Uji Homogenitas Uji Hipotesis

Optimalisasi Hasil Belajar Siswa SMA Melalui Model Pembelajaran Aktif-Kooperatif Tipe…. | Seminar Nasional Biologi, Lingkungan, dan Pembelajaran, 96-98 Copyright © 2015 | ISBN 978-602-73551-0-1 Tabel 5. Hasil Uji Hipotesis Uji-t Kelas t hitung t 0,01 Ket. Kontrol Eksperimen 3,02 4,78 2,64 2,64 H o ditolak H o ditolak Kesimpulan: terdapat perbedaan yang signifikan atau perbedaan yang nyata antara nilai pretest dan post test pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Tabel 5 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara nilai pretest dan post test pada kelas kontrol dan kelas eksperimen juga terdapat perbedaan nilai uji hipotesis antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen dimana kelas kontrol menunjukkan angka 3,02 sedangkan kelas eksperimen menunjukkan angka 4,78. Hal ini mengartikan bahwa terdapat perbedaan yang cukup jelas dimana kelas eksperimen menunjukkan angka yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol.

4. Analisis Perhitungan N-Gain

N-Gain dapat menunjukkan tingkat keefektifan peningkatan suatu pembelajaran yang diterapkan, dalam hal ini yaitu penerapan pembelajaran konvensional ceramah pada kelas kontrol dan penggunaan model pembelajaran aktif-kooperatif tipe two stay two go pada kelas eksperimen. Dalam perhitungan N-Gain ini, dilakukan perbandingan nilai rata-rata hasil pretest dan nilai rata-rata post test. Deskripsi data N-Gain gain yang dinormalisasi dapat dilihat pada tabel 6. Berdasarkan Tabel 6, terdapat perbedaan yang cukup jauh dimana tingkat keefektifan pembelajaran kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran konvensional ceramah lebih kecil dibandingkan dengan kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran aktif-kooperatif tipe two stay two go, 0,19 kelas kontrol 0,32 kelas eksperimen. Kriteria yang menunjukkan tingkat keefektifan pemahaman pembelajaran oleh siswa pada kelas kontrol termasuk rendah, sedangkan pada kelas eksperimen yaitu sedang. Penguasaan konsep awal siswa dilihat dari nilai pretest . Rata-rata nilai pretest siswa pada kelas kontrol adalah 66,14 sedangkan pada kelas eksperimen adalah 68,30. Dalam pretest, nilai minimum yang ditemukan pada kelas kontrol yaitu 35 sedangkan pada kelas eksperimen yaitu 40, nilai maksimum pretest yang di dapat pada kelas kontrol yaitu 90, sama yang ditemukan pada kelas eksperimen yaitu 90. Pada nilai minimum pretest, terdapat rentang yang tidak terlalu jauh hanya dengan selisih 5. Nilai maksimum pada dua kelas sama yakni 90. Hal ini dapat diamati bahwa pada saat pretest, siswa sudah cukup mengenai materi komponen ekosistem, sehingga siswa sudah cukup menguasai materi ini. Adapun KKM yang harus dicapai dalam pelajaran Biologi di SMA Negeri 10 Bandung yaitu 75, oleh sebab itu masih cukup banyak siswa yang masih belum mencapai Kriteria Ketuntatasan Mengajar KKM tersebut. Pada pretest, siswa pada kelas kontrol yang berada dibawah KKM yaitu 35 orang dan pada kelas eksperimen yaitu 27 orang. Banyaknya siswa yang belum mampu mencapai nilai KKM merupakan indikasi atau wujud daripada penerapan metode pembelajaran yang kurang tepat selama proses kegiatan belajar berlangsung. Padahal pemilihan metode dalam belajar sangatlah penting karena akan menentukan nilai akhir. Penguasaan konsep siswa setelah diberikannya pembelajaran berupa materi subkonsep komponen ekosistem pada kedua kelas mengalami perbedaan yang cukup jauh. Pengujian setelah diberikan materi tersebut berupa post test. Pada kelas kontrol dengan menggunakan metode konvensional ceramah yakni diperoleh nilai rata-rata 72,61 dan pada kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran aktif-kooperatif tipe two stay two go diperoleh nilai rata-rata 78,52. Pada kelas kontrol, nilai minimum yang dicapai pada post test adalah 50 dan nilai maksimumnya adalah 85. Kelas eksperimen menunjukkan nilai minimum yaitu 55 dan nilai maksimum 95. Berdasarkan perhitungan gain, pada kelas kontrol sebelum melaksanakan belajar mengajar dengan metode konvensional ceramah, rata-rata tes siswa 66,14 sedangkan pada hasil belajar siswa setelah melaksanakan kegiatan belajar didapat rata- rata tes siswa 72,61. Selisih nilai rata-rata yang diperoleh yaitu 6,48. Hasil uji signifikansi menggunakan uji-t menunjukkan nilai t hitung sebesar 3,02 dan t tabel 0,01 sebesar 2,64. Oleh karena itu, nilai t hitung berada diluar daerah penerimaan H o maka dapat disimpulkan bahwa H o ditolak, artinya pada penggunakan metode konvensional ceramah pada kelas kontrol mengalami peningkatan hasil belajar siswa pada subkonsep komponen ekosistem secara signifikan atau berbeda nyata. Pada kelas eksperimen, hasil belajar siswa sebelum melaksanakan belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran aktif-kooperatif tipe two stay two go, rata-rata tes siswa sebesar 68,30 sedangkan hasil belajar siswa setelah melaksanakan kegiatan belajar dengan menggunakan model Sani S. |Seminar Nasional Biologi, Lingkungan, dan Pembelajaran, 97-98 Copyright © 2015 | ISBN 978-602-73551-0-1 pembelajaran aktif-kooperatif tipe two stay two go pada subkonsep komponen ekosistem meningkat dengan rata-rata nilai tes sebesar 78,52. Selisih nilai rata-rata yang diperoleh yaitu sebesar 10,22. Hasil uji signifikansi menggunakan uji-t menunjukkan nilai t hitung sebesar 4,78 dan t tabel 0,01 sebesar 2,64. Oleh karena itu, nilai t hitung berada diluar daerah penerimaan H o maka dapat disimpulkan bahwa H o ditolak, artinya penggunaan model pembelajaran aktif-kooperatif tipe two stay two go dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada subkonsep komponen ekosistem secara sangat signifikan atau berbeda nyata. Berdasarkan hasil analisis tes akhir dengan menggunakan uji-t kelas kontrol dan kelas eksperimen menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara nilai pretest dan post test pada kelas kontrol dan kelas eksperimen juga terdapat perbedaan nilai uji hipotesis antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen dimana kelas kontrol menunjukkan angka 3,02 sedangkan kelas eksperimen menunjukkan angka 4,78. Hal ini mengartikan bahwa terdapat perbedaan yang cukup jelas dimana kelas eksperimen menunjukkan angka yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Pada tes akhir dengan membandingkan nilai N- Gain , terdapat perbedaan yang cukup jauh dimana tingkat keefektifan pembelajaran kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran konvensional ceramah lebih kecil dibandingkan dengan kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran aktif- kooperatif tipe two stay two go, 0,19 kelas kontrol 0,32 kelas eksperimen. Kriteria yang menunjukkan tingkat keefektifan pemahaman pembelajaran oleh siswa pada kelas kontrol termasuk rendah, sedangkan pada kelas eksperimen yaitu sedang. Hal ini menandakan efektifitas suatu metode pembelajaran membuktikan bahwa model pembelajaran aktif- kooperatif tipe two stay two go dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan menjadikan model ini alternatif dalam kegiatan belajar mengajar KBM. Sehingga dengan demikian, penelitian yang peneliti lakukan di SMA Negeri 10 Bandung yang menerapkan model pembelajaran aktif-kooperatif tipe two stay two go pada subkonsep komponen ekosistem, bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran aktif-kooperatif tipe two stay two go dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Model pembelajaran aktif-kooperatif tipe two stay two go dapat diterapkan sebagai bentuk metode pembelajaran alternatif yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Berdasarkan penelitian-penelitian mengenai metode pembelajaran aktif-kooperatif sebagaimana diungkapkan, maka metode ini sangat efektif diterapkan pada materi pembelajaran yang cukup memuat banyak konsep yang perlu dipahami siswa. Model pembelajaran aktif-kooperatif tipe two stay two go dapat juga dijadikan sebagai salah satu upaya guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa dengan tidak menjadikan siswa menjadi aktif tanpa pemahaman, karena pada hakikatnya pemahaman siswa terhadap pelajaran dengan cara menggalinya sendiri akan lebih kuat mengingatnya dibandingkan hanya dengan diberikan umpan oleh guru berupa pembelajaran konvensional ceramah yang membuat siswa kurang aktif dan menjadi pasif dalam mengikuti pelajaran. PENUTUP Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Penguasaan konsep siswa sebelum diterapkannya model pembelajaran aktif-kooperatif tipe two stay two go pada subkonsep komponen ekosistem pada kelas eksperimen masih sangat rendah karena pada kebanyakan siswa banyak yang belum mencapai nilai KKM. Berikut pula pada kelas kontrol yang masih cukup banyak siswa berada dibawah capaian nilai KKM. Rendahnya hasil siswa ini salah satunya disebabkan oleh kurang tepatnya penerapan metode pembelajaran pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Namun setelah diterapkannya model pembelajaran aktif- kooperatif tipe two stay two go pada kelas eksperimen, hasil belajar siswa mengalami peningkatan dengan ditandai oleh sebagian besar siswa telah mencapai KKM. Pada kelas kontrol terjadi peningkatan, namun tidak sebesar jumlah rata-rata siswa yang mengalami peningkatan dengan menggunakan model pembelajaran aktif- kooperatif tipe two stay two go. Maka dari itu, penggunaan model pembelajaran aktif-kooperatif tipe two stay two go pada kelas eksperimen lebih besar jumlah rata-rata capaian setelah pembelajaran dibandingkan dengan penggunaan metode pembelajaran konvensional ceramah pada kelas kontrol. 2. Terdapat peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkannya model pembelajaran aktif- kooperatif tipe two stay two go pada subkonsep komponen ekosistem. Hal ini dapat dilihat dari perolehan nilai rata-rata siswa yang semakin meningkat pada kelas eksperimen, nilai N-Gain