53
sebesar 1,194. Ini membuktikan bahwa tanpa adanya kesadaran, persepsi dan preferensi konsumen terhadap perilaku mengkonsumsi buah lokal, maka responden
akan mengkonsumsi buah impor. Nilai koefisien determinasi R
2
yang didapat sebesar 0,715 atau 71,5. Hal ini menunjukkan bahwa variabel independen yang diteliti mampu memberikan
penjelasan terhadap perilaku mengkonsumsi buah lokal sebesar 71,5 sedangkan sisanya sebesar 28,5 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti.
Uji signifikansi secara bersama – sama atau uji F berdasarkan output pada Tabel 18 menunjukkan F hitung sebesar 80,317. Adapun nilai F-tabel dengan taraf
signifikansi 5 dari dengan bebas df yaitu 96 sebagai derajat bebas penyebut regression perlakuan, dan derajat pembilang sebesar jumlah variabel – 1
sehingasebesar 2,70. Dengan demikian F hitung 80,317 f tabel 2,70 dan diperkuat dengan nilai probabilitas sebesar 0,00 0,05, maka dapat disimpulkan
bahwa variabel bebas kesadaran, persepsi dan preferensi bersama - sama berpengaruh nyata terhadap perilaku mengkonsumsi buah lokal.
Uji t digunakan untuk mengetahui variabel yang berpengaruh signifikan secara parsial.Berdasarkan uji hipotesis pada variabel independen, dapat diketahui variabel
independen mana yang berpengaruh secara nyata terhadap variabel perilaku mengkonsumsi buah lokal di Kawasan Pemukiman Jakarta Timur, sebagai berikut :
54
5.5.1 Pengaruh Kesadaran
Berdasarkan Tabel 18 diketahui nilai t-hitung variabel kesadaran sebesar 15,614. Jika nilai tersebut dibandingkan dengan t-tabel dengan dk = n – 1 100 – 1 =
99 dan taraf kesalahan α = 5 yaitu sebesar 1,985 maka t-hitung lebih besar dari
nilai t-tabel. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kesadaran konsumen berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku mengkonsumsi buah lokal pada
tingkat signifikansiα = 0,05. Koefisien regresi variabel kesadaran X1 bernilai memiliki arah dengan
koefisien regresi positif sebesar 1,073.Ini menunjukan bahwa hubungan antara kesadaran X1 dengan perilaku mengkonsumsi buah lokal Y di Kawasan
Pemukiman Jakarta Timur. Searah mengandung arti apabila variabel kesadaran X1 naik sebesar satu satuan maka akan menyebabkan meningkatnya Perilaku
Mengkonsumsi buah lokal Y sebesar 1,073 satuan dengan menganggap variabel yang lain konstan.
Berdasarkan hasil identifikasi responden terhadap variabel kesadaran, responden rata-rata memiliki tanggapan rendah mendekati sedang akan buah lokal
segar. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa responden di Kawasan Pemukiman Jakarta Timur masih belum memiliki kesadaran yang cukup yakni kesadaran akan
mengkonsumsi buah lokal hanya sebatas pengetahuan dalam manfaat buah lokal. Hal ini didapat karena berdasarkan karakteristik Responden yang didominasi oleh
responden yang memiliki usia 19-26 tahun hanya memiliki sebatas kesadaran akan manfaat buah lokal tetapi belum memiliki kesadaran mengenai pengetahuan produksi
buah dan kebutuhan buah.
55
Namun walaupun tanggapan rata-rata responden terhadap variabel kesadaran rendah mendekati sedang hal ini masih sesuai dengan pendapat Kotler dan Amstrong
2008 :342 bahwa kesadaran merupakan tahap pertama dari proses adopsi terhadap suatu produk atau ide baru.Kesadaran adalah suatu keadaan ketika konsumen
menyadari keberadaan suatu produk.Kesadaran produk hanya sebatas kesadaran konsumen atas keberadaan suatu produk, dengan informasi yang diketahui seputar
produk tersebut masih sedikit.
5.5.2 Pengaruh Persepsi
Berdasarkan Tabel 18 diketahui nilai t-hitung variabel persepsi sebesar -2,101. Jika nilai tersebut dibandingkan dengan t-tabel dengan dk = n – 1 100 – 1 = 99 dan
taraf kesalahan α = 5 sebesar 1,985 maka t-hitung yang diperoleh lebih besar dari nilai t-tabel. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa persepsi konsumen
berpengaruh nyata secara signifikan terhadap perilaku mengkonsumsi buah lokal pada tingkat signifikansi 0,05.
Koefisien regresi varibel persepsi X2 memiliki arah dengan koefisien regresinegatif sebesar 0,127.Ini menunjukkan bahwa hubungan yang berlawanan arah
antara persepsi X2 dengan Perilaku mengkonsumsi buah lokal segar Y dengan koefisien regresi sebesar -0,127. Hal ini berarti apabila Persepsi X2 naik sebesar
satu satuan maka akan menyebabkan menurunnya Perilaku mengkonsumsi buah lokal Y sebesar 0,127 satuan dengan menganggap variabel lain konstan.
Berdasarkan hasil identifikasi responden terhadap variabel persepsi, responden di Kawasan Pemukiman Jakarta Timur berada pada tingkatan level rendah terhadap
perilaku mengkonsumsi buah lokal.Bahwa persepsi konsumen terhadap perilaku
56
mengkonsumsi buah lokal pada ukuran, warna, rasa dan harapan belum memiliki persepsi yang cukup mengenai buah lokal.
Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Shiffman dan Kanuk 2008:137 bahwa persepsi didefinisikan sebagai proses yang dilakukan individu untuk memilih,
mengatur dan menafsirkan stimuli ke dalam gambaran yang masuk akal mengenai dunia.
Karena responden yang ditemui oleh peneliti didominasi oleh responden yang berusia 19 – 26 tahun dan dapat diasumsikan bahwa masyarakat yang memiliki usia
tersebut masih mementingkan hobi dan kesenangan sehingga belum memiliki persepsi yang mendorong untuk membeli dan mengkonsumsi buah lokal.
5.5.3 Pengaruh Preferensi
Berdasarkan Tabel 18 diketahui t hitung sebesar variabel preferensi 1,933. Jika dibandingkan dengan t-tabel dengan dk = n – 1 100 – 1 = 99 dan taraf
kesalahan α = 10 sebesar 1,671 maka t-hitung diperoleh lebih besar dari nilai t- tabel. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa preferensi konsumen berpengaruh
signifikan terhadap perilaku mengkonsumsi buah lokal pada tingkat signifikansi 0,10. Koefisien regresi untuk variabel bebas X3 Preferensi memiliki arah dengan
koefisien regresi positif sebesar 0,160. Ini menunjukan bahwa hubungan yang searah antara Preferensi X3 dengan perilaku mengkonsumsi buah lokal Y. Koefisien
regresi preferensi sebesar 0,160, mengandung arti apabila variabel preferensi naik sebesar satu satuan maka akan menyebabkan meningkatnya Perilaku Mengkonsumsi
buah lokal Y sebesar 0,160 satuan dengan menganggap variabel lain konstan.