Pengaruh pola konsumsi terhadap kejadian obesitas

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Pengaruh pola konsumsi terhadap kejadian obesitas

Pola konsumsi dalam peneitian ini digambarkan dengan besarnya asupan energi, asupan lemak dan asupan protein. Hasil uji Chi-square menunjukkan ketiga jenis asupan tersebut signifikan terhadap kejadian obesitas p 0,05, dimana untuk asupan energi 2056,1 kkal.hari berpeluang sebesar 28 kali terjadi pada siswa yang obesitas OR = 28,4 pada 95 CI : 13,161 – 61,105. Sedangkan untuk asupan lemak menunjukkan bahwa siswa yang obesitas berpeluang terkena obesitas sebesar 25 kali dibandingkan dengan siswa yang tidak obesitas apabila asupan lemak 69,6 grhari. Demikian juga untuk asupan protein menunjukkan siswa obesitas memiliki peluang akan terjadi sebesar 2,7 kali dibandingkan siswa yang tidak obesitas bila asupan proteinnya 75,8 grhari OR = 2,7 pada 95 CI : 1,526 – 4,843. Hal ini sesuai dengan peneltian Ana Medawati dkk. 2005 Di Yogyakarta yang menyimpulkan bahwa semakin tinggi asupan energi semakin tinggi kemungkinan untuk terjadinya obesitas pada remaja dan semakin tinggi asupan lemak semakin tinggi untuk terjadinya obesitas. Penelitian yang dilakukan di Brazil tentang hubungan antara tingkat pengetahuan dan kebiasaan makan dengan kejadian obesitas pada anak sekolah dasar kelas 3 dan 4 oleh Rozane dan Elsa 2003, juga menemukan bahwa pola konsumsi M. Romauli Simatupang : Pengaruh Pola Konsumsi, Aktivitas Fisik Dan Keturunan Terhadap Kejadian Obesitas Pada Siswa Sekolah Dasar Swasta Di Kecamatan Medan Baru Kota Medan, 2008 USU Repository © 2008 merupakan variabel satu-satunya yang berpengaruh terhadap kejadian obesitas pada anak sekolah dasar kelas III dan IV, dan besarnya pengaruh pola konsumsi dengan nilai OR sebesar 5,3 CI 95 : 1,1 – 24,9. Kedua hasil penelitian tersebut di atas, didukung pendapat Suhardjo 1989 yang menyatakan bahwa kebiasaan makan yang salah pada anak akan mempertinggi risiko terjadinya obesitas. Kebiasaan tersebut meliputi frekuensi makan, kebiasaan makan makanan camilan, atau jajanan. Pendapat ini, lebih dipertajam oleh Musaiger 2004 yang menyatakan bahwa pola konsumsi dan kebiasaan makan di Wilayah Mediternia Timur mengalami perubahan pada empat dekade belakangan ini. Perubahan ini menunjukkan terjadinya peningkatan pada asupan energi dan lemak per kapita hampir di seluruh negara dan ini memiliki peran dalam peningkatan risiko terjadinya obesitas di wilayah ini. Perubahan ditandai dengan terjadinya pergeseran dari kebiasaan mengkonsumsi makanan tradisional ke makanan ala barat dengan karakteristik kandungan lemak, kolesterol, garam yang tinggi dan rendah serat. Tingginya asupan energi, lemak dan protein pada kelompok siswa obesitas, berpotensi pada terjadinya ketidakseimbangan antara asupan kalori dengan kalori yang dipergunakan, sehingga menimbulkan terjadinya peningkatan berat badan. Hal ini sesuai dengan pendapat CDC 2001 yang menyatakan bahwa keseimbangan energi dapat diibaratkan seperti timbangan, dimana pertambahan berat badan dapat terjadi ketika kalori yang dikonsumsi lebih besar daripada kalori yang digunakan. Laporan National Dietary Survey of Schoochildren tahun 1985 M. Romauli Simatupang : Pengaruh Pola Konsumsi, Aktivitas Fisik Dan Keturunan Terhadap Kejadian Obesitas Pada Siswa Sekolah Dasar Swasta Di Kecamatan Medan Baru Kota Medan, 2008 USU Repository © 2008 dan National Nutrition Survey yang dilaksanakan oleh Australian Food and Nutrition Monitoring Unit tahun 1995, menyatakan bahwa terjadi peningkatan asupan energi bagi anak berumur 10 – 15 tahun lebih dari 10 , antara tahun 1985 dan 1995 Cook dkk, 2001.

5.2. Pengaruh aktivitas fisik terhadap kejadian obesitas