Analisis Perhitungan N-Gain PROSIDING Seminar Nasional Biologi, Lingkungan, dan Pembelajaran
Sani S.
|Seminar Nasional Biologi, Lingkungan, dan Pembelajaran, 97-98 Copyright © 2015 | ISBN 978-602-73551-0-1
pembelajaran aktif-kooperatif tipe two stay two go pada subkonsep komponen ekosistem meningkat
dengan rata-rata nilai tes sebesar 78,52. Selisih nilai rata-rata yang diperoleh yaitu sebesar 10,22. Hasil uji
signifikansi menggunakan uji-t menunjukkan nilai t
hitung
sebesar 4,78 dan t
tabel 0,01
sebesar 2,64. Oleh karena itu, nilai t
hitung
berada diluar daerah penerimaan H
o
maka dapat disimpulkan bahwa H
o
ditolak, artinya penggunaan model pembelajaran aktif-kooperatif tipe
two stay two go dapat meningkatkan hasil belajar
siswa pada subkonsep komponen ekosistem secara sangat signifikan atau berbeda nyata.
Berdasarkan hasil analisis tes akhir dengan menggunakan uji-t kelas kontrol dan kelas eksperimen
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara nilai pretest dan post test pada kelas
kontrol dan kelas eksperimen juga terdapat perbedaan nilai uji hipotesis antara kelas kontrol dengan kelas
eksperimen dimana kelas kontrol menunjukkan angka 3,02 sedangkan kelas eksperimen menunjukkan angka
4,78. Hal ini mengartikan bahwa terdapat perbedaan yang cukup jelas dimana kelas eksperimen
menunjukkan angka yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol.
Pada tes akhir dengan membandingkan nilai N- Gain
, terdapat perbedaan yang cukup jauh dimana tingkat keefektifan pembelajaran kelas kontrol dengan
menggunakan pembelajaran konvensional ceramah lebih kecil dibandingkan dengan kelas eksperimen
yang menggunakan model pembelajaran aktif- kooperatif tipe two stay two go, 0,19 kelas kontrol
0,32 kelas eksperimen. Kriteria yang menunjukkan tingkat keefektifan pemahaman pembelajaran oleh
siswa pada kelas kontrol termasuk rendah, sedangkan pada kelas eksperimen yaitu sedang. Hal ini
menandakan efektifitas suatu metode pembelajaran membuktikan bahwa model pembelajaran aktif-
kooperatif tipe two stay two go dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan menjadikan model ini alternatif
dalam kegiatan belajar mengajar KBM.
Sehingga dengan demikian, penelitian yang peneliti lakukan di SMA Negeri 10 Bandung yang
menerapkan model pembelajaran aktif-kooperatif tipe two stay two go
pada subkonsep komponen ekosistem, bahwa pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran aktif-kooperatif tipe two stay two go dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Model pembelajaran aktif-kooperatif tipe two stay two go
dapat diterapkan sebagai bentuk metode pembelajaran alternatif yang digunakan dalam
kegiatan belajar mengajar di kelas. Berdasarkan penelitian-penelitian mengenai metode pembelajaran
aktif-kooperatif sebagaimana diungkapkan, maka metode ini sangat efektif diterapkan pada materi
pembelajaran yang cukup memuat banyak konsep yang perlu dipahami siswa. Model pembelajaran
aktif-kooperatif tipe two stay two go dapat juga dijadikan sebagai salah satu upaya guru dalam
meningkatkan hasil belajar siswa dengan tidak menjadikan siswa menjadi aktif tanpa pemahaman,
karena pada hakikatnya pemahaman siswa terhadap pelajaran dengan cara menggalinya sendiri akan lebih
kuat mengingatnya dibandingkan hanya dengan diberikan umpan oleh guru berupa pembelajaran
konvensional ceramah yang membuat siswa kurang aktif dan menjadi pasif dalam mengikuti pelajaran.
PENUTUP Simpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Penguasaan konsep siswa sebelum diterapkannya
model pembelajaran aktif-kooperatif tipe two stay two go
pada subkonsep komponen ekosistem pada kelas eksperimen masih sangat rendah karena pada
kebanyakan siswa banyak yang belum mencapai nilai KKM. Berikut pula pada kelas kontrol yang
masih cukup banyak siswa berada dibawah capaian nilai KKM. Rendahnya hasil siswa ini
salah satunya disebabkan oleh kurang tepatnya penerapan metode pembelajaran pada saat
kegiatan belajar mengajar berlangsung. Namun setelah diterapkannya model pembelajaran aktif-
kooperatif tipe two stay two go pada kelas eksperimen, hasil belajar siswa mengalami
peningkatan dengan ditandai oleh sebagian besar siswa telah mencapai KKM. Pada kelas kontrol
terjadi peningkatan, namun tidak sebesar jumlah rata-rata siswa yang mengalami peningkatan
dengan menggunakan model pembelajaran aktif- kooperatif tipe two stay two go. Maka dari itu,
penggunaan model pembelajaran aktif-kooperatif tipe two stay two go pada kelas eksperimen lebih
besar
jumlah rata-rata
capaian setelah
pembelajaran dibandingkan dengan penggunaan metode pembelajaran konvensional ceramah
pada kelas kontrol.
2. Terdapat peningkatan hasil belajar siswa setelah
diterapkannya model
pembelajaran aktif-
kooperatif tipe two stay two go pada subkonsep komponen ekosistem. Hal ini dapat dilihat dari
perolehan nilai rata-rata siswa yang semakin meningkat pada kelas eksperimen, nilai N-Gain
Optimalisasi Hasil Belajar Siswa SMA Melalui Model Pembelajaran Aktif-Kooperatif Tipe….
| Seminar Nasional Biologi, Lingkungan, dan Pembelajaran, 98-98
Copyright © 2015 | ISBN 978-602-73551-0-1
dengan kriteria sedang dan jumlah siswa yang sudah mencapai KKM meningkat.
Saran
Dari hasil penelitian ini, peneliti memberikan saran mengenai penelitian penerapan model
pembelajaran aktif-kooperatif tipe two stay two go ini, yaitu dalam kegiatan pembelajaran yang tidak akan
terlepas dari bagaimana siswa dapat menggali sendiri makna suatu pembelajaran dengan cara belajar yang
menyenangkan namun sarat akan makna dan pembelajaran. Melalui permainan ini, merupakan
salah satu bentuk alternatif pembelajaran dimana siswa dapat berperan aktif sebagai subjek untuk
mencari dan menemukan makna dari konsep Biologi itu sendiri tanpa harus selalu guru yang memberikan.
Selain itu, siswa dituntuk senantiasa selalu bekerja sama dengan temannya dan melatih bentuk sosialisasi
internal dalam diri mereka, dalam hal ini adanya tutor sebaya sebagai media konsultasi dan berbagi
memberikan kebermaknaan tersendiri dalam belajar khususnya dengan teman sebayanya.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2010. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Aswir. 2011. Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Penerapan
Pembelajaran Kooperatif
Cooperatif Learning . [Online]. Tersedia:
http:menulisbersamaaswir.blogspot.com201 104peningkatan-mutu-pendidikan-
melalui.html. [13 Maret 2012]
Hatimah, Ihat, Susilana, Rudi dan Aedi, Nur. 2007. Penelitian Pendidikan
. Bandung: UPI Press. Indrawati, R., Ibrahim, Y., dan Suhaerah, L. 2009.
“Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Co-op Co-op Terhadap Peningkatan Hasil
Belajar Siswa Kelas XI pada Subkonsep Alat Indera”. Biosfer: Jurnal Ilmiah Pendidikan
Biologi dan Lingkungan Hidup
. 3 2, 279-292. Isjoni. 2011. Cooperative Learning, Efektif
Pembelajaran Berkelompok
. Bandung:
Alfabeta. Lie,
Anita. 2008.
Cooperative Learning,
Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas
. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Purwanto, M. N. 2000. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Purwati, R. 2010. Penggunaan Model Active Learning dalam Meningkatkan Penguasaan
Konsep Pencemaran pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Katapang
. Skripsi Sarjana pada Pendidikan Biologi FKIP Universitas Pasundan
Bandung: tidak diterbitkan. Silberman, Melvin. 2009. Active Learning 101 Cara
Belajar Siswa Aktif . Bandung: Nusamedia dan
Nuansa. Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Sugiono. 2008. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Penerbit Alfabeta Bandung.
Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning, Teori Aplikasi Paikem
. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Syah, Muhibbin. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Seminar Nasional Biologi, Lingkungan, dan Pembelajaran Pendidikan Biologi FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 24 Oktober 2015
Copyright © 2015, ISBN 978-602-73551-0-1
PENGEMBANGAN KOMIK BERWARNA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PADA MATERI SISTEM PENCERNAAN MANUSIA UNTUK SMP KELAS VIII
Ayu Nirmala Sari
1
, Ardi
2
, Ramadhan Sumarmin
2
1
Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Ar Raniry Banda Aceh
2
Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Padang Email koresponden: ayunirmala79gmail.com
Abstrak
Penggunaan media yang belum optimal pada materi yang bersifat abstrak seperti materi Sistem Pencernaan Manusia, minat baca yang rendah dan kurangnya kemampuan dalam memvisualisasikan informasi yang
didengar menyebabkan rendahnya hasil belajar biologi siswa SMP Kelas VIII. Perlu dikembangkan media komik berwarna sebagai media alternatif yang sesuai dengan karakteristik dan perkembangan siswa untuk
membantu memahami materi biologi. Media komik berwarna yang dikembangkan adalah media yang telah teruji praktikalitas dan validitasnya. Penelitian pengembangan ini menggunakan four-D models yang terdiri
dari tahap pendefinisian define yang terdiri atas analisis kurikulum, siswa dan media, tahap perancangan design, tahap pengembangan develop yang bertujuan untuk menghasilkan media komik berwarna yang
valid dan praktis yang dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu validasi oleh 6 orang validator, revisi media dan uji praktikalitas komik berwarna terhadap 40 orang siswa kelas VIII dan 1 orang guru SMPN 2 Padang
serta tahap penyebaran disseminate yang dilakukan secara terbatas. Untuk pengumpulan data digunakan angket uji validitas dan praktikalitas. Selanjutnya, data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis dengan
analisis deskriptif. Hasil validitas yang diperoleh adalah 3.45 dengan kategori valid, sedangkan nilai praktikalitas media komik berwarna oleh siswa dan guru berturut-turut adalah 90.63 dan 91.00 dengan
kategori sangat praktis.
Kata kunci
: Media Pembelajaran, Komik Berwarna, Validitas, Praktikalitas
Abstract
The use of learning media that is not optimal on abstract material like the human digestive system, a low reading interest and lack of ability to visualize information leads to decreasing of learning outcomes in class
VIII students. Colored comics media need to be developed as an alternative media in accordance with the characteristics and development of the students to help understand biological materials. Colored comic that
developed is the media that has tested the practicality and validity. This development research uses four- D models comprising the step of defining define, which consists of the analysis of the curriculum, students
and the media, step of designing design, step of development develop which aims to generate valid and practical colored comic media, and disseminating media disseminate that has been done partially. Develop
step has several stages: validation by 6 validator, revision, and practicality test to 40 eighth grade students and 1 teacher at SMPN 2 Padang. Data collection used validity and practicality questionnaires. The data
obtained from this study were analyzed with descriptive analysis. The validity of the results obtained was 3.45 with a valid category, while the value of the practicalities of the colored comic by students and teachers
are respectively 90.63 and 91.00 to the category of very practical.
Keywords
: Learning Media, Colored Comic, Validity, Practicality
PENDAHULUAN
Pembelajaran biologi merupakan proses pembelajaran yang mengembangkan kemampuan
berpikir analitis, induktif dan deduktif untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan makhluk
hidup dan kehidupan. Dalam pembelajaran biologi, siswa dituntut untuk memiliki sikap aktif, kreatif dan
inovatif. Namun, proses pembelajaran yang monoton selama ini, telah membentuk sikap pasif dan
mengakibatkan rendahnya motivasi belajar siswa sehingga telah berdampak pada hasil belajar mereka.
Untuk menumbuhkan sikap aktif, kreatif dan inovatif dari siswa tidaklah mudah. Hal ini
memerlukan peran aktif guru sebagai pendidik untuk dapat
menciptakan kondisi
belajar yang
menyenangkan serta membuat siswa lebih aktif dan termotivasi untuk belajar. Penulis menduga bahwa
Pengembangan Komik Berwarna sebagai Media Pembelajaran pada Materi Sistem Pencernaan Manusia….
| Seminar Nasional Biologi, Lingkungan, dan Pembelajaran, 100-108
Copyright © 2015 | ISBN 978-602-73551-0-1
proses pembelajaran aktif ini akan lebih maksimal apabila diawali banyak membaca sehingga membantu
meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran. Dalam belajar aktif, siswa
memecahkan masalah sendiri, menemukan contoh- contoh, mencoba keterampilan dan melakukan tugas.
Hal ini tergantung pada pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya.
Berdasarkan pengalaman penulis di sekolah menengah pertama tahun 2001- 2004 dan hasil
wawancara dengan siswa di SMPN 2 Padang 24 April 2010 terungkap bahwa penyajian materi biologi
yang diberikan oleh guru selama ini belum mampu menarik perhatian siswa. Guru cenderung hanya
menerangkan materi dan menyuruh siswa membaca bahan ajar.
Berdasarkan angket yang penulis berikan pada 40 orang siswa SMPN 2 Padang April 2010
diketahui bahwa dari 40 orang siswa, 22 orang suka membaca dan 18 orang siswa tidak suka membaca.
Dari 40 orang siswa, hanya 10 orang yang memiliki bahan ajar biologi, sedangkan selebihnya hanya
meminjam buku di perpustakaan sekolah sebelum pembelajaran dimulai. Hanya 15 orang siswa yang
gemar membaca bahan ajar biologi, sedangkan 35 siswa tidak suka membaca bahan ajar biologi mereka.
Selain itu, bahan ajar biologi siswa belum menarik dan tidak mudah dipahami. Hal ini terbukti dari hasil
angket: dari 40 orang siswa, hanya 18 orang saja yang menyatakan bahwa bahan ajar biologi mereka sudah
mudah dipahami, sedangkan 32 orang lagi menyatakan hal sebaliknya. Selanjutnya, hanya 5
orang siswa yang menyatakan bahwa bahan ajar biologi mereka sudah menarik, sedangkan 35 orang
lagi menyatakan hal sebaliknya.
Bahan ajar yang tidak menarik dan tidak mudah dipahami serta banyaknya materi yang harus dikuasai
membuat siswa jenuh dalam pembelajaran biologi. Hal ini terbukti dari 30 orang siswa yang mengatakan
bahwa mereka jenuh dalam pembelajaran biologi karena banyaknya bahan ajar yang harus dikuasai,
sedangkan 10 orang siswa menyatakan hal yang berlawanan. Selain itu semua siswa yang diminta
mengisi angket menyatakan bahwa mereka lebih tertarik membaca komik daripada bahan ajar biologi,
sehingga mereka lebih menyukai bila bahan ajar biologi dibuat dalam bentuk komik.
Ketertarikan siswa terhadap komik dapat dijadikan guru sebagai dasar untuk merancang media
pembelajaran yang menarik. Kerumitan bahan ajar yang akan disampaikan pada siswa, dapat
disederhanakan dalam bentuk media komik, apalagi jika didukung dengan tokoh dalam cerita yang sesuai
dengan pilihan dan karakteristik perkembangan siswa SMP, sehingga diharapkan dapat menimbulkan
gairah, motivasi dan minat siswa dalam belajar biologi. Setelah memberikan 3 pilihan tokoh dalam
cerita, yaitu cerita Twilight, Harry Potter dan Upin- Ipin, maka tokoh dalam cerita Harry Potter menjadi
pilihan siswa. Tokoh dalam cerita Harry Potter dianggap
sesuai dengan
karakteristik dan
perkembangan siswa SMP, tokoh cerita Twilight dianggap terlalu tua dan banyak kisah percintaan,
sedangkan tokoh Upin Ipin dianggap terlalu kekanakkan untuk dijadikan idola siswa SMP
walaupun cerita tersebut memiliki banyak pesan moral dan pendidikan. Tokoh dalam cerita Harry
Potter dimodifikasi wajah dan nama mereka menjadi orang Indonesia agar tidak menyalahi hak cipta
pengarang penulis cerita Harry Potter, kemudian dibuatlah komik berwarna dengan tokoh cerita Harry
Potter.
Guru dapat menggunakan komik secara efektif dalam usaha untuk membangkitkan minat baca,
mengembangkan perbendaharaan kata-kata dan keterampilan serta dapat memaksimalkan penggunaan
otak kiri dan otak kanan. Hal ini didukung dengan fakta yang terjadi di lapangan sendiri bahwa remaja
usia sekolah menengah memang sangat menggemari komik. Sudjana dan Rivai 2007 mengatakan bahwa
komik yang dalam penyajiannya menggunakan bahasa sehari-hari dan dilengkapi gambar yang
menarik memudahkan siswa memahami materi yang dibacanya.
Menurut Netty 2005 penggunaan media komik sebagai media pembelajaran telah berhasil
memberikan pengaruh positif yang berarti terhadap hasil belajar siswa kelas II SMPN 2 IV Angkek
Canduang. Disamping itu, hasil penelitian Syamzani 2009 menunjukkan bahwa penggunaan media
komik biologi dalam model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division mampu
mempengaruhi hasil belajar biologi siswa secara berarti. Penggunaan media komik baru dilakukan
terhadap materi sistem peredaran darah dan sistem indera. Namun pada kedua penelitian terdahulu,
gambar pada komik tersebut tidak dilengkapi dengan warna. Padahal menurut Olivia 2008, dengan
penggunaan komik berwarna, konsentrasi otak pada hal-hal detail akan lebih meningkat, karena otak kanan
memproses informasi non verbal dan hal-hal konkret seperti gambar dan warna. Jika kemampuan otak
kanan dan otak kiri dihubungkan maka akan membuka jalan ke “pusat-pusat kecerdasan” sehingga
Ayu N. S, Ardi, Ramadhan S.
| Seminar Nasional Biologi, Lingkungan, dan Pembelajaran, 101-108 Copyright © 2015 | ISBN 978-602-73551-0-1
siswa dapat menyerap dan memproses informasi secara lebih efektif.
Materi sistem pencernaan manusia merupakan salah satu materi pembelajaran biologi yang menuntut
pemahaman konsep
dan kemampuan
memvisualisasikan informasi
yang diterima.
Penggunaan warna pada setiap gambar dan tokoh komik akan membuat siswa lebih termotivasi untuk
membaca karena warna-warna yang digunakan dapat menstimuli otak untuk mengingat setiap gambarnya.
Komik ini juga disertai gambar-gambar yang menunjang materi pembelajaran sehingga dapat
menjadi daya tarik bagi siswa untuk memahami materi yang disampaikan. Diharapkan media komik
berwarna yang dikembangkan dapat menjadi media yang meningkatkan pemahaman siswa serta secara
praktis dapat digunakan dalam proses pembelajaran biologi. Untuk itu peneliti telah mengembangkan
komik berwarna dalam pembelajaran biologi mengenai materi sistem pencernaan manusia dengan
melihat bagaimana validitas dan praktikalitas dari komik
berwarna tersebut
sebagai media
pembelajaran.
METODE 1.
Jenis Penelitian
Penelitian ini
merupakan penelitian
pengembangan, yang berupaya menghasilkan produk baru yang telah divalidasi sehingga praktis digunakan
dalam pembelajaran. Pada penelitian ini, produk yang dikembangkan adalah media pembelajaran biologi
berupa komik berwarna materi sistem pencernaan manusia untuk SMP kelas VIII.