Kesulitan Belajar Matematika dalam Pembelajaran Matematika

12 atau nilai yang diberikan oleh guru. Prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai siswa dalam menuntut suatu pelajaran yang menunjukkan taraf kemampuan siswa dalam mengikuti program belajar dalam waktu tertentu, sesuai kurikulum yang telah ditentukan. Kemampuan belajar siswa memegang peranan besar terhadap tinggi rendahnya prestasi belajar siswa, semakin tinggi kemampuan belajar maka semakin besar kemungkinan untuk berhasil di jenjang itu dengan taraf keberhasilanprestasi yang semakin tinggi pula Winkel, 2007:162. Dari uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa prestasi belajar adalah ukuran kemampuan siswa yang dilihat dari penguasaan atau pemahaman siswa pada materi yang diberikan. Sedangkan nilai yang diperoleh dijadikan tolok ukur penguasaan atau pemahaman siswa pada materi yang diberikan.

C. Kesulitan Belajar Matematika dalam Pembelajaran Matematika

Banyak orang yang memandang matematika sebagai bidang studi yang sulit. Meskipun demikian, semua orang harus mempelajarinya karena merupakan sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari. Seperti halnya bahasa, mambaca, dan menulis; kesulitan belajar matematika harus diatasi sedini mungkin. Kalau tidak, siswa akan menghadapi banyak masalah karena hampir semua bidang studi memerlukan matematika yang sesuai Muyono Abdurrahman, 2009:251. Kesulitan belajar matematika disebut juga diskalkulia dyscalculis Lerner, 1988:430. Istilah diskalkulia memiliki konotasi medis, yang 13 memandang adanya keterkaitan gangguan sistem saraf pusat. Kesulitan belajar matematika yang berat oleh Kirk 1962:10 disebut akalkulia acalculia. Menurut Lerner 1981:357 ada beberapa karakterisktik anak berkesulitan belajar matematika, salah satunya yaitu kesulitan dalam bahasa dan membaca. Matematika itu sendiri pada hakikatnya adalah simbolis Johnson Myklebust, 1967:244. Oleh karena itu, kesulitan dalam bahasa berpengaruh terhadap kemampuan anak di bidang matematika. Soal matematika yang berbentuk cerita menuntut kemampuan membaca untuk memecahkannya. Oleh karena itu, anak yang mengalami kesulitan membaca akan mengalami kesulitan pula dalam memecahkan soal matematika yang berbentuk cerita tertulis. Informasi tentang kemampuan siswa dalam bidang studi matematika dapat diketahui melalui asesmen informasi dan formal. Dalam kasus tertentu mungkin diperlukan pemakaian kedua jenis asesmen, tetapi dalam kasus lain mungkin cukup dengan asesmen informal Mulyono Abdurrahman, 2009:265. a. Asesmen Informal Para ahli di bidang pendidikan bagi anak berkesulitan belajar umumnya mempercayai bahwa asesmen informal merupakan cara terbaik untuk memperoleh informasi tentang kemampuan anak dalam bidang studi matematika. Berbagai observasi terhadap perilaku anak sehari-hari dalam bidang studi matematika, kinerja anak dalam menyelesaikan pekerjaan rumah, atau tes buatan guru yang dikaitkan dengan kurikulum atau buku 14 pelajaran dapat menyajikan informasi sebagai dasar pemberian pelayanan pengajaran remedial. Berikut ini dikemukakan tiga jenis asesmem informal Mulyono Abdurrahman, 2009:266: 1 Inventori Suatu tes informal dalam bentuk inventori dapat dibuat oleh guru untuk mengukur keterampilan anak dalam bidang studi matematika secara cepat. Begitu ditemukan adanya kesulitan, suatu tes diagnostik yang lebih ekstensif dapat diberikan kepada anak. 2 Asesmen yang Didasarkan atas Kurikulum Prosedur infornal asesmen yang didasarkan atas kurikulum merupakan suatu cara yang bermanfaat untuk mengukur kemajuan belajar matematika. Asesmen yang didasarkan atas kurikulum terkait langsung dengan yang diajarkan oleh guru di kelas. Zigmond et al. Lerner, 1988:444 merekomendasikan adanya 12 langkah strategi asesmen yang didasarkan atas kurikulum bidang studi matematika yang dapat membimbing para guru dari keputusan melakukan asesmen rancangan pembelajaran. Langkah-langkah tersebut adalah: a Memutuskan apa yang diukur. b Memilih atau mengembangkan suatu hirarki keterampilan. c Memutuskan di mana memulai. d Memilih atau mengembangkan instrumen. 15 e Melaksanakan tes. f Mengadministrasikan tes. g Mencatat kekeliruan dan gaya kinerja. h Menganalisis temuan dan meringkas hasil. i Memperkirakan alasan kekeliruan dan menentukan bidang yang akan diperiksa. j Memeriksa. k Melengkapi catatan dan merumuskan tujuan-tujuan pembelajaran khusus. l Melaksanakan pembelajaran. m Memutakhirkan informasi asesmen. Faktor penting dalam metode ini adalah pemeriksanan. Pada mulanya guru memberikan tes informal yang bersifat umum untuk mengetahui kemampuan anak secara keseluruhan. Selanjutnya, guru merancang suatu instrumen pemeriksaan informal yang lebih khusus dari bidang kesulitan yang ditemukan. Sebagai contoh, pada mulanya guru melakukan survai atau tes informal umum tentang penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian yang menggunakan bilangan bulat, pecahan, dan desimal. Jika siswa menunjukkan adanya kesulitan dengan soal-soal pembagian, guru melakukan pemeriksaan yang diarahkan pada bidang khusus pembagian tersebut. Dengan demikian, asesmen informal ini disesuaikan dengan individu siswa. 16 3 Menganalisis Kekeliruan Siswa Guru yang mengajar anak berkesulitan belajar matematika hendaknya mampu menditeksi berbagai kekeliruan siswa. Dengan demikian, pembelajaran dapat diarahkan pada perbaikan kekeliruan- kekeliruan tersebut. Guru harus memerikasa pekerjaan siswa dan meminta sisswa menjelaskan bagaimana ia sampai pada penggunaan pemecahan seperti itu. Guru juga perlu melakukan observasi terhadap cara yang digunakan oleh siswa dan melakukan perbaikan terhadap kekeliruan tersebut. b. Asesmen Formal Instrumen formal mencakup tes yang bersifat umum untuk digunakan dalam kelompok dan yang digunakan secara individual Mulyono Abdurrahman, 2009:272. 1 Tes Kelompok Baku Instrumen formal yang berupa tes baku yang digunakan dalam kelompok perlu lebih dahulu diuji validitas dan reliabilitasnya. 2 Tes Klinis Individual Tes klinis individual dirancang untuk diberikan kepada seorang siswa secara individual. 17

D. Langkah-LangkahTahap-Tahap dalam Proses Diagnosis dan Remediasi

Dokumen yang terkait

analisis kesulitan beleaar dalam mengerjakan soal-soal akutansi pokok bahasan laporan keuangan pad siswa kelas 1.3 cawu 1 man 2 jember tahun ajaran 2000/2001

0 12 64

peranan guru agama islam dalam mengatasi kesulitan siswa membaca al-Quran: studi kasus di SMP Negeri 17 Tangerang Selatan

19 138 85

Persepsi siswa tehadap kepribadian guru hubungannya dengan minat belajar siswa pada mata pelajaran PAI : ( studi kasus di kelas VIII SMPN 3 Bogor )

0 58 118

Hubungan antara komunikasi orang tua dan siswa dengan prestasi belajar siswa : studi penelitian pada siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Pamulang

0 5 94

Persepsi siswa tentang kondisi kelas dan hubungannya dengan minat belajar siswa : studi kasus di MTsN 8 Jakarta

10 104 61

Peranan Bimbingan dan Konseling dalam mengatasi kesulitan belajar siswa SMU Islam Al-Azhar 3

1 30 107

Peningkatan kemampuan penggunaan konjungsi dalam karangan argumentasi melalui penerapan metode latihan individual (penelitian tindakan kelas pada siswa kelas X SMA PGRI 56 Ciputat)

1 28 108

Penerapan metode e-learning dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa kelas vii pada mata pelajaran IPS terpadu: penelitian tindakan kelas di SMP IT Al-Atiqiyah Cipanengah-Sukabumi.

0 6 139

Penerapan metode permainan tradisional bebentengan dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada materi akuntansi perusahaan jasa di kelas XI IPS 3 SMA N 6 Tangerang Selatan (kuasi eksperimen di SMA N 6 Tangerang Selatan)

0 11 0

Penerapan metode permainan tradisional bebentengan dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada materi akuntansi perusahaan jasa di kelas XI IPS 3 SMA N 6 Tangerang Selatan: Kuasi Eksperimen di SMA Negeri 6 Tangerang Selatan

3 25 156