perbandingan trigonometri untuk menyelesaikan permasalahan pada soal 98 Pada Gambar 51 dan Gambar 52 terlihat bahwa cara pengerjaan S3 tidak tepat. Pada Gambar 52 nampak bahwa S3 hanya menghafal Triple Pythagoras saja. Karena itu, peneliti menyimpulkan bahwa S3 belum terbiasa dengan aplikasi soal trigonometri. 3 Tes Diagnostik Hasil tes diagnostik yang diperoleh S3 sedikit lebih tinggi dari hasil tes penelaahan status yang peneliti lakukan di tahap awal penelitian. S3 memperoleh nilai 57 pada tes diagnostik. Sedangkan pada tes penelaahan status, S3 memperoleh nilai 50. Setelah peneliti teliti lebih lanjut melalui wawancara, S3 mengaku bahwa ia kurang dapat memahami materi, terkhusus pada materi identitas trigonometri. Kesalahan S3 pada pengerjaan soal tes diagnostik terletak pada penyederhanaan bentuk identitas trigonometri. Kesalahan S3 tersebut disajikan pada Gambar 53 berikut ini: 99 Pada Gambar 53 terlihat bahwa kesalahan S3 terjadi dalam menentukan tanda dari suku-suku yang ada ketika tanda kurung dihilangkan dan belum dapat menjabarkan bentuk sin − cos dan sin + cos . Pada Gambar 54 terlihat bahwa S3 kebingungan dalam menyelesaikan soal tersebut. Setelah peneliti teliti lebih lanjut mengenai wawancara, S3 mengatakan bahwa ia masih belum memahami materi identitas trigonometri. 100 4 Kuis Setelah dilaksanakannya bimbingan belajar dengan metode latihan sebanyak dua kali, peneliti mengadakan kuis untuk melihat perubahan yang terjadi pada keempat subyek penelitian. Hasil kuis yang diperoleh S3 meningkat dari hasil tes diagnostik. S3 memperoleh nilai 83 pada kuis. Sedangkan pada tes sebelumnya, yaitu tes diagnostik, S3 mendapatkan nilai 57. Kesalahan pengerjaan soal pada tes diagnostik tidak kembali nampak pada pengerjaan soal kuis, seperti terlihat pada Gambar 55. Namun S3 kembali mengulang kesalahan pengerjaan yang pernah ia lakukan pada tes penelaahan status, yaitu dalam menentukan tanda positif atau negatif dari nilai perbandingan trigonometri di suatu kuadran tertentu dan menghitung panjang sisi yang ditanyakan pada dua segitiga sebangun. Kesalahan pengerjaan S3 tersebut disajikan pada Gambar 56 dan Gambar 57. Pada Gambar 55 terlihat bahwa pada soal 5 poin a, S3 sudah dapat menjabarkan bentuk sin + cos dan sin − cos serta 101 sudah dapat menentukan tanda dari suku-suku yang ada ketika tanda kurung dihilangkan. Kemudian untuk poin b, S3 sudah dapat mengerjakan soal tersebut dengan langkah-langkah pengerjaan yang jelas dan tepat. Pada Gambar 56 terlihat bahwa kesalahan S3 terletak dalam menentukan tanda positif dan negatif dari nilai perbandingan trigonometri di kuadran tertentu. Dalam soal ini yaitu kuadran III. Pada Gambar 57 terlihat bahwa S3 hanya menuliskan jawaban tanpa mencantumkan langkah-langkah pengerjaannya. Jawabannya pun salah. Ketika soal kuis dibahas, ia menyatakan 102 bahwa ia tidak teliti memperhatikan soal saat mengerjakan soal kuis. Ia hanya mengahafal Triple Pythagoras saja. 5 Tes Hasil Belajar Pada tes hasil belajar, S3 mendapat nilai tertinggi ke-2, yaitu 92. Hal ini sangat tidak disangka olehnya. Pada tes penelaahan status yang dilaksanakan di awal penelitian, S3 mendapatkan nilai 50. Kemudian pada tes diagnostik ia memperoleh nilai yang sedikit lebih meningkat, yaitu 57. Sedangkan pada kuis, S3 memperoleh nilai 83. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa bimbingan belajar dengan menggunakan metode latihan dapat membantu S3 dalam memahami materi pada materi trigonometri dan mampu meningkatkan nilainya. Kesalahan S3 pada pengerjaan soal tes hasil belajar ini terdapat pada nomor 10 soal pilihan ganda dan nomor 1 soal essay yang masing-masing disajikan pada Gambar 58 dan Gambar 59 berikut ini: Pada Gambar 58 terlihat bahwa S3 sudah mengerti soal tersebut 103 diselesaikan dengan menggunakan nilai perbandingan trigonometri pada segitiga siku-siku. Namun ia kurang teliti dalam memahami soal. Maksud dari soal yaitu mencari panjang pada gambar S3, namun S3 mencari panjang . Pada Gambar 59 terlihat bahwa kesalahan S3 terletak dalam menentukan tanda positif atau negatif dari nilai perbandingan trigonometri di suatu kuadran tertentu. d. S4 1 Profil Siswa S4 adalah salah satu siswa kelas X MIA 2 yang dipilih sebagai subyek penelitian. Ia anak pertama dari 3 bersaudara. Ayahnya bekerja sebagai pegawai swasta, ibunya sebagai ibu rumah tangga, dan adik-adiknya masih berada di bangku Sekolah Dasar. Ia siswa yang sangat pendiam. Menurut cerita yang peneliti dapat dari teman sekelasnya, di kelas S4 sangat pendiam. Hampir tidak bicara. “Paling ngomongnya kalo sama temen sebangkunya aja, Mbak.”, begitu katanya. Menurutnya pun S4 tidak pernah maju ke depan dalam menuliskan hasil pekerjaannya di papan tulis. 104 Menurut Pak Joko pun S4 sangat pendiam dan beliau kurang tahu apa penyebabnya. Mengenai frekuensi belajarnya di rumah, ia pernah mengatakan bahwa ia jarang belajar. Kalo pun belajar, ia lebih senang mempelajari pelajaran bahasa, bukan pelajaran ipa. Saat belajar, ia belajar mandiri tanpa didampingi oleh orang tuanya. Apabila menemukan kesulitan, ia baru meminta bantuan pada orang tuanya. S4 hidup di lingkungan yang nyaman. Menurutnya, warga di sekitar rumahnya saling guyub satu sama lain. Lingkungan tempat tinggalnya sering mengadakan kegiatan lingkungan. Terkadang S4 ikut turun tangan dalam kegiatan lingkungan, seperti menjadi panitia Idul Adha. 2 Tes Penelaahan status Pada tes penelaahan status, S4 memperoleh nilai yang sama dengan S3, yaitu 50. Ada beberapa siswa yang memperoleh nilai 50 di kelas. Namun setelah peneliti tanyakan kepada Pak Joko sebagai guru mata pelajaran matematika yang mengampu S4 dan sekaligus menjadi wali kelasnya, beliau berpendapat bahwa dari semester 1 S4 tampak lemah pada mata pelajaran matematika. Oleh karena itu, beliau menyarankan agar S4 mendapat pembimbingan belajar oleh peneliti. 105 Dari hasil pengerjaan S4 pada tes penelaahan status ini, peneliti mendapati beberapa kesalahan atau kekurangpahaman pada S4. Berikut disajikan beberapa kesalahan atau kekurangpahaman pada pengerjaan S3: a Penggunaan Teorema Pythagoras Gambar 61 terlihat bahwa S4 langsung menggunakan rumus nilai perbandingan trigonometri tanpa ia sadari bahwa soal diselesaikan dengan menggunakan Teorema Pythagoras terlebih dahulu. Namun pada dasarnya, S4 sudah memahami Teorema Pythagoras. Hal ini terlihat pada pengerjaan S4 pada nomor 4 yang disajikan pada Gambar 62 berikut ini: Gambar 61 terlihat bahwa S4 langsung menggunakan rumus nilai perbandingan trigonometri tanpa ia sadari bahwa soal diselesaikan dengan menggunakan teorema Pythagoras terlebih dahulu. Namun pada dasarnya, S4 sudah memahami teorema Pythagoras. Hal ini 106 terlihat pada pengerjaan S4 pada nomor 4 yang disajikan pada Gambar 62 berikut ini: b Menyederhanakan bentuk identitas trigonometri 107 Pada Gambar 63 dan Gambar 65 terlihat bahwa S4 tidak menuliskan langkah-langkah pengerjaannya. Sedangkan pada Gambar 64 terlihat bahwa S4 menuliskan hasil pemikirannya untuk mengerjakan soal tersebut walau masih kurang tepat. c Menentukan nilai perbandingan trigonometri Pada Gambar 66, Gambar 67, dan Gambar 68 terlihat bahwa S4 tidak menuliskan langkah-langkah pengerjaan soal. Ia langsung memilih poin jawaban yang tersedia. Sedangkan pada tipe soal yang sama, S4 mampu menjawab benar. Namun, ia pun tidak menuliskan langkah-langkah pengerjaannya. Pada keadaan ini 108 peneliti mengalami kebingungan menduga pemahaman S4 dalam menentukan nilai perbandingan trigonometri. 3 Tes Diagnostik Hasil tes diagnostik yang diperoleh S4 sedikit meningkat dari hasil tes penelaahan status. Tidak berbeda dengan S3, S4 pun memperoleh nilai 57 pada tes diagnostik. Sedangkan pada tes penelaahan status, S4 memperoleh nilai 50. Kesalahan S4 pada pengerjaan soal diagnostik disajikan pada gambar berikut: Kesalahan S4 dalam menentukan nilai perbandingan trigonometri pada tes penelaahan status tidak kembali nampat pada tes diagnostik. Pada Gambar 69 terlihat bahwa S4 mampu menentukan nilai perbandingan trigonometri. Namun ia kurang teliti dalam menentukan nilai perbandingan trigonometri di kuadran tertentu. 109 Pada Gambar 70 terlihat bahwa S4 tidak menuliskan langkah- langkah dalam menentukan panjang . Setelah peneliti teliti lebih dalam melalui wawancara, ternyata S4 tidak berbeda dengan S3. Ia hanya menghafal triple Pythagoras saja. Dalam pikirannya, jika salah satu sisi pada segitiga siku-siku memiliki panjang 6, maka panjang dua sisi yang lain yaitu 8 dan 10. Pada Gambar 71 terlihat bahwa S4 masih kebingungan dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan identitas trigonometri. Dari wawancara peneliti dengan S4, S4 mengatakan bahwa dirinya belum memahami materi identitas trigonometri sehingga ia tidak dapat mengerjakan soal yang berkaitan dengan identitas trigonometri. 4 Kuis Setelah dilaksanakannya bimbingan belajar dengan metode latihan sebanyak dua kali, peneliti mengadakan kuis untuk melihat perubahan yang terjadi pada keempat subyek penelitian. Hasil kuis yang diperoleh S4 jauh lebih tinggi dari nilai tes diagnostik. S4 memperoleh nilai 71 pada kuis, sedangkan pada tes diagnostik ia 110 mendapatkan nilai 57. Kesalahan S4 dalam pengerjaan soal kuis terdapat pada nomor 1 dan 5. Pada nomor 1, S4 salah dalam menjumlahkan bilangan bulat dan bilangan rasional. Sedangkan pada nomor 5, nampak bahwa S4 masih belum memahami materi identitas trigonometri. Hasil pengerjaan S4 disajikan pada gambar berikut: Pada Gambar 72 terlihat bahwa kesalahan S4 terletak dalam menjumlahkan bilangan bulat dan bilangan rasional. Peneliti mencoba memberikan beberapa soal dengan tipe yang sama untuk S4 dan S4 mampu menjawabnya dengan benar. Setelah peneliti teliti lebih dalam melalui wawancara, ia mengaku bahwa ia hanya kurang teliti saja. Pada Gambar 73 terlihat bahwa S4 masih belum memahami materi identitas trigonometri. Peneliti berpendapat bahwa S4 perlu 111 mendapatkan bimbingan tambahan untuk mengulas lebih dalam mengenai identitas trigonometri. Akhirnya, peneliti menambah satu kali bimbingan bersama S4 untuk lebih memahami dan memperdalam materi tersebut. 5 Tes Hasil Belajar Pada tes hasil belajar, S4 mendapatkan nilai 88. Pada tes penelaahan status yang dilaksanakan di awal penelitian, S4 mendapatkan nilai 50. Kemudian pada tes diagnostik ia memperoleh nilai yang sedikit meningkat, yaitu 57. Sedangkan pada kuis, S4 memperoleh nilai 71. Peningkatan nilainya cukup baik, namun masih ada materi yang belum ia pahami dari awal penelitian sampai diadakannya kuis, yaitu identitas trigonometri. Pada tes hasil belajar, S4 mampu menyelesaikan soal yang berkaitan dengan identitas trigonometri dengan baik dan benar. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa bimbingan belajar dengan menggunakan metode latihan dapat membantu kesulitan S4 pada materi trigonometri dan mampu meningkatkan nilainya. Kesalahan S4 pada pengerjaan soal tes hasil belajar ini terdapat pada nomor 3 soal pilihan ganda, nomor 1 soal essay, nomor 2 poin b soal essay, dan nomor 3 poin a soal essay yang masing-masing disajikan pada Gambar 74, Gambar 75, Gambar 76, dan Gambar 77 berikut ini: 112 Pada Gambar 74 terlihat bahwa S4 kurang teliti dalam menentukan nilai perbandingan trigonometri di kuadran tertentu. Ia mengerti bahwa nilai perbandingan trigonometri tersebut berada di kuaran II, namun pada hasil akhir ia tidak menuliskan tanda negatif pada nilai perbandingan trigonometri yang telah dicarinya. Pada Gambar 75 terlihat bahwa S4 tidak mengerjakan poin c. Pada Gambar 76 terlihat bahwa kesalahan S4 terletak dalam menentukan nilai maksimal dari suatu fungsi trigonometri. Nilai maksimum dan nilai minimum yang dituliskannya bernilai sama. 113 Pada Gambar 77 S4 hanya kurang dalam menuliskan kesimpulan, yaitu menuliskan himpunan penyelesaiannya.

2. Hasil Observasi dan Wawancara

Dokumen yang terkait

analisis kesulitan beleaar dalam mengerjakan soal-soal akutansi pokok bahasan laporan keuangan pad siswa kelas 1.3 cawu 1 man 2 jember tahun ajaran 2000/2001

0 12 64

peranan guru agama islam dalam mengatasi kesulitan siswa membaca al-Quran: studi kasus di SMP Negeri 17 Tangerang Selatan

19 138 85

Persepsi siswa tehadap kepribadian guru hubungannya dengan minat belajar siswa pada mata pelajaran PAI : ( studi kasus di kelas VIII SMPN 3 Bogor )

0 58 118

Hubungan antara komunikasi orang tua dan siswa dengan prestasi belajar siswa : studi penelitian pada siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Pamulang

0 5 94

Persepsi siswa tentang kondisi kelas dan hubungannya dengan minat belajar siswa : studi kasus di MTsN 8 Jakarta

10 104 61

Peranan Bimbingan dan Konseling dalam mengatasi kesulitan belajar siswa SMU Islam Al-Azhar 3

1 30 107

Peningkatan kemampuan penggunaan konjungsi dalam karangan argumentasi melalui penerapan metode latihan individual (penelitian tindakan kelas pada siswa kelas X SMA PGRI 56 Ciputat)

1 28 108

Penerapan metode e-learning dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa kelas vii pada mata pelajaran IPS terpadu: penelitian tindakan kelas di SMP IT Al-Atiqiyah Cipanengah-Sukabumi.

0 6 139

Penerapan metode permainan tradisional bebentengan dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada materi akuntansi perusahaan jasa di kelas XI IPS 3 SMA N 6 Tangerang Selatan (kuasi eksperimen di SMA N 6 Tangerang Selatan)

0 11 0

Penerapan metode permainan tradisional bebentengan dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada materi akuntansi perusahaan jasa di kelas XI IPS 3 SMA N 6 Tangerang Selatan: Kuasi Eksperimen di SMA Negeri 6 Tangerang Selatan

3 25 156