Hasil HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Teks marpokat haroan boru merupakan teks yang sangat terikat dengan budaya Mandailing. Banyak istilah dan ungkapan yang tidak dapat diterjemahkan karena tidak ditemukan padanan maknanya yang tepat di dalam bahasa Inggris yang apabila tetap diterjemahkan maknanya tidak tersampaikan dengan baik atau tidak berterima di dalam bahasa Inggris. Hal ini disebabkan oleh perbedaan yang sangat mencolok antara budaya masyarakat Mandailing dan Inggris. Misalnya: Kahanggi, Anak boru, Mora, Namora natoras, Patobang hata, Mangupa-ngupa, Uning-uningan dll. Untuk istilah dan ungkapan yang terikat dengan budaya dalam BSur tidak bisa diterjemahkan langsung dalam BSar , oleh karena itu digunakan teknik borrowing loan word yaitu dengan tetap memakai atau meminjam kata dalam BSur. Selain itu diberikan penjelasan makna pada glosarium yang dapat dilihat pada lampiran tesis ini. Dalam proses penerjemahan teks ini, beberapa teknik penerjemahan telah digunakan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan penerjemahan yaitu teknik penambahan dan pengurangan. Teknik penambahan dilakukan untuk memperjelas makna yang masih implisit dalam BSur sehingga menjadi eksplisit dalam BSar. Dalam BSur kadang-kadang subjek kalimat, jumlah dan konjungsi tidak muncul 76 Universitas Sumatera Utara secara eksplisit namun dalam BSar subjek kalimat, konjungsi dan jumlah selalu muncul secara eksplisit. Misalnya: Data 8: “Santabi sapulu”. I would like to apologize to suhut, anak boru, namora natoras and also all close relatives. Dalam data ini ada penambahan frasa suhut, anak boru, namora natoras and also all close relatives. Hal ini dilakukan untuk memperjelas makna dalam BSar, yang sebenarnya dalam BSur ada namun implisit. Teknik pengurangan dilakukan untuk mencegah kemubaziran dan pengulangan kata, frasa atau kalimat dalam BSur. Selain itu teknik generalisasi, penyetaraan struktural dan teknik parafrasa juga digunakan dalam proses penerjemahan, yang pada akhirnya bertujuan untuk mempermudah penerjemah dalam menerjemahkan teks budaya tersebut untuk mendapatkan hasil terjemahan yang terbaik. Misalnya pada Data 1, 2, 5, 9, 11, 12. Teknik penyetaraan struktural, kategori gramatika dalam kedua bahasa bisa berbeda, misalnya sebuah kata dalam BSur berpadanan dengan sebuah frasa dalam BSar atau sebuah nomina dalam BSur berpadanan dengan adjektiva dalam BSar. Mempertahankan kesepadanan bentuk antara sebuah kategori gramatika dalam BSur dengan sebuah kategori dalam BSar dapat menghasilkan terjemahan yang tidak tepat. Sebagai contoh: Data 1: Santabi sapulu frasa → I would like to apologize klausa Universitas Sumatera Utara Data 3: Simanyolongna kata → who is a perfect match for him kalimat Data 4: Godang ni roha frasa adjektiva → earnestness kata benda Data 12: Landit kata sifat → slippery surface frasa Bahasa Mandailing tidak memiliki tenses oleh karena itu dalam penerjemahan sebuah kalimat dalam BSar yang memiliki tenses situasi dan waktu terjadinya peristiwa sebagaimana tersirat dalam sebuah kalimat harus benar-benar diperhatikan agar tidak terjadi pemakaian tenses yang salah dalam terjemahan. Misalnya pada Data 2, 3, 4, 5 dan 13. Data penelitian ini terdiri atas teks prosa dan pantun. Penerjemahan pantun tidak sama dengan proses penerjemahan prosa pada umumnya. Penerjemahan pantun dilakukan dengan menerjemahkan dua bait terakhir isi atau pesan pantun terlebih dahulu, kemudian menerjemahkan 2 bait di atas sampiran pantun dengan memperhatikan kesamaan iramarima keseluruhan pantun. Apabila isi bait sampiran pantun iramarimanya tidak senada dalam BSar diperbolehkan untuk mengubah isi sampiran pantun dalam BSar alteration, namun jika keseluruhan rima pantun sudah seirama maka tidak perlu ada pengubahan isi bait sampiran. Hal ini tidak berlaku pada bait isi atau pesan yang tidak boleh diubah-ubah, bait sampiranlah yang harus menyesuaikan bentuk dengan bait isi atau pesan. Bisa dilihat pada Data 17 dan 22. Dalam teks ini juga terdapat metafora Data 1, 4, 9, 12 dan 16 yang diterjemahkan dengan menerapkan penerjemahan makna dan penerjemahan harfiah. Simile Data 4 dan 21 dilakukan dengan menerapkan penerjemahan literal dengan Universitas Sumatera Utara menambahkan topik atau titik kemiripannya. Sementara understatement Data 4 dan idiom Data 12 dilakukan dengan penerjemahan makna. Dalam teks marpokat haroan boru terdapat beberapa kata-kata yang dianggap telah arkais. Menurut Wikipedia Arkhais atau arkais, berasal dari bahasa Yunani, artinya adalah: dari sebuah masa yang lebih awal dan tidak dipakai lagi atau sesuatu hal yang memiliki ciri khas kuno atau antik. Sesuatu hal dalam ilmu bahasa yang sudah lama dan tidak digunakan lagi seringkali disebut sebagai arkaisme. Beberapa kata arkais yang sudah jarang digunakan dipakai hanya dalam acara upacara adat atau bahkan tidak dipakai lagi oleh masyarakat Mandailing di temukan di dalam teks marpokat haroan boru diantaranya adalah dipangolihon yang berasal dari kata oli kawinmenikah, hobolan rebus, jagar-jagar anak gadis, lidungkon disampaikan, tok-tok pekerjaantugas, mauliate terima kasih, manjampal makan rumput, sundut anak yang lahir, rongkap temanpasangan, simanyolongna mata, tahi kesepakatan. Semua kata arkais ini dapat diterjemahkan secara harfiah ke dalam bahasa Inggris. Dipangolihon diterjemahkan menjadi marry, hobolan diterjemahkan boiled, jagar-jagar diterjemahkan boru, lidungkon diterjemahkan conveysaytell, toktok diterjemahkan job, mauliate diterjemahkan gratitude, sundut diterjemahkan born, rongkap diterjemahkan soul mate, simanyolongna diterjemahkan eyes, tahi diterjemahkan agreement. Universitas Sumatera Utara

4.2 Proses Penerjemahan