BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Mutu pelayanan merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang
memenuhi atau melebihi harapan. Ciri pelayanan yang bermutu adalah yang simpatik, disiplin, bertanggung jawab dan penuh perhatian sehingga
memberikan kepuasan atas pelayanan yang diberikan. Mutu pelayanan sangat terkait dengan standarisasi faktor input
tenaga, dana, sarana dan prasarana maupun faktor proses alur kerja, praktek, atau perilaku pelayanan. Hal ini akan berdampak positif pada
berkurangnya variasi dalam proses pelayanan sehingga hasil output akan lebih baik dan konsisten.
Seiring dengan semakin kritisnya masyarakat, mereka akan semakin menuntut pelayanan yang lebih baik dan bermutu di setiap lini
dan jenis pelayanan kesehatan, maka fungsi pelayanan kesehatan perlu terus ditingkatkan termasuk pelayanan kesehatan KIA di puskesmas.
Puskesmas sebagai institusi kesehatan memiliki tanggung jawab
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
dan memiliki peran yang sangat strategis dalam rangka menciptakan SDM bermutu dan dalam upaya peningkatan derajat kesehatan
masyarakat secara menyeluruh, merata, terjangkau serta dapat diterima oleh seluruh masyarakat. Peran puskesmas menjadi sangat menentukan
dengan munculnya berbagai perubahan epidemiologi penyakit, struktur demografis serta belum teratasinya beberapa masalah gizi buruk,
kesehatan maternal dan perinatal. Kondisi seperti ini menuntut puskesmas untuk memberikan pelayanan yang lebih bermutu, terjangkau
serta sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Tuntutan itu akan semakin berat dalam menghadapi kondisi global yang perubahannya semakin
cepat dan serentak. Apabila tidak diikuti ketersediaan dan peningkatan mutu petugas pelayanan kesehatan masyarakat yang memadai, maka
akan semakin berat jika tanggung jawab hanya dibebankan pada institusi kesehatan saja tanpa keterlibatan sektor lain. Dinas Kesehatan Kabupaten
Aceh Tenggara dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan masyarakat secara langsung memiliki unit-unit pelayanan di bawahnya
yaitu puskesmas, pustu dan polindes sebagai unit terdepan. Salah satu program pelayanan kesehatan di puskesmas adalah
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
Program Kesehatan Ibu dan Anak KIA yang meliputi pelayanan antenatal, pelayanan pertolongan persalinan, deteksi dini ibu hamil
berisiko, penanganan komplikasi kebidanan, pelayanan kesehatan neonatal dan ibu nifas Depkes RI, 2004.
Berdasarkan data WHO 2005 angka kematian ibu paling tinggi di dunia terdapat di negara Nepal yaitu sebesar 865 per 100.000 penduduk,
selanjutnya di Buthan sebesar 710 per 100.000 penduduk dan India sebesar 630 per 100.000 penduduk. Di Indonesia masalah kematian ibu
juga masih merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan. Sampai saat ini AKI di Indonesia menempati teratas di negara-negara Asean,
yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup SDKI, 2002-2003. Cakupan pelayanan antenatal untuk Propinsi Nanggroe Aceh
Darussalam tahun 2004 K1 sebesar 75,68 persen dan K4 68,17 persen, untuk tahun 2005 K1 67,7 persen dan K4 67,31 persen untuk tahun 2006
K1 86,2 persen dan K4 adalah 77 persen serta persalinan oleh tenaga Kesehatan sebesar 69,8 persen. Pencapaian ini sebenarnya kurang dari
target yang ditetapkan oleh pemerintah sebesar 95 persen Dinas Kesehatan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2006.
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
Pencapaian program KIA pada sarana pelayanan kesehatan masyarakat puskesmas di Kabupaten Aceh Tenggara masih rendah, hal
ini dapat dilihat dari cakupan pelayanan antenatal sebesar 71 target nasional 100, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan 66
target nasional 90, dan pelayanan neonatal sebesar 70 target nasional 90 Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tenggara, 2007.
Penelitian secara nasional untuk cakupan pelayanan antenatal baik dari segi kuantitas maupun dari segi mutu masih tergolong rendah. Hal
ini belum sesuai dengan sasaran pembangunan kesehatan Nasional tahun 2005-2009 adalah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui
peningkatan akses terhadap pelayanan kesehatan yang mencakup: meningkatnya umur harapan hidup dari 66,2 tahun menjadi 67,9 tahun,
menurunnya angka kematian bayi dari 35 menjadi 25 per 1000 kelahiran hidup, menurunnya AKI dari 307 menjadi 226 per 100.000 kelahiran
hidup dan menurunnya prevalensi gizi kurang pada balita dari 25,8 menjadi 20. Depkes RI, 2005.
Menurut Mangkunegara 2000 motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan kondisi pegawai yang terarah untuk mencapai tujuan
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
organisasi tujuan kinerja, motivasi tersebut terbentuk dari sikap seseorang menghadapi situasi kerja. Motivasi ini terkait dengan sikap
mental sebagai kondisi mental yang mendorong diri pegawai untuk berusaha mencapai prestasi kerja yang maksimal, serta memahami
tujuan utama dan target kerja yang dicapai. Dari gambaran permasalahan tersebut di atas menunjukkan bahwa
antara keinginan, harapan, kebutuhan, tujuan petugas KIA untuk bekerja lebih baik menurut persepsinya, berbeda dengan kenyataan yang
sebenarnya, sehingga secara tidak langsung ikut mempengaruhi motivasi kerjanya.
Survei pendahuluan yang dilakukan pada beberapa puskesmas di Kabupaten Aceh Tenggara menunjukkan faktor penyebab utama
pencapaian program KIA belum memenuhi target adalah rendahnya motivasi kerja petugas kesehatan yang mengelola program KIA. Faktor-
faktor yang menyebabkan rendahnya motivasi tersebut, antara lain yang berasal dari dalam diri petugas itu sendiri, yaitu: rendahnya tanggung
jawab terhadap pekerjaannya, kurangnya kemajuan yang dirasakan petugas dalam pekerjaannya, besarnya tantangan yang dirasakan petugas
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
dari pekerjaannya, rendahnya kemungkinan petugas mencapai prestasi kerja tinggi, serta kurangnya pengakuan yang diberikan kepada petugas
atas hasil kerja. Fenomena yang menunjukkan rendahnya motivasi kerja petugas
yang mengelola program KIA di puskesmas dapat dilihat dari keaktifan petugas dalam melaksanakan pelayanan posyandu, kunjungan lapangan
untuk melakukan supervisi dan evaluasi program serta, rendahnya ketepatan dan kelengkapan laporan pelaksanan program KIA.
Keberhasilan program KIA di Kabupaten Aceh Tenggara masih sangat rendah, bahkan termasuk paling rendah dibandingkan seluruh
KabupatenKota di Propinsi Aceh Nanggroe Aceh Darussalam, yang dilihat dari masih tingginya AKI dan AKB. Pada tahun 2006 AKI
Kabupaten Aceh Tenggara sebesar 534 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan AKI Propinsi NAD sebesar 224 per 100.000 kelahiran hidup.
Demikian juga dengan AKB Kabupaten Aceh Tenggara tahun 2006 sebesar 39 per 1000 kelahiran hidup, sedangkan AKB Propinsi NAD
hanya 16 per 1000 kelahiran hidup. Penelitian Hasan 2004 menyatakan bahwa mutu pelayanan
kesehatan di puskesmas dipengaruhi oleh motivasi kerja perawat dalam melaksanakan pelayanan kesehatan. Demikian juga penelitian Napitupulu
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
2004 menyimpulkan bahwa pelaksanaan kegiatan bidan di desa sebagai ujung tombak pelaksanaan program KIA di desa, menunjukkan, bahwa
secara umum tingkat pelaksanaan kegiatan bidan di desa masih rendah, yaitu 1 frekuensi penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan RPK, 2
kerjasama bidan antara kader dan dukun bayi dalam kegiatan KIA di PolindesPustu, tentang ketegasan pembagian wewenang dan jasa antara
bidan dan dukun bayi begitu juga peralatan dan obat-obatan yang digunakan dalam perawatan, 3 kegiatan KIA di Posyandu, 4 koordinasi
dengan Puskesmas dan Perangkat Desa dan 5 Pembinaan kader dan dukun bayi.
Penelitian Wakur, dkk 2007 bahwa faktor SDM Seksi Kesehatan Ibu dan Anak yang sangat terbatas baik secara mutu maupun kuantitas,
walaupun input dana mencukupi. Hal ini menyebabkan dukungan dinas dalam pelaksanaan program KIA di puskesmas belum optimal. Peran
dinas kesehatan dalam proses mendukung pelaksanaan program KIA berupa dukungan terhadap ketersediaan input dan proses, seta dalam
proses mendukung ketersediaan input pelaksanaan program KIA hanya berfungsi mendistribusikan sarana.
Sehubungan dengan uraian di atas, mendasari keinginan peneliti mengkaji lebih jauh pengaruh motivasi kerja petugas KIA terhadap mutu
Agenda Erliana Ginting : Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA Terhadap Mutu Pelayanan Kia Di Puskesmas Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008, 2009
pelayanan KIA di Kabupaten Aceh Tenggara.
1.2. Permasalahan