paling dominan berpengaruh terhadap mutu pelayanan KIA adalah variabel kemajuan.
Sesuai dengan penelitian Napitupulu 2004 bahwa pelaksanaan kegiatan bidan di desa sebagai ujung tombak pelaksanaan program KIA
di desa masih rendah. Untuk itu perlu dilakukan upaya yang dapat meningkatkan motivasi kerja dari aspek motivasi intrinsik sehingga
tujuan dan target program KIA dapat dicapai.
5.2. Pengaruh Motivasi Ekstrinsik terhadap Mutu Pelayanan KIA
Motivasi ekstrinsik petugas KIA di Kabupaten Aceh Tenggara diukur melalui aspek administrasi dan kebijakan organisasi, penyeliaan,
gaji, hubungan antar pribadi, dan kondisi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap mutu pelayanan KIA, dimana uji regresi ganda
diperoleh nilai p0,05 untuk masing-masing variabel motivasi ekstrinsik. Dari seluruh aspek motivasi ekstrinsik yang paling berpengaruh
terhadap mutu pelayanan KIA adalah aspek gaji. Dengan demikian adanya kesesuaian gaji yang diterima dengan beban kerja, adanya
insentif, pimpinan memberikan tambahan dana pelaksanaan program
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
KIA, serta mendapat penghasilan tambahan dari pelaksanaan progra KIA akan meningkatkan kinerja petugas KIA.
Berdasarkan hasil analisis statistik tersebut dapat dijelaskan bahwa motivasi ekstrinsik yang mendorong petugas KIA dalam bekerja
mempengaruhi mutu pelayanan KIA dalam memberikan pelayanan antenatal pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, deteksi dini
ibu hamil, pelayanan komplikasi kebidanan, serta pelayanan neonatal dan ibu nifas sesuai dengan peranannya sebagai pelayanan kesehatan di
tengah-tengah masyarakat Sesuai dengan penelitian Wardhani dan Lusiana 2004 di
Kabupaten Tulungagung menunjukkan bahwa mutu pelayanan antenatal masih rendah 22,5. Rendahnya mutu pelayanan antenatal ini
dipengaruhi oleh sebagian besar bidan yang belum memiliki komitmen yang tinggi terhadap mutu pelayanan antenatal, serta belum
terpenuhinya kebutuhan bidan. Dihubungkan dengan konteks motivasi ekstrinsik dalam penelitian
ini, maka pelaksanaan program KIA di puskesmas akan terlaksana dengan baik apabila faktor-faktor yang menjadi penggerak motivasi
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
ekstrinsik petugas KIA dapat dipenuhi sesuai dengan kebutuhan. Dalam hal ini, penggerak motivasi intrinsik yang pertama diukur dari aspek
administrasi dan kebijakan organisasi, persentase jawaban responden umumnya masih rendah.
Berdasarkan wawancara dengan responden serta pengamatan di lapangan diketahui bahwa kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam
program KIA puskesmas belum sesuai dengan harapan petugas KIA, karena dalam proses perencanaan kegiatan KIA puskesmas, ditentukan
dari instansi di atasnya Subdin Kesga Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tenggara, sehingga bentuk kegiatan KIA umumnya seragam di setiap
wilayah puskesmas, padahal kemampuan petugas dalam penggunaan sarana dan prasarana atau perlengkapan dalam pelayanan KIA tidak
seluruhnya serupa di setiap wilayah, misalnya di wilayah Puskesmas Biakmuli fasilitas pelayanan EKG sudah dapat difungsikan oleh petugas
KIA, sedangkan di wilayah Puskesmas Kutambaru peralatan tersebut belum mampu digunakan oleh petugas KIA. Demikian juga dalam hal
penetapan biaya kegiatan, jumlah pelaksana kegiatan serta fasilitas pendukung kegiatan, biasanya disesuaikan dengan ketersediaan anggaran
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
kesehatan di tingkat kabupaten, sehingga seringkali ketidakcukupan biaya dan fasilitas menjadi kendala dalam pelaksanaan kegiatan KIA.
Sesuai pendapat Herzberg dalam Munandar, 2001, bahwa administrasi dan kebijaksanaan dalam suatu organisasi merupakan derajat
kesesuaian yang dirasakan tenaga kerja dari semua kebijakan dan peraturan yang berlaku dalam organisasi. Demikian juga halnya dengan
kegiatan KIA, apabila kurang kesesuaian dalam pengambilan kebijakan menyebabkan pelaksanan kegiatan juga kurang optimal.
Faktor penggerak motivasi ekstrinsik selanjutnya adalah penyeliaan, hasil penelitian menunjukkan kurang mendapatkan dukungan
dari atasan dalam pelaksanaan program KIA, atasan kurang memberikan dukungan bagi petugas KIA untuk dapat bekerja sama dengan instansi
terkait dalam pelaksanaan program KIA, petugas kurang mendapat dukungan dan tokoh masyarakat pada saat melaksanakan program KIA di
masyarakat, dan kurang mendapat dukungan dari instansi lain yang terkait dalam pelaksanaan program KIA di masyarakat. Kondisi tersebut
menunjukkan petugas KIA di Kabupaten Aceh Tenggara kurang merasakan adanya penyeliaan yang diberikan atasan sehingga kurang
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
termotivasi dalam melaksanakan program KIA. Berdasarkan wawancara dengan responden serta pengamatan di
lapangan menunjukkan keberadaan petugas KIA di dalam organisasi puskesmas maupun di tengah masyarakat dirasakan kurang mendapat
dukungan sebagaimana yang diharapkan petugas itu sendiri, karena kurangnya koordinasi antar program di puskesmas serta kurangnya
sosialisasi pentingnya program KIA dan manfaat yang akan dicapai dengan pelaksanaan kegiatan KIA bagi masyarakat.
Sesuai pendapat Herzberg dalam Munandar, 2001, bahwa penyeliaan merupakan derajat kewajaran penyelia yang dirasakan
diterima oleh tenaga kerja. Dalam konteks pelayanan KIA, penyelia yang dimaksud adalah kepala puskesmas sebagai atasan langsung serta
koordinator kegiatan KIA di Dinas Kesehatan Kabupaten. Dukungan yang diberikan penyelia terhadap pelaksana kegiatan KIA di lapangan
akan menunbuhkan motivasi kerja yang tinggi. Sebagai kompensasi dari pekerjaan yang dilakukan, gaji
merupakan hal penting diperhatikan. Hasil penelitian menunjukkan aspek gaji dan hal lain yang terkait dengan penghasilan petugas KIA
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
masih rendah. Rendahnya dan belum mencukupinya gaji yang diterima petugas KIA merupakan kondisi kompleks dalam pelaksanaan program,
karena sebagai Pegawai Negeri Sipil PNS sudah mempunyai tingkatan penggajian yang baku, namun perlu dilakukan upaya untuk
meningkatkan penghasilan petugas KIA dengan membuat kebijakan tentang insentif dalam pelaksanaan program KIA.
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden serta pengamatan di lapangan menunjukkan belum memadainya gaji dan insentif yang
diterima petugas KIA, karena perbandingan beban kerja dalam pelaksanaan kegiatan KIA tidak sebanding dengan besarnya insentif,
mengingat kondisi geografis wilayah kerja masing-masing puskesmas yang cukup luas serta kondisi sarana transportasi yang kurang
mendukung. Sesuai pendapat Herzberg dalam Munandar, 2001, bahwa gaji
merupakan derajat kewajaran dari gaji yang diterima sebagai imbalan untuk kerjanya. Dalam konteks pelayanan KIA, gaji sebagai PNS sudah
ditetapkan sesuai dengan pangkat dan golongan kepegawaian petugas KIA itu sendiri, namun besarnya insentif sebagai petuags KIA hendaknya
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
disesuaikan dengan kondisi wilayah kerja masing-masing petugas. Kondisi hubungan antar pribadi petugas KIA juga dapat
menentukan apakah petugas KIA termotivasi untuk bekerja. Hasil penelitian menunjukkan secara umum hubungan antar pribadi masih
rendah. Mengacu kepada kondisi tersebut perbaikan dan peningkatan mutu pelayanan KIA di Puskesmas Aceh Tenggara perlu didukung
dengan adanya hubungan yang baik antar petugas KIA serta pihak lain yang terkait.
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden serta pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa hubungan petugas KIA dengan atasan
maupun rekan kerja belum berlangsung sesuai dengan harapan, karena kurangnya koordinasi antar program di puskesmas, serta belum
optimalnya kepemimpinan puskesmas dalam mengintegrasikan seluruh program puskesmas dalam menunjang pencapaian pelayanan kesehatan
di puskesmas. Sesuai pendapat Herzberg dalam Munandar, 2001, bahwa
hubungan antar pribadi merupakan derajat kesesuaian yang dirasakan dalam berinteraksi dengan tenaga kerja lain. Kegiatan KIA di puskesmas
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan program lain di puskesmas, sehingga hubungan pribadi antara petugas KIA dengan
petuags program lainnya hendaknya berlangsung dengan baik sehingga target program yang ditetapkan dapat dicapai.
Kondisi kerja yang dihadapi petugas KIA dalam melaksanakan pekerjaannya secara umum belum mendukung untuk dapat melaksanakan
program KIA secara optimal. Kondisi kerja dalam pelaksanaan program KIA ini sangat ditentukan oleh kondisi masyarakat yang menjadi wilayah
kerjanya. Oleh karena itu dukungan dan ketersediaan fasilitas yang mendukung pelaksanaan program KIA dan mampu meminimalisasi
kondisi kerja yang ada perlu diperhatikan. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden serta pengamatan
di lapangan menunjukkan bahwa penyebab kondisi kerja yang dirasakan petugas KIA belum mendukung dalam melaksanakan pekerjaan, akibat
dari perkiraan jumlah sasaran program kegiatan tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan, demikian juga dengan respons masyarakat yang
menjadi sasaran program seringkali kurang mendukung petugas KIA dalam melaksanakan kegiatan.
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
Sesuai pendapat Herzberg dalam Munandar, 2001, bahwa kondisi kerja merupakan derajat kesesuaian kondisi kerja dengan proses
pelaksanaan tugas pekerjaan-pekerjaannya. Perencanaan kegiatan KIA di puskesmas, khususnya pencapaian terget biasanya ditetapkan secara
seragam untuk seluruh wilayah puskesmas, padahal dalam pelaksanaannya, tidak semua puskesmas mempunyai wilayah kerja yang
sama tingkat kesulitannya baik dari aspek geografis maupun sosial budaya masyarakat, sehingga target yang disamaratakan setiap
puskesmas kurang realistis. Secara keseluruhan motivasi ekstrinsik dominan pada tingkat
sedang 76,8, sedangkan pada kategori tinggi hanya 5,3. Rendahnya tingkat motivasi ekstrinsik petugas KIA tersebut menyebabkan mutu
pelayanan KIA di Puskesmas Aceh Tenggara juga masih rendah. Mengacu kepada hasil penelitian ini perlu upaya meningkatkan
keberadaan faktor yang mendorong petugas KIA untuk dapat berperan sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Sesuai dengan penelitian Winarni 2007 bahwa peranan bidan dalam upaya menurunkan angka kematian ibu dipengaruhi oleh faktor
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
kemampuan, masa kerja serta pendidikan, di samping itu faktor eksternal seperti kondisi tempat tinggal dan keamanan lingkungan juga
mempengaruhi peran bidan dalam melaksanakan tugtasnya. Mutu pelayanan KIA di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara
secara umum dominan pada kategori sedang 83,9, sedangkan kategori baik hanya 7,2. Mengacu kepada aspek mutu pelayanan yang diukur
dalam penelitian ini yaitu: keterjangkauan accesible, keresponsifan petugas responsiveness, wujud tangible, keyakinan confidence, dan
empati emphaty, dapat dijelaskan bahwa pelayanan KIA yang dilakukan petugas KIA belum menunjukkan ciri pelayanan yang
bermutu, meskipun terdapat beberapa item dalam mutu yang sudah cukup baik seperti: jarak sarana pelayanan kesehatan dari tempat tinggal
dapat dijangkau masyarakat dan biaya pelayanan antenatal dapat dijangkau masyarakat 66,1, petugas memberikan jawaban yang baik
kepada pasienpengguna pelayanan program KIA 71,4, pelayanan komplikasi kebidanan yang diberikan mampu menyelamatkan ibu
bersalin dan bayi yang dikandungnya 75,0, petugas mampu meyakinkan pasien terhadap pelayanan kesehatan neonatal dan ibu nifas
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
yang dilakukan 67,9, serta pada saat melakukan pertolongan persalinan dan deteksi dini ibu hamil bersikap baik, peduli dengan
keluhan, serta memberi perhatian pribadi kepada setiap pasien 67,9. Hasil observasi pengamatan langsung yang dilakukan terhadap
12 petugas KIA yang mewakili seluruh petugas KIA Puskesmas di Kabupaten Aceh Tenggara yaitu Puskesmas Kota, Puskesmas Kutambaru
dan Puskesams Biakmuli dengan berpedoman kepada Instrumen Audit Pelayanan Kebidanan Depkes, 2005 diketahui bahwa tanggung jawab
petugas KIA dalam pelayanan KIA secara keseluruhan masih rendah, khususnya dalam identifikasi ibu hamil dimana belum seluruhnya ibu
hamil yang dirujuk sesuai dengan kebutuhan, serta kurangnya tindak lanjut yang dilakukan petugas KIA terhadap rujukan yang diberikan.
Secara rinci tentang hasil observasi secara langsung terhadap petugas KIA di Puskesmas Kota, Puskesmas Kutambaru dan Puskesams
Biakmuli dapat dilihat pada uraian berikut ini. a.
Pelayanan Antenatal Pemeriksaan Kehamilan Sesuai pedoman audit pelayanan antenatal petugas harus
menyapa ibu hamil dengan sopan dan memberi salam sesuai dengan adat istiadat setempat, ternyata sebagian petugas kurang
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
melakukannya. Petugas menggunakan KMS ibu hamil dan semua catatan tidak seluruhnya diisi dengan lengkap dan benar, petugas
trampil melakukan pemeriksaan perut dengan benar, peralatan untuk timbangan dewasa, pengukur lingkar lengan atas, pita
ukur, dan steteskop janin kondisi kurang baik. Petugas tidak seluruhnya menyuruh ibu hamil mengosongkan kandung kencing
sebelum pemeriksaan perut dilakukan, pengukuran tinggi fundus dilakukan dengan dengan pita pengukur, tidak seluruhnya temuan
diberitahu kepada ibu hamil atau suamikeluarganya, rujukan tidak seluruhnya dilakukan sesuai dengan kebutuhan, tidak
dilakukan tindaklanjuti terhadap rujukan yang diberikan, serta proses pemeriksaan yang dilakukan tidak selalu meminta ijin
kepada ibu hamil atau keluarga sesuai dengan standar. Tingkat pendidikan bidan rata-rata D1 dan 37,5 diantaranya dengan
masa kerja 1 tahun. b.
Pertolongan Persalinan Sesuai pedoman audit pelayanan pertolongan persalinan petugas
harus memperhatikan dan melengkapi partograf, ternyata sebagian petugas tidak melengkapinya dan pencatatan tidak
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
dilakukan dengan lengkap. Pasien tidak seluruhnya merasa aman ditangani petugas, peralatan pertolongan persalinan tidak
seluruhnya tersedia dan aman, khususnya handuk dan sarung tangan steril, petugas mengetahui tanda bahaya dan persalinan
macetlama atau kelainan lainnya, kurang melakukan komunikasi, seperti menganjurkan untuk tetap aktif dalam posisi litotomi,
setengah duduk, bersandar 45 dan senyaman mungkin. Tidak
mengkomunikasikan temuan kepada keluarga atau suami, pencegahan infeksi kurang diperhatikan sesuai protokol. Tidak
seluruhnya pemeriksan yang dilakukan dengan meminta persetujuan atau ijin dari ibu bersalin atau keluarga sesuai
standar. c.
Deteksi Dini Ibu Hamil Sesuai pedoman audit pelayanan deteksi dini ibu hamil petugas
harus menyapa ibu hamil dengan sopan, ternyata sebagian petugas kurang melakukannya. Petugas memberitahu ibu hamil
jadwal dan tempat melakukan pemeriksaan kehamilan, petugas melakukan pencatatan pada KMS ibu hamil, petugas memahami
tujuan pemeriksaan kehamilan, tanda dan gejala kehamilan,
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
petugas tidak selalu menghitung perkiraan jumlah ibu hamil yang dilayani, masyarakat tidak seluruhnya mampu menjangkau
pelayanan pemeriksaan kehamilan dimana salah satu penyebabnya adalah masalah jarak dan biaya, tidak terdapat
tempat khusustertutup untuk pemeriksaan kehamilan yang dapat diterima oleh ibu atau masyarakat, rujukan tidak dilakukan sesuai
dengan kebutuhan, tidak dilakukan tindaklanjut terhadap rujukan yang diberikan, serta proses pencatatan tidak dilakukan sesuai
dengan standar.
d. Pelayanan Komplikasi Kebidanan
Sesuai pedoman audit pelayanan komplikasi kebidanan, petugas harus memperhatikan KMS ibu hamilkartu ibu, sebagian petugas
tidak melengkapi pencatatan, petugas memeriksa tekanan darah dengan benar, petugas mampu mengenali komplikasi kebidanan,
kurang tersedia peralatan untuk penanganan sementara komplikasi kebidanan. Kurang tersedia obat-obatan, rujukan
dilakukan sesuai kebutuhan, namun tindak lanjut masih kurang dilakukan terhadap rujukan yang diberikan dan tidak semua
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
pemeriksaan yang dilakukan dengan meminta persetujuan atau ijin lebih dahulu dari ibu bersalin atau keluarga sesuai dengan
distandarkan. e.
Pelayanan Neonatal dan Ibu Nifas Sesuai pedoman audit pelayanan neonatal dan ibu nifas, petugas
harus mempunyai pedoman perawatan ibu nifas dan bayi, hasil observasi menunjukkan sebagian petugas tidak mempunyai
pedoman tersebut, tidak semua petugas melaksanakan pedoman dalam buku KIA dan bayi, petugas melakukan pemeriksaan dan
perawatan ibu nifas dan bayi dengan benar, petugas terampil membantu pemberian ASI termasuk pengaturan posisi mulut bayi
terhadap puting susu ibu, petugas mampu mengenali komplikasi pada bayi maupun ibu nifas, tersedia perlengkapan untuk
pelayanan ibu nifas dan bayi, petugas kurang memberikan penjelasan kepada ibu maupun keluarga tentang temuan yang ada,
rujukan dilakukan sesuai kebutuhan, namun kurang dilakukan tindak lanjut setiap rujukan yang diberikan. Pencegahan infeksi
diperhatikan dan dilakukan sesuai protokol. Tidak seluruh
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
pemeriksaan yang dilakukan dengan meminta persetujuan atau ijin dari ibu bersalin atau keluarga sesuai standar.
Mengacu kepada hasil observasi secara langsung yang dilakukan terhadap petugas KIA pada saat melakukan pelayanan KIA yang telah
diuraikan di atas, dapat dijelaskan bahwa secara keseluruhan mutu pelayanan pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, deteksi dini
ibu hamil, pelayanan komplikasi kebidanan dan pelayanan neonatal dan ibu nifas di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara sebagian besar belum
memenuhi kriteria yang terdapat dalam instrumen audit pelayanan KIA yang ditetapkan Depkes 2005, karena sebagian besar aspek-aspek yang
seharusnya dilaksanakan petugas KIA saat melakukan pelayanan ternyata belum dilaksanakan. Dengan demikian mutu pelayanan KIA di
Kabupaten Aceh Tenggara dapat dikatakan belum baik, serta perlu peningkatan kemampuan petugas KIA dalam pelaksanaan pelayanan KIA
sehingga memenuhi kriteria yang telah ditetapkan.
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan serta disesuaikan