110
4.12 Pembahasan
Kondisi sosial adalah suatu keadaan yang dialami kelompok masyarakat di suatu wilayah. Kondisi sosial adalah semua orang atau manusia lain yang
mempengaruhi kita, meliputi: perubahan sosial, tingkatan sosial, dan apa saja yang ada dalam kehidupan sosial. Hal ini berarti bahwa lingkungan sosial juga
mempengaruhi pencapaian pendidikan, sosial ekonomi, dan interaksi sosial. Kondisi sosial dapat di lihat dari segi sosial budaya, sosial ekonomi, interaksi
sosial, pendidikan, dan keterbukaan sosial. Setiap kelompok masyarakat memiliki situasi atau keadaan sosial yang berbeda – beda dan adapula kesamaan dalam
kondisi sosial tergantung pada kelompok sosialnya. Berdasarkan hasil penelitian dilapangan didapati bahwa terdapat
persamaan yang signifikan terhadap kondisi sosial buruh PT Lonsum dan buruh PTPN IV. Kondisi sosial dilihat dari variabel pendidikan: i tingkat pendidikan
orang tuaburuh perusahaan, seperti yang terlihat pada buruh PT Lonsum baik itu buruh professional maupun buruh kasar, bahwa tingkat pendidikan yang dicapai
oleh buruh rata-rata tamatan SMAsederajat. ii tingkat pendidikan anak, buruh yang berperan sebagai orang tua sangat mengupayahkan pendidikan yang terbaik
buat anak-anak mereka. Ini terlihat dari adanya bentuk nyata yang diberikan orang tua dalam memberikan pelajaran tambahan kepada anak-anak mereka. Contoh
seperti: les tambahan, memanggil guru private ke rumah. iii penanaman nilai- nilai terhadap anak, dalam penanaman nilai-nilai buruh selaku orang tua selalu
memberikan motivasi terhadap anak-anak mereka dan memeberikan penjelasan- penjelasan sederhana bahwa pendidikan sangat membatu untuk penyiapan tenaga
Universitas Sumatera Utara
111 kerja dikemudian hari. Ini berarti bahwa buruh PT Lonsum dan buruh PTPN IV
dilihat dari variabel pendidikan memiliki persamaan. Berdasarkan hasil data kuantitatif dilihat dari sosial ekonomi sebagai
variabel kondisi sosial menunjukan persamaan antara buruh PT Lonsum dan buruh PTPN IV, sebagi berikut: i keadaan demografi, dimana masing-masing
buruh di kedua perusahaan merasa puas dalam keadaan domografi yang disediakna oleh perusahaan. ii fasilitas kesehatan, buruh PT Lonsum dan buruh
PTPN IV merasa puas dengan fasilitas kesehatan yang tersedia. iii kondisi perumahan, fasilitas perumahan yang diberikan perusahan sudah layak huni
menurut buruh di masing-masing perusahaan. Dengan tersedianya air bersih, listrik, saluran pembuangan kotoran,atap tidak bocor, dan keadaan rumah yang
baik. iv sosial budaya, yang menjadi budaya masyarakat perkebunan dalam pengamanan lingkungan adalah secara bergilir untuk jaga malam atau meronda,
dan menjaga kebersihan lingkungan dengan kegiatan gotong-royong. Buruh PT Lonsum dan buruh PTPN IV sama-sama menjalankan tugas mereka sesuai dengan
aturan yang berlaku. v kesejateraan rumah tangga, baik buruh PT Lonsum maupun PTPN IV merasa sudah dapat memenuhi kebutuhan mereka dengan upah
yang diterima dari perusahaan. vi bantuan dan santunan, perusahaan PT Lonsum dan PTPN IV telah memberikan bantuan dan santunan yang selayaknya bagi para
buruh nya. Dilihat dari data kuantitatif bahwa buruh merasa terbantu dengan sumbangsi perussahaan terhadap mereka. vii pendidikan sebagai penunjang
ekonomi keluarga, dimana buruh hampir rata-rata mendapatkan posisi pekerjaan sesuai dengan pencapain pendidikan yang dimiliki.
Universitas Sumatera Utara
112 Berdasarkan hasil penelitian kualitatif melalui wawancara terhadap
responden dilihat dari kondisi sosial sebagai variabel sosial, terdapat ketidak- sinkronan data di dalam sub-indikator fasilitas kesehatan. Fasilitas kesehatan yang
diberikan PT Lonsum terhadap buruhnya kurang maksimal dan tidak memenuhi kebutuhan oprasional. Dimana perusahaan hanya memberikan klinik dengan
ukuran minimal dan perlengkapan seadanya saja. Pada sub-indikator kesejahteraan rumah tangga, juga terdapat ketidak-singkronan data dari hasil
penelitian kuantitatif dengan hasil penelitian kualitatif. Dimana buruh pada PT Lonsum tidak dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga nya dengan upah yang
diberikan perusahaan. Dari hasil wawancara yang diperoleh terhadap buruh kasarmandor lapangan pada PT Lonsum, buruh merasa tidak puas terhadap upah
yang diberikan perusahaan dengan jam kerja selama 12 jam. Menurut responden upah yang diberikan terlalu minimal dan tidak sebanding jika dilihat dari jam
kerja. Disatu sisi responden sangat membutuhkan pekerjaan untuk bertahan hidup sehingga harus tetap bertahan. Ketidak singkronan data berikut nya dalam sosial
ekonomi sebagai variabel kondisi sosial adalah pada sub-indikator bantuan dan santunan yang diberikan perusahaan. dari hasil penelitian kualitatif dengan
melakukan wawancara terhadap responden ternyata perusahaan PT Lonsum tidak ada memberikan bantuan pendidikan terhadap anak-anak buruh PT Lonsum,
berbeda dengan PTPN IV yang memberikan bantuan pendidikan serta beasiswa terhadap anak-anak buruh yang berprestasi. PTPN IV juga memberikan santunan
kepada anak-anak buruh yang bersekolah diluar kota, misalkan dengan memberikan dana sebagai ganti terhadap biaya kos-kosan dengan memberikan
bukti seperti surat keterangan dari luruh setempat. PTPN IV juga memberikan
Universitas Sumatera Utara
113 jaminan kesehatan sebelum dikeluarkan nya kebijakan BPJS, seperti rujukan ke
Rumah Sakit yang menjalin kontrak ataupun hubungan dengan PTPN IV di Rumah Sakit Medan. Berdasarkan hasil penelitian kuantitatif, kondisi sosial
dilihat dari variabel interaksi sosial pada buruh PT Lonsum dan buruh PTPN IV memiliki persamaan. Dengan sub-indikator sebagai berikut: i solidaritas,
didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama dan diperkuat oleh pengalaman emosional bersama, terdapat pada buruh PT Lonsum
maupun buruh PTPN IV sehingga terjalin hubungan yang harmonis di masing- masing kelompok buruh. ii keterbukaan, keterbukaan yang dimaksud pada
bagian ini adalah ketersediaan dalam menerima perubahan kearah yang lebih baik dan ketersediaan dalam memberikan informasi. Dari hasil data penelitian
kuantitatif, dapat disimpulkan bahwa masing-masing buruh pada perusahaan memiliki keterbukaan yang sama. Buruh PT Lonsum maupun buruh PTPN IV
sangat bersedia untuk menerima perubahaan jika perubahan itu membawa kearah yang positif serta sanagt bersedia untuk memberikan informasi jika ada anggota
masyarakat setempat yang membutuhkan nya. iii hubungan secara vertikal dan horizontal, hubungan yang dimaksud adalah tingkat keharmonisan antara sesama
buruh buruh kasar dengan buruh kasar, buruh professional dengan buruh professional dan antara buruh kasar dengan buruh profesional. Tidak atas
batasan-batasan dalam interaksi antara buruh professional dengan buruh kasar, sebaliknya buruh kasar dengan buruh professional. Buruh pada masing-masing
perusahaan memiliki tingkat interaksi yang sama, antara atasan dengan bawahan sering melakukan interaksi atau hubungan sosial. Interaksi yang baik melahirkan
hubungan yang harmonis, dan ini adalah hubungan yang terjalin pada masing-
Universitas Sumatera Utara
114 masing buruh pada PT Lonsum maupun buruh pada PTPN IV. Dari hasil data
yang diperoleh buruh pada kedua perusahaan memiliki hubungan yang harmonis baik secara vertikal maupun horizontal.
Namun dari hasil penelitian kualitatif dengan melakukan wawancara terhadap responden, ada ketidak sesuaian data dimana buruh PT Lonsum kurang
terbuka dalam memberikan informasi yang ada. Buruh pada PT Lonsum lebih tertutup terhadap masyarakat sekitar dibandingkan dengan buruh PTPN IV. Ini
dikarenakan buruh PT Lonsum, yang mayoritas adalah buruh kasar atau buruh lapangan pada desa Sei Bejangkar Kab. Batubara, hampir separuh waktu mereka
berada dalam lingkungan pekerjaan. Mulai bekerja pukul 06.00 wib dan berakhir pukul 18.00 wib. Sehingga mereka tidak memiliki waktu untuk berbaur dengan
lingkungan sekitar. Berbeda dengan buruh PTPN IV, dimana buruh kasar dan buruh professional nya memiliki jam kerja yang sama, masuk pukul 07.00 wib
dan mengakhirinya pekerjaan nya pada pukul 15.00 wib.
Universitas Sumatera Utara
115
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data perbandingan kondisi sosial buruh PT Lonsum dan buruh PTPN IV, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat persamaan
secara keseluruhan dari variable pendidikan, sosial-ekonomi, dan interaksi. Hal ini terlihat jelas berdasarkan uji- T yang menunjukkan dari tiga variable menunjukan
persamaan. Pada variabel pendidikan sebagai ukuran kondisi sosial, terjadi persamaan
yang signifikan pada aspek pendidikan oleh responden buruh PT Lonsum dan buruh PTPN IV. Dari hasil nilai rata-rata tertinggi menunjukan bahwa terjadi
persamaan dalam pengupayaan memberikan pendidikan yang terbaik untuk anak – anak mereka. Dan dapat dilihat juga pada tabel hasil analisis buruh PT Lonsum
dan buruh PTPN IV sama-sama menanamkan nilai-nilai kepada anak, bahwa pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja. Dari hasil nilai rata-rata terendah
dapat dilihat juga terjadi persamaan dalam hal selektif memilih pasangan hidup. Responden buruh PT Lonsum dan responden buruh PTPN IV sama-sama tidak
sepakat atau tidak setujuh selektif dalam memilih pasangan dari segi pendidikan. Berdasarkan variable sosial-ekonomi sebagai ukuran kondisi sosial juga
dapat dilihat terjadi persamaan antara buruh PT Lonsum dan buruh PTPN IV. Dari hasil nilai rata-rata tertinggi menunjukan tidak terjadi ketimpangan antara buruh
PT Lonsum dan buruh PTPN IV, dimana kedua buruh yang dikelola oleh dua pihak yang berbeda sama-sama memiliki tingkat sosial-ekonomi yang sama. Dari
Universitas Sumatera Utara